nusabali

Jalur Alternatif Batukaru-Jatiluwih Tertutup Lumpur

  • www.nusabali.com-jalur-alternatif-batukaru-jatiluwih-tertutup-lumpur

Hujan deras yang mengguyur Tabanan dan sekitarnya menyebabkan senderan pada tegalan milik I Nengah Sumarya di Banjar Bendul, Desa Wayanga Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, longsor, Minggu (8/1).

TABANAN, NusaBali
Material longsor berupa lumpur menutupi seluruh badan. Sehingga jalan alternatif menuju DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih dengan Pura Batukaru, Desa Wangaya Gede tak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Informasi di lapangan, longsor terjadi sekitar pukul 18.00 Wita. Luas tanah longsor sepanjang 5 meter dengan ketinggian 3 meter. Lumpur yang menutupi badan jalan mencapai ketebalan 60 centimeter. “Jalur ini merupakan jalan alternatif menuju Jatiluwih dan Pura Batukaru tembus Kota Tabanan,” ungkap Kelian Dinas Banjar Bendul, I Wayan Budi, Senin (9/1).

Budi menambahkan, pada Mingu malam, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan aparat desa sudah terjun ke lokasi membuat jalan agar bisa dilewati sepeda motor. Situasi sudah gelap dan harus memerlukan alat berat dalam penanganannya, sehingga diputuskan mengakhiri pekerjaan dan melanjutkan pada Senin pagi.

Camat Penebel I Gusti Ayu Supartiwi juga turun ke lokasi bencana bersama anggota Polsek Penebel dan Koramil Penebel. “Kita sudah koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan BPBD agar dibantu alat berat. Saya juga sudah koordinasi dengan Polsek Penebel untuk menutup sementara jalan ini dengan memasang garis polisi,” jelasnya.

Ditambahkan, sekitar 50 meter di lokasi longsor, jalan jebol dan ditancapkan kayu untuk tanda bahaya agar pengguna jalan hati-hati melintas. Jalan itu jebol diduga karena di bawahnya ada saluran buangan irigasi dari subak Gelagah Tebel. Jebol jalan itu sepanjang 30 centimeter. “Tiga kali sudah jebol, di bawahnya ada saluran irigasi sehingga terus akan tambah jebol,” ungkap krama Bendul.

Bencana tanah longsor juga terjadi di BTN Griya Bale Bali, Banjar Bongan Kauh, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Senin (9/1). Akibat tanah longsor itu, palinggih, teras rumah, serta tembok batas rumah korban ambrol. Pemilik rumah, I Made Sumadi, 44, mengalami kerugian mencapai Rp 15 juta.

Bangunan palinggih dan rumah milik Sumadi berada kira-kira 4 meter di bibir sungai. Sementara ketinggian bangunan dari sungai sekitar 5 meter. Akibat guyuran hujan deras, tanah di tepi sungai yang bertebing terkikis hingga akhirnya longsor. “Kejadiannya sekitar pukul 16.00 Wita,” ungkap anggota kepolisian yang namanya tak mau dikorankan. * d,k21

Komentar