nusabali

Kentut Kuda

  • www.nusabali.com-kentut-kuda

Orang Bali menerjemahkan kentut kuda dengan entut jaran. Bagi orang Bali kentut kuda itu punya makna, bukan sebarang kentut.

Aryantha Soethama

Pengarang

Karena itu, orang Bali tidak begitu mempersoalkan ihwal kentut sapi, kentut kambing, anjing, kucing, cicak, apalagi kentut semut. Orang-orang tidak begitu yakin, apakah serangga seperti semut, belalang, nyamuk, bisa kentut.

Dalang Wayan Wija dari Banjar Babakan Sukawati yang menciptakan wayang tantri, mengisahkan kehidupan binatang seperti dalam dongeng-dongeng, jarang sekali menyajikan adegan binatang kentut, tidak juga kuda kentut. Ada adegan ular merayap, harimau mengaum, anjing menggonggong, unggas berkokok atau sapi melenguh, namun sungguh-sungguh tidak ada adegan hewan kentut.

Dalam novel satire Animal Farm yang ditulis dengan sangat bagus oleh George Orwel, mengisahkan sekelompok binatang di sebuah peternakan yang menggulingkan kekuasaan manusia, tidak juga dikisahkan bagaimana binatang-binatang itu buang gas lewat dubur. Tentu karena dalam novel yang diterbitkan 17 Agustus 1945 itu kentut bukan sesuatu yang penting. Tapi, tidak bagi orang Bali, yang justru punya makna tersendiri pada entut jaran. Kok bisa?

Di tahun 1970-an, moda transportasi dalam kota adalah dokar. Di Jawa dikenal sebagai delman, yang bersaing ketat dengan becak. Lagu kanak-kanak di zaman itu yang populer adalah, ‘pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/naik delman istimewa ku duduk di muka/ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja/mengendali kuda supaya baik jalannya/tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk/bunyi sepatu kuda’. Lariknya bukan prat pret prat pret prot suara kentut kuda.

Di Denpasar, tahun-tahun 70-an itu, dokar mangkal di depan Banjar Tainsiat, mengantar ibu-ibu pergi-pulang ke Pasar Badung. Di pasar dokar-dokar itu menunggu penumpang. Di Jembrana, Singaraja, Klungkung, dokar-dokar itu mendapat tempat terhormat di kalangan ibu-ibu. Mereka punya kusir-kusir langganan. Kadang, di hari libur, anak-anak ikut ibu mereka ke pasar, dan seperti dalam lagu itu, anak-anak duduk di depan, di samping pak kusir yang sedang bekerja.

Kuda-kuda diberi kacamata, terbuat dari kulit, tidak dari kaca, untuk membuat kuda patuh menatap lurus ke depan, tidak melirik-lirik kuda lain. Acap kali kuda-kuda itu buang kotoran sembari menarik dokar, mungkin karena kuda tahu buang-buang waktu kalau cuma berak mesti menepi. Kuda-kuda itu punya kebiasaan buang kotoran sepanjang jalan. Agar kotoran itu tidak berceceran mengotori jalan, kotoran pun ditampung dengan karung atau plastik, dipasang di bawah pantat kuda. Begitu kotoran nyeplos, langsung ditampung karung.

Perlengkapan ini sering diperiksa petugas dan pengawas. Jika tidak pakai penampung kotoran, dokar dilarang jalan. Sejak dulu sesungguhnya orang sudah menyadari kebersihan dan arti bebas polusi. Jika seseorang jatuh di jalan raya, sungguh mengkhawatirkan kalau sampai luka itu tercemar kotoran kuda, karena kotoran kuda merupakan sarang bibit tetanus. Kalau jalan raya bebas kotoran kuda, berarti mengurangi risiko luka tertular bakteri tetanus. Kalau tercemar kentut kuda sih tidak apa-apa. Aman.

Karena kuda suka buang hajat sambil jalan, kuda pun kentut sambil jalan juga. Anak-anak yang menemani ibu ke pasar dan duduk di depan, bisa hafal perilaku kuda yang hendak buang hajat, ditandai oleh bunyi kentut dan ekor terangkat. Lalu, plosss... plosss... plosss... kotoran pun berlompatan seperti berlomba-lomba ke luar. Anak-anak di samping pak kusir menutup hidung agar tidak ditubruk bau kentut kuda. Anak-anak tertawa girang, pak kusir tersenyum-senyum, ibu duduk di belakang terkantuk-kantuk karena lelah belanja menelusuri pasar.

Anak-anak akan mengisahkan kentut kuda berceceran sepanjang jalan kenangan itu kepada teman-teman mereka. Biasanya, mereka yang mendengar terbahak-bahak, dan pingin mencoba ikut ibu suatu waktu ke pasar naik dokar, duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja. Dari situlah muncul istilah kentut kuda, istilah bagi orang-orang yang suka bicara, menjelaskan sesuatu tapi tak karuan juntrungannya, tak jelas ujung pangkalnya, berputar-putar, sehingga orang ini dinilai bicara seperti kentut kuda, berceceran. Orang Bali bilang, “Beh tusing karuan ane orahanga, cara entut jaran (wah tidak jelas yang dibicarakan, seperti kentut kuda). Yang dimaksud tentu kentut yang bergema dari pantat kuda yang sedang berlari menarik dokar.

Tak pernah ada yang berkomentar seperti kentut sapi, boleh jadi karena kalau sapi hendak buang hajat pasti berhenti, mau kentut juga berhenti, tidak pernah sapi, apalagi kambing, anjing, buang hajat sambil berlari-lari, kecuali kalau lagi kebelet sangat ketakutan dikejar-kejar dan dibentak-bentak pengangon.

Zaman sekarang banyak orang ngoceh di televisi disindir omongannya seperti kentut kuda malah bangga. Dia pikir dia kuat ngomong seperti kuda berlari jauh, gak capek-capek. Pasti dia tidak mengerti apa itu entut jaran. *

Komentar