nusabali

PASS dan Paket Surya Tegang Soal Program Gratis

  • www.nusabali.com-pass-dan-paket-surya-tegang-soal-program-gratis

Debat kandidat seri terakhir untuk Pilkada Buleleng 2017 di Inna The Grand Bali Beach Hotel Sanur, Denpasar Selatan, Selasa (7/2) malam, berlangsung tegang dari awal sejak ahir.

Debat Kandidat Seri Terakhir untuk Tarung Pilkada Buleleng 2017


DENPASAR, NusaBali
Kedua pasangan calon yang tarung head to head, Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Paket PASS) dan Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya (Paket Surya) sempat bersitegang soal program gratis dalam debat yang dipandu Dr Drs AA Oka Wisnumurti MSi (akademisi dari Unwar Denpasar) tersebut.

Masing-masing panelis berjumlah 5 orang mengajukan pertanyaan yang langsung dibacakan moderator. Lima (5) panelis yang ditampilkan dalam debat bertema ‘Me-mbangun Buleleng di Bidang Pariwisata, Ekonomi, Kukum, Pertanian, dan Politik’ semalam adalah Dr I Ketut Lanang Putra Perbawa Sukawati SH MH (dari Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati), Prof Dr Ir Made Supartha Utama (dari Fakultas Pertanian Unud), Prof Dr Made Kembar Sri Budi (Fakultas Ekonomi Unud), Dr Ida Ayu Sri Widnyani (FISIP Universitas Ngurah Rai), dan Bagus Sudibya (praktisi pariwisata).

Para kandidat terlebih dulu diberi kesempayan menyampaikan program unggulan lewat visi misinya. Paket Surya (pasangan calon jalur Indepoenden yang disokong Golkar-Demokrat-PKS) menyodorkan program unggulan mulai dari pendidikan gratis, pelayanan birokrasi dengan jemput bola, pelayanan kesehatan sampai tingkat desa, hingga pembangunan infrastruktur seperti Bandara Buleleng.

Sedangkan Paket PASS (pasangan calon incumbent yang diusung PDIP bersama Hanura-Gerindra-NasDem-PPP-PAN-PKB) sodorkan progam unggulan dengan prinsip-prinsip pemenuhan hak dasar rakyat Buleleng secara gratis, pelayanan di bidang pemerintahan, peningkatan infrastruktur, investasi yang kondusif, peningkatan mutu SDM dengan pendidikan pengembangan ekonomi kerakyatan, menciptakan inteprenuer menangkap peluang ekonomi berbasis kerakyatan, hingga reformasi birokrasi.

Yang menarik dalam debat semalam, dari sesi pertanyaan sampai sesi saling melempar pertanyaan, diwarnai ketegangan. Hal ini dipicu teriakan-teriakan pendukung masing-masing kandidat. Moderator Oka Wisnumurti sempat beberapa kali mengingatkan pendukung kedua kubu agar tetap tenang. Awalnya, sesi menjawab pertanyaan dari panelis berjalan dengan normal. Para kandidat mampu ‘melahap’ pertanyaan panelis dengan waktu yang tepat.

Situasi memanas ketika sesi lempar pertanyaan dan ada sanggahan. Diawali Paket PASS yang menyodorkan pertanyaan tentang program gratis Paket Surya. “Dengan program pasangan nomor urut 1 yang gratis, sementara sekarang semuanya sudah gratis seperti pelayanan kesehatan dengan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar. Di sisi lain, ada pembiayaan lagi, sementara ada keterbatasan fiskal?” sodok Putu Agus Suradnyana, Calon Bupati Buleleng dalam Paket PASS.

Ditohok seperti itu, Dewa Nyoman Sukrawan (Cabup Buleleng dalam Paket Surya) langsung sambar pengeras suara. Sukrawan mengatakan APBD Buleleng nanti 35 persen akan dialokasikan untuk pendidikan. “Dari 35 persen dana pendidikan, kami akan tingkatkan menjadi 40 persen. Pajak online-kan. Kita juga akan efisiensi anggaran. Contohnya, ada uang 100.000 kita efisiensi. Berapa kebutuhan makan, belanja pakaian, semuanya diefisiensi,” ujar politisi asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng ini.

