nusabali

Kulkul yang Dibakar NICA Bakal Dimuseumkan

  • www.nusabali.com-kulkul-yang-dibakar-nica-bakal-dimuseumkan

Kulkul milik Banjar Bencingah, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, yang sempat dibakar tentara NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) pada 21 Mei 1946, hingga kini masih bisa berfungsi.

AMLAPURA, NusaBali
Rencananya kulkul itu dimuseumkan, kemudian dibuatkan duplikat. Sebab, kulkul tersebut sangat bersejarah saat zaman revolusi fisik tahun 1945-1948.

I Wayan Gede Wirawan, tokoh Banjar Bencingah menuturkan hal itu di kediamannya, Senin (9/1). Menurutnya, kulkul dengan panjang 130 cm,  diameter sekitar 25 cm tergantung berdampingan dengan kulkul Pura Puseh. Tampak di bagian ujung samping bagian yang gosong terbakar. Meski ada bagian yang hangus, tetapi suara kulkul tidak berubah. Selama ini kulkul tersbeut digunakan Banjar Bencingah di bawah Kelian Banjar Adat I Komang Tingkih.

Kulkul itu terbakar gara-gara tentara NICA yang bermarkas di Banjar Iseh, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, datang menyerbu. Tujuan penyerbuan untuk menangkap pimpinan MB DPRI (Markas Besar Dewan Perjuangan Republik Indonesia), I Gusti Lanang Rai alias Pak Kolar.

Pak Kolar terlebih dahulu mengungsi ke hutan, sekitar 10 kilometer selatan Desa Duda. Tentara NICA menyerang membabi buta sehingga menewaskan dua pemuda yang tengah memadamkam api yang membakar kulkul itu.

“Selain kulkul sebagai saksi sejarah yang tersisa, juga dibuatkan monumen atas gugurnya dua pemuda di Banjar Duda, tepatnya di depan rumah I Gusti Lanang Rai (mantan Wakil Bupati Karangasem),” jelas Gede Wirawan.

Tokoh dari Banjar Bencingah I Gusti Agung Ngurah Agung, berencana membuat duplikat kulkul tersebut, sedangkan kulkul asli disimpan sebagai kenang-kenangan. “Ada rencana membuat duplikat, masih dikoordinasikan mencari bahan kulkul yang pas,” kata Ngurah Agung.

Gusti Lanang Rai juga mengatakan, kulkul yang terbakar dan masih dimanfaatkan untuk Banjar Bencingah merupakan salah satu benda bersejarah. Dua pemuda, : I Nyoman Gejer dan I Wayan Remiya, gugur saat mempertahankan kulkul itu. “Makanya di rumah saya dibuatkan monumen, lengkap berisi nama pejuang, tujuannya untuk mengenang pejuang kita,” kata Gusti Lanang Rai. * k16

Komentar