nusabali

Kaki Kram, Terjebak 9,5 Jam di Hutan Batukaru

  • www.nusabali.com-kaki-kram-terjebak-95-jam-di-hutan-batukaru

Empat orang pamedek yang merupakan rombongan keluarga asal Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, terjebak selama 9,5 jam (dari pukul 20.30 Wita hingga 06.00 Wita) di tengah hutan Batukaru, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, Jumat (13/1).

TABANAN, NusaBali
Mereka terjebak di hutan karena salah seorang pamedek, Yenni, 47, kakinya kram sehingga tak bisa melanjutkan perjalanan menuju Pura Pucak Kedaton. Mereka akhirnya dievakuasi oleh Tim SAR Provinsi Bali, BPBD Bali, dan BPBD Tabanan.

Keempat pamedek ini masing-masing I Putu Miasa, 47, dan istrinya, Yenni, 47, serta dua kakak sepupu yakni I Ketut Wirata, 51, dan I Nyoman Wiryasa, 57. Rombongan pamedek ini berangkat dari Banjar Dauh Pala untuk tangkil dan makemit di Pura Pucak Kedaton pada Kamis (12/1). Mereka berangkat dengan mengendarai Escudo B 1179 ULQ. Pura Pucak Kedaton berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Mereka mendaki gunung dari Pura Luhur Bhujangga Waisnama di Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Penebel, sekitar pukul 08.00 Wita. Mereka mendaki tanpa pemandu, tidak melapor ke pihak adat, dan polisi. Keempat pamedek ini mendaki di tengah cuaca yang kurang bersahabat. Di tengah hutan mereka kehujanan. Pendakian keempat pamedek ini nyaris sempurna andai Yenni tidak mengalami kram. Perjalanan mereka hanya tinggal 200 meter lagi untuk sampai Pura Pucak Kedaton. “Tapi kedua kaki istri saya kram, kami putuskan tidak melanjutkan perjalanan,” ungkap Miasa.

Waktu itu terbersit keinginan untuk turun gunung. Namun situasi di tengah hutan sudah gelap dan mereka takut tersesat. “Sempat juga ingin terus mendaki, tetapi istri (Yenni) lemas sehingga kami putuskan istirahat di tengah hutan,” cerita Miasa. Saat itu juga Miasa mencoba menghubungi salah satu keluarganya untuk minta bala bantuan. Namun signal HP di tengah hutan tidaklah bagus. Hingga akhirnya secara kebetulan ada telepon masuk dari teman Yenni untuk urusan lain. “Kami akhirnya minta bantuan kepada penelepon itu,” imbuh Miasa.

Selama menunggu pertolongan, mereka mencoba mengurut kaki Yenni agar tidak kram. Namun usaha mereka tak berhasil. Untungnya mereka membawa perlengkapan seperti mantel, senter, dan makanan secukupnya sehingga bisa bermalam di hutan tanpa kekurangan makanan.

Kasi Ops SAR Bali I Gede Darmada yang pimpin evakuasi mengatakan, setelah mendapatkan telepon sekitar pukul 20.30 Wita, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Kapolsek Penebel. Malam itu juga SAR Bali menerjunkan 11 anggota, dibantu personel BPBD Bali, Rescue Kansar Denpasar, SAR Sabhara Polda Bali, BPBD Tabanan serta warga sekitar membantu proses evakuasi. Saat pencarian kondisi hujan gerimis. Pada Jumat (13/1) sekitar pukul 06.00 Wita, keempat pamedek berhasil ditemukan di ketinggian 2000 mdpl. “Saat ditemukan mereka masih kelelahan. Setelah diberikan pertolongan sudah bisa turun dan jalan kaki,” terang Darmada.

Wakapolsek Penebel Iptu I Made Sunarya mengatakan, keempat pamedek ini mendaki gunung menuju Pura Pucak Kedaton tanpa melapor ke pihak desa dan polisi. “Pamedek yang mau mendaki gunung menuju Pura Pucak Kedaton sebaiknya lapor ke desa dan polisi sehingga terpantau,” saran Iptu Sunarya.

Keeempat pamedek ini tiba di jaba Pura Bhujangga Waisnawa, Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih dengan tim Basarnas Bali sekitar pukul 11.30 Wita. Korban Yenni langsung diperiksa kesehatannya oleh tim medis.  Yenni punya riwayat asam urat dan kolestrol. Yenni mengaku kondisinya sudah membaik. Ia menduga kakinya kram akibat kehujanan. “Kaki kram tak bisa jalan,” ungkapnya. Ia mengaku sudah sering sembahyang ke pura dengan jalur mendaki. Termasuk pernah tangkil ke Pura Pucak Kedaton dengan melakukan pendakian dari Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, sekitar 8 tahun lalu. * d

Komentar