Jawaban Surya ini langsung dipatahkan Agus Suradnyana. ”Penanganan PAD kita sudah online, penempatan layanan semangat ini sudah kami lakukan periode sebelumnya. Ada peningkatan PAD Buleleng sampai Rp 325 miliar,” sanggah Agus Suradnyana.

Giliran Paket Surya menyodorkan pertanyaan soal kiat-kiat Paket PASS di sektor pertanian yang dirasakan langsung oleh rakyat. Atas pertanyaan ini, Agus Suradnyana menegaskan Buleleng kini sudah berswasembada pangan, karena adanya peran pemerintah dalam urusan pupuk, distribusi panen. “Ke depan, kami mau siapkan teknologi untuk dibidang pertanian. Kemudian masalah permodalan bagi petani. Pertanian itu tidak dengan cara sporadis. Harus ada sistem terutama saat pasca panen,” tandas politisi PDIP asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.

Puncak ketegangan terjadi ketika Paket Surya serang kinerja Paket PASS. Melalui Cawabup Gede Dharma Wijaya, Paket Surya menyebutkan tingkat kemiskinan di Buleleng yang tinggi, IPM yang rendah seperti yang dituangkan oleh data BPS. Lalu, Agus Suradnyana berusaha mematahkan serangan Paket Surya. Ketua DPC PDIP Buleleng ini mengatakan, IPM di Buleleng meningkat dengan level 70-80. Level yang mencapai tingkatan tinggi, salah satunya dilihat dari usia harapan hidup. “BPS menghitung terbaru yakni pada sisi usia harapan sekolah. BPS gunakan pendekatan agegat, bukan partisipasi. Bicara pertumbuhan ini adalah isu global yang terjadi di sleuruh dunia. Sementara (pertumbuhan) di Buleleng berada di atas rata-rata Provinsi Bali,” tegas Agus Suradnyana.  

Dharma Waijaya berusaha menyanggahnya, namun politisi Demokrat ini salah ucap. Maksudnya menyebutkan BPS (Badan Pusat Statistik), namun malah disebut BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Salah ucap ini sempat disoraki, sehingga moderator kembali menenangkan pendukung masing-masing. “Dengan tanggapan tersebut berarti apa yang disampaikan BPJS,..eh BPS ada kekeliruan. Jangan sampai masyarakat beda persepsi,” ujar Dharma Wijaya.

Agus Suradnyana pun menjawab langsung pernyataan Dharma Wijaya. “BPS tidak validasi data, mereka melakukan pendataan agregat yang menghitung daya beli ma-syarakat. Saya luruskan itu,” kata Calon Bupati incumbent ini. Soal penanganan kemiskinan, jawaban Agus Suradnyana dikuatkan oleh Cawabup Nyoman Sutjidra bahwa pihaknya sudah mengurangi kemiskinan dengan melakukan bedah rumah tidak layak huni sebanyak 7.440 rumah dari 9.171 rumah yang tidak layak huni di Buleleng. ”Program kami ini mengurangi angka kemiskinan di Buleleng,” ujar Sutjidra.

Berikutnya, giliran Agus Suradnyana yang menyodorkan pertanyaan. Intinya, dia mempertanyakan apakah MICE Tourism layak dikembangkan di Buleleng? “Pariwisata sekarang adalah limpahan daerah lain. Nggak langsung dari Buleleng. Oleh karenanya, Buleleng perlu promosi secara langsung. Kita kuatkan budaya kita agar lain dari yang lain,” jawab Dharma Wijaya.

Agus Suradnyana langsung menyambar pengeras suara. “Dengan memiliki daerah alam yang bagus, wisatawan yang lenght of staynya (masa tinggal) panjang. MICE Tourism yang benar itu artinya wisatawan yang melakukan pertemuan, convention. Kami kalau dipercaya ke depan sudah menggarap potensi-potensi ini,” tegas Agus Suradnyana. * nat

Komentar