nusabali

Wisman Bertambah, Okupansi Turun

  • www.nusabali.com-wisman-bertambah-okupansi-turun

Beberapa destinasi wisata di Bali menjadi tidak menarik lantaran terdampak kemacetan hingga membuang waktu di perjalanan.

DENPASAR, NusaBali
Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari 4 juta wisman (2015) menjadi 4,8 juta (2016) berbanding terbalik dengan tingkat okupansi. Penurunan tingkat hunian kamar ini mencapai 8 persen yang dirasakan oleh hotel-hotel berbintang di Bali. Peningkatan kunjungan hanya berpengaruh tipis pada okupansi vila yang naik hanya 4 persen.

Melihat kondisi ini, Ketua PHRI Bali Cokorda Artha Ardhana Sukawati mengaku tak habis pikir. Sebab, peningkatan kunjungan semestinya berdampak positif terhadap tingkat okupansi kamar hotel. "Penurunan okupansi 8 persen ini jangan dianggap sepele. Pemerintah harus jeli, apa penyebab dan segera mencarikan solusi," ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu di Denpasar.

Mantan Bupati Gianyar yang akfab disapa Cok Ace ini memprediksi, ada faktor eksternal dan internal yang menyebabkan tingkat okupansi ini menurun. "Faktor eksternal disebabkan oleh keberadaan 10 destinasi baru. Sedangkan secara internal, kita harus mengakui bahwa beberapa objek wisata di Bali tidak menarik lagi," ujarnya.

Sejumlah objek wisata yang tidak menarik lagi bagi wisman seperti Ubud dan Kuta yang disebebkan oleh kemacetan lalu lintas. Selain itu, objek wisata di kawasan Kintamani juga disebut tak lagi menarik karena perawatannya yang tak optimal. "Ke Ubud saja perlu waktu 2 jam, gimana mereka nyaman berwisata di Bali? Maka itu, wisman yang liburannya 5 hari seharinya dialihkan ke Gili Trawangan," ungkapnya.

Menurutnya saat ini satu-satunya kekuatan pariwisata di Bali hanyalah budaya. Sebab dari sisi pemandangan alam sudah kalah dengan objek wisata baru yang ada di Indonesia. "Untuk di Bali sendiri, yang menjadi tantangan adalah objek wisata yang dikelola oleh swasta yang semakin diminati," paparnya.

Tak hanya okupansi wisman yang menurun akibat dari perawatan objek wisata yang tak maksimal ini, kata Cok Ace wisdom (wisatawan domestik) juga turut terpengaruh. "Tamu dari Jawa berhenti di Banyuwangi. Karena di sana objek wisatanya lebih menarik, seperti Pulau Merah. Padahal domestik ini sejatinya membantu hotel non bintang," terangnya.

Melihat kondisi ini pulalah, Cok Ace merasa terpanggil untuk maju menjadi Calon Wakil Gubernur Bali. "Pilgub Bali ini peluang besar bagi kalangan pariwisata. Kita harus ambil posisi. Karena Bali hidup dari pariwisata, kalau ini lesu bukan orang pariwisata saja yang akan miskin, kita semua akan miskin. Maka itu kita perlu masuk dalam sistem. Kalau gak masuk, kita gak bisa berbuat apa-apa," ungkapnya.

Pihaknya berharap, pemerintahan yang baru di Bali harus memahami sisi ini. "Kalau saya melihat secara menyeluruh, konsep pengembangan pariwisata Bali, harus dikembalikan ke yang lama dan harus diperinci. Kalau dulu konsep budaya, kini harus lebih detail. Misalkan secara real contohnya adalah masalah zonasi,” katanya.

Zonasi ini penting ke depannya, agar masing - masing kabupaten/kota di Bali tidak menjiplak atau menduplikasi destinasi pariwisata yang ada di suatu wilayah. "Sekarang kan main duplikasi saja, baik zonasi dalam arti zonasi vertikal dan horizontal. Padahal masing-masing kabupaten punya potensi masing-masing, sekarang cenderung duplikasi, sehingga tumpang tindih. Misalnya di Ubud ada hotel building masuk seperti di Badung, dan sebagainya yang tidak tepat sasaran," katanya. *nvi

Komentar