nusabali

Guide Bali

  • www.nusabali.com-guide-bali

Istilah yang ada dulu di Bali cuma guide, tak ada istilah pemandu wisata atau pramuwisata – sering diplesetkan menjadi peramu wisata, mereka yang meramu wisata menjadi bisnis menggiurkan.

Aryantha Soethama

Pengarang

Dan hampir semua guide itu adalah orang Bali. Sebagian besar guide berbahasa Inggris, sedikit Jerman, hanya segelintir guide Jepang apalagi Rusia, Prancis atau Mandarin. Guide Korea tidak bakalan bisa ditemui dulu di Bali. Jika orang-orang menyebut guide, itu pasti mereka yang pintar bahasa Inggris, benar-benar pintar, bukan pintar ala kadar, karena mereka juga fasih menjelaskan seluk beluk Bali.

Dulu, sebelum pariwisata menjadi industri yang berbiak cepat seperti sekarang, pekerjaan guide itu sama mulia dengan guru. Hanya orang hebat yang bisa menjadi guide kala itu. Para pemandu wisata itu pun sangat dihormati dan disegani, terutama karena pasti penguasaan mereka terhadap tata bahasa asing, terutama Inggris, sangat bagus.

Seorang guide bernama Nyoman Oka, alias Nang Lecir (1911 – 1993), dikenal sebagai pemandu wisata yang sanggup menjelaskan Bali dengan rinci, benar, sangat dalam, memuaskan, kepada wisatawan. Ratu Elizabeth dari Inggris meminta Nang Lecir menjadi pemandunya ketika ia mengunjungi Bali. Sebelum menjadi pemandu wisata, Oka adalah guru. Di masa revolusi ia turut berjuang, pernah pula menjadi pegawai kantor pos di Surabaya. Dia menjabat Ketua Dewan Pemerintah Daerah Swapraja Tabanan (1950-an), sebagai bagian dinamikanya di dunia politik, kader dari Partai Nasional Indonesia. Jika kini orang-orang mengidolakan pemandu wisata, mereka pasti menyebut Nyoman Oka sebagai contohnya. Tapi, kendati kaum guide Bali memiliki panutan Nang Lecir, apakah mereka sudi mengikuti jejak perintis pemandu wisata itu?

Ada banyak guide kini di Bali. Mereka bukan hanya orang Bali, tapi banyak orang-orang dari luar Bali. Tentu tak sedikit sekarang ditemui pemandu wisata dari Jawa Barat, Jakarta, Solo, Jogja, Jawa Timur, Kupang, Manado, atau Sumatera. Mereka bergiat di Bali sudah lama, mengais rezeki dari industri turisme. Belum lagi terhitung guide asing yang menjadi pemandu wisata Inggris, Jerman, Korea, Mandarin, atau Rusia. Tak heran jika orang-orang berkomentar, “Sekarang persaingan guide kian ketat.”

Persaingan ketat itu tentu semestinya menguntungkan dan dimenangkan oleh guide Bali, karena mereka jelas lebih paham tentang Pulau Dewata. Mereka lebih unggul dibanding guide luar. Wisatawan tentu lebih memilih pemandu wisata Bali. Tapi, satu keluarga dari Kanada yang akan berlibur ke Bali meminta saran kepada rekannya yang pernah menggunakan jasa guide, dianjurkan tidak masalah mengunakan jasa guide bukan Bali.

“Waktu di Bali aku diantar Marsidi, guide dari Bandung. Dia sudah lima tahun di Bali, pengetahuannya tentang Bali sangat bagus, bahasa Inggrisnya jempolan,” ujar si kawan. Tapi, karena Marsidi berhalangan gara-gara anaknya menikah, ia menyerahkan tugas itu kepada Sutejo, rekannya dari Solo. Padahal Marsidi kenal banyak guide Bali.

Sepasang suami-istri dari Jerman yang sudah empat kali ke Bali senang ditemani guide bukan orang Bali. Mungkin suatu kebetulan saja pasangan wisatawan itu bersua guide bukan Bali dan merasa cocok. Pada kunjungan kedua mereka menggunakan jasa pemandu wisata Bali, tapi entah mengapa mereka mengaku lebih suka ditemani guide luar. Ada yang berkomentar, jangan-jangan guide luar itu mengaku orang Bali. Bukankah manusia Bali dikenal lebih ramah dan lebih bersahabat?

Pekerjaan memandu wisatawan adalah bisnis menggiurkan, sehingga harus diatur agar tidak menjadi guncangan rebutan. Pemprov Bali mengeluarkan Perda No 2 Tahun 2012 untuk mengatur para pemandu wisata itu. Boleh jadi Perda itu haru diperbarui, mengingat semakin banyak pemandu wisata ilegal dijumpai. Mereka menjadi wisatawan, tapi juga pemandu, dan berbisnis akomodasi yang dengan mudah mereka lakukan lewat jaringan online.

Bukan mustahil jika aturan itu diabaikan, guide Bali akan terdesak. Para wisatawan dari Hongkong akan dipandu oleh guide Hongkong. Turis Amerika dipandu orang Inggris, atau wisatawan Prancis dipandu orang Prancis juga. Lalu, apa kerjaan guide Bali? Sibuk juga sih, tapi sibuk menonton. Agar tidak jadi penonton, guide Bali ini harus rajin mengisi diri demi semakin kuat bersaing.

Dulu, Himpunan Pramuwisata Indonesia Bali sibuk memperkaya kemampuan anggotanya, tidak cuma gemuruh melangsungkan sidak terhadap guide ilegal tak berizin. Para anggota ditatar soal kekayaan seni-budaya Bali, intelektual mereka digerakkan, sehingga menjadi guide yang cakap dan mumpuni. Karena kaum guide Bali melakoni tradisi dan seni-budaya sehari-hari, tentu mereka menjadi lebih unggul dibanding guide luar. Mereka yang butuh panduan baik dan benar, tentu akan memanfaatkan jasa guide Bali. Menjadi pemandu wisata bermutu, itulah yang akan mengangkat derajat kaum guide Bali. *

Komentar