nusabali

PASS Sodok Surya Soal Program Gratis

  • www.nusabali.com-pass-sodok-surya-soal-program-gratis

Aksi saling sindir antara dua pasangan calon untuk Pilkada Buleleng 2017 terjadi dalam acara debat Seri I yang digelar di Hotel Melka, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Senin (30/1) pagi.

Debat Kandidat Episode I untuk Pilkada Buleleng 2017


SINGARAJA, NusaBali
Salah satunya, pasangan nomor urut 2, Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Paket PASS) sodok nomor urut 1, Dewa Nyoman Sukrawan Gede Dharma Wijaya (Paket Surya), soal cari uang untuk membiayaai program gratis.

Acara debat Seri I yang disiarkan langsung RRI Singaraja, Senin kemarin, mengangkat tema ‘Membangun Generasi Sehat, Cerdas, Keratif, Bersih Narkoba untuk Menciptakan Lapangan Kerja buat Buleleng’. Debat tersebut dipandu Dr Nyoman Subanda MSi (akademisi dari Undiknas Denpasar), dengan panelis Prof Dr Nengah Bawa Atmaja MA (bidang budaya), Brigjen Pol Drs I Putu Gede Suastawa SH (bidang narkoba), Dr Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani MPd (bidang pendidikan), Eka Shanti Indra Dewi (bidang anak dan perempuan), dan Sayu Ketut Sutrisna Dewi (bidang kewirausahaan).

Dalam debat yang berlangsung selama 2,5 jam mulai pagi pukul 09.00 Wita sampai siang pukul 11.30 Wita itu, Paket PASS sempat sindir program Paket Surya tentang gratis biaya pendidikan dan kesehatan. Sindiran itu dilontarkan Calon Bupati (Cabup) Putu Agus Suradnyana, yang mempertanyakan upaya mendapatkan dana untuk biayai program gratis tersebut agar lebih berkualitas. Pasalnya, masalah kesehatan bagi warga kurang mampu sudah dibiayai secara grtasi melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS). Demikian juga di bidang pendidikan, sudah ada dana BOS untuk tingkat SD dan SMP.

“Yang gratis-gratis sudah dibiayai, bahkan ada Silpa di APBD. Nah, sekarang kalau kita ingin berkualitas dalam pemenuhan hak-hak mendasar masyarakat yang dimaksud itu, harus ada kemampuan menaikkan fiskal daerah. Bagaimana kiat-kiat suadara menaikkan kemampuan fiskal daerah itu?” tanya Agus Suradnyana, Cabup Buleleng incumbent yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng.

Pertanyaan itu langsung dijawab Dewa Nyoman Sukrawan, Cabup Buleleng dari jalur Independen. Sukrawan menjawab, dengan penjelasan kelak dirinya akan menaikkan anggaran pendidikan hingga 40 persen. Masalahnya, masih ada biaya-biaya pendidikan siswa yang belum disentuh secara gratis, kendati biaya pendidikan di Buleleng telah mencapai 35 persen. “Lima (5) persen akan kami naikkan. Nah, tambahan kenaikan inilah yang akan kami manfaatkan untuk biaya gratis pendidikan yakni membantu pakaian siswa. Ini bisa kami laksanakan dengan perampingan anggaran yang lainnya,” jelas Sukrawan.

Namun, jawaban Sukrawan justru dinilai nyaplir oleh Agus Suradnyana, karena dianggap tidak nyambung dengan maksud pertanyaannya. Menurut Agus Suradnyana, maksud pertanyaannya adalah kebijakan menaikkan fiskal sehingga daerah punya dana lebih yang bisa dimanfaatkan untuk membiayai program-pogram pendidikan dan kesehatan secara berkualitas. Agus Suradnyana mencontohkan dengan kebijakan mendorong investasi, mencimptakan iklam investasi yang kondusif, dan menodorng income pendapatan masyarakat.

“Mohon maaf jawabannya nyaplir. Karena yang kita maksud kemampuan menaikkan fiskal daerah, untuk mendongkrak dana yang lebih bebas yang bisa dipakai meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang kita inginkan,” sergah politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar yang masih menjabat sebagai Bupati Buleleng 2012-2017 ini.

Karena jawabannya dianggap nyaplir, Sukrawan menerangkan bahwa kebijakan yang diambil untuk mendapatkan dana di luar pendapatan yang sudah ada adalah  dengan mengajak masyarakat urunan dalam mengentaskan kemiskinan. Pemerintah juga harus transparan dalam mengelola dana yang ada.

