nusabali

Maling Gasak Pratima Pura di Pering

  • www.nusabali.com-maling-gasak-pratima-pura-di-pering

Aksi pencurian terjadi di Pura Tapa Sidi, Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Senin (16/1).

GIANYAR, NusaBali
Akibatnya, sebuah pratima berupa patung Dewa Siwa di Gedong Sari, raib. Mendengar laporan pencurian itu, pihak kepolisian langsung melakukan olah TKP. Namun polisi kesulitan mengidentifikasi pelaku karena sidik jari pelaku tidak bisa teridentifikasi, mengingat palinggih tersebut berbahan batu padas dan kayu.

Informasi di lokasi, Pura Tapa Sidi diempon satu keluarga besar dengan empat kepala keluarga (KK), yakni I Made Budana yang juga Mangku Pura Tapa Sidi, I Nyoman Sukendra, I Made Karba, dan I Ketut Warsa. Pura Tapa Sidi terdiri dari 11 palinggih, dan terdapat 12 arca yang diperkirakan dibuat 500  tahun masehi.

Kasus pencurian pertama kali diketahui oleh Ni Komang Mariasih,41, istri dari I Ketut Warsa,45. Mariasih menuturkan, awalnya dirinya hendak mareresik (bersih-bersih) di areal pura pukul 09.00 Wita. Saat itu, ia membuang sampah di pojok antara palinggih Surya dan Gedong Panyimpenan. Mariasih yang sempat menoleh ke bawah melihat pratima berupa patung kayu tergeletak di bawah.

Melihat hal tersebut Mariasih mengambil patung yang berukuran sekitar 15 cm, lanjut meletakannya di Balai Piyasan. Ia pun segera memberitahukan kejadian tersebut kepada suaminya yang sedang di rumah.

Pihak keluarga korban langsung melaporkan kasus itu kepada pihak kepolisian. Ketut Warsa yang bekerja sebagai PNS Cagar Budaya dan Purbakala ini, mengungkapkan pratima yang hilang meliputi patung Dewa Siwa. Patung ini terbuat dari kayu cendana, uang kepeng Bali 250 kepeng, dan emas 5 gram berbentuk bunga.

Pratima itu disimpan di dalam sebuah kotak dalam  Gedong Panyimpenan. Saat diketahui patung itu ditanah, pintu gedong dalam keadaan tertutup. "Pratima berupa patung ini ada satu pasang lanang- istri, namun kini tinggal satu. Bila tidak ada yang jatuh, mungkin kami tidak tahu ada maling ini," ungkapnya, sembari menunjukan lokasi penyimpanan pratima itu.

Pantauan di lokasi, Gedong Panyimpenan pratima itu itu memang tidak digembok. Begitu pula dengan pintu masuk pura. Pada Minggu (15/1), pihak keluarga melaksanakan persembahyangan Kajeng Kliwon. Saat itu pun tidak ada tanda-tanda aneh. "Setiap hari kami membersihkan areal pura dan ngaturang saiban. Baru hari ini dilihat pratima ada di bawah," ungkap Warsa.

Sementara itu, pihak keluarga korban akan bermusyawarah guna mencari solusi terkait keamanan pratima itu. Apakah akan dibuat kembali pratima atau bagaimana. Dikatakan Warsa, persoalannya bukan pratima biasa pembuatan ulang atau upacaranya, namun nilai kesakralan pratima tersebut.

Piodalan di Pura Tapa Sidi dilaksanakan setiap enam bulan sekali tepatnya Buda Kliwon Pahang. Piodalan dilaksanakan hanya satu hari, mengingat pangempon hanya satu keluarga. Jro Mangku Made Budana serta keluarga lain begitu terkejut dengan kejadian hilangnya pratima dari Gedong Panyimpenan.

Kapolsek Blahbatuh Kompol Abdus Salim saat di TKP mengatakan, diperkirakan pencurian pratima terjadi saat malam hari, saat lebat mengguyur wilayah Gianyar. Pihaknya telah melaksanakan olah TKP dan mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi. "Kami akan terus lidik kasus ini, semoga cepat terungkap," ungkapnya.

Kepala Desa Pering I Gusti Ngurah Agung Ariska Sudewa mengatakan pihaknya bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa sudah melakukan koordinasi dengan tokoh di banjar. Sebagai antisipasi pihaknya akan meningkatkan pengamanan terlebih saat malam hari. "Pecalang dan krama bisa meningkatkan patroli," ungkapnya.

Diakui, di beberapa pura desa memang ada kemitan (jaga malam). Namun di Pura Tapa Sidi diemong satu keluarga saja sehingga keamanan kurang. * e

Komentar