“Nah, untuk mewujudkan urunan itu, perlu diadakan pertemuan-pertemuan dan ko-munikasi agar semua warga punya kepedulian terhadap mereka yang kurang mampu untuk mendapat biaya pendidikan. Biaya ini bisa kita dapatkan apabila APBD bisa disampaikan secara jujur dan transparas,” tegas Sukrawan.

Sukrawan juga menyindir event festival tiap tahun yang kini merambah ke tingkat kecamatan. Sindiran itu disampaikan dengan mempertanyakan upaya Paket PASS melestarikan budaya yang berada di plosok-plosok desa, seperti Bali Aga dan Catur Desa. “Budaya itu tidak saja ada di kota, tapi ada budaya-budaya yang jauh tersimpan di daerah terpencil. Apa yang sudah dilakukan selama 5 tahun kepemimpinan?” tanya politisi asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng yang baru dipecat dari PDIP ini.

Suradnyana langsung menjawab bahwa Buleleng dari ujung timur sampai ujung barat memiliki beragam budaya dan kesenian. Selama ini, kesenian Buleleng selalu dinomorduakan ketika pentas ke Bali Selatan. Beranjak dari persoalan itu, Agus Su-radnyana coba membangkitkan potensi budaya dan kesenian yang ada di seluruh Buleleng, dengan upaya festival. Bahkan, festival yang dilaksanakan oleh masing-masng kecamatan sudah mampu mengkolaborasi kesenian yang selama ini terpendam untuk dibangkitkan kembali.

“Lewat festival di kecamatan, Panca Maha Gotra Bali Aga sudah mampu menampilkan kolaborasi kesenian dari budaya yang ada. Ini sangat luar biasa dan ke depan kita akan terus pertahanakan,” tandas Agus Suradnyana yang notabene mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode.

Mendengar jawaban itu, Sukrawan balik menyerang dengan pertanyaan apakah cukup dengan gelaran festival, budaya dan kesenian bisa dipertahankan? Baginya, cara mempertahakan budaya dan kesenian itu adalah dengan membuat peraturan yang jelas dan bisa mengayomi semua budaya serta adat istiadat.

“Saya ambil contoh, di Buleleng banyak puri. Ini adalah aset yang perlu diperhatikan. Demikian juga dengan bangunan-bangunan budaya yang ornamennya sudah mulai bergeser. Maka, untuk menjaga kelestariannya agar bisa dinikmati oleh generasi mendatang, perlu ada peraturan yang bisa mengatur tatanan aset tersebut,” kata Sukrawan yang mantan Ketua DPRD Buleleng 2009-2014.

Tak mau terpojok, Agus Suradnyana kembali membela diri dengan menyebut event festival telah memberi fibrasi bagi kebangkitan budaya dan kesenian di Buleleng. Dia mengatakan, fibrasi itu sudah bisa dirasakan di mana kalangan remaja terutama di desa-desa sudah berlomba berlatih gambelan seperti di Bali Selatan. “Sekarang mereka sudah bersaing ingin tampil berkesenian, dengan tampilan kreasi-kreasi yang baru,” tegas Agus Suradnyana.

Dalam debat Seri I kemarin, Sukrawan seolah one man show, karena seluruh pemaparan, pertanyaan, dan jawaban disampaikan sendiri. Sedangkan tandemnya, Gede Dharma Wijaya, hanya sekali berbicara, itu pun melontarkan pertanyaan di segmen keempat. Sebaliknya, Paket PASS memaparkan visi misi secara bergantian antara Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra. Saat menjawab pertanyaan-pertanyaan panelis, melontarkan pertanyaan, maupun menjawab pertanyaan dari pasangan calon lain pun, mereka lakukan dengan bergantian.

Setelah debat Seri I, Senin kemarin, Paket PASS dan Paket Surya akan kembali terlibat debat Seri II, 7 Februari 2017 depan,  di Inna The Grand Bali Beach Hotel Sanur, Denpasar Selatan. Dalam debat Seri II nanti, KPU Buleleng mengangkat tema ‘Pembangunan Ekonomi, Pertanian, Pariwisata, Hukum, dan Politik’, yang akan ditayangkan langsung televisi.

Pemandu acara debat Seri II nanti adalah Dr Drs AAG Oka Wisnumurti MSi, akademisi dari Unwar Denpasar, dengan panelis masing-masing Dr Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa SH MH, Prof Dr Ir I Made Supartha Utama MSi, Prof Dr Kembar Sri Budihi, Dr Ida Ayu Sri Widnyani SSos MAP, dan Bagus Sudibya. * k19

Komentar