nusabali

6 Penyelam Gagal Temukan Buruh Galian C

  • www.nusabali.com-6-penyelam-gagal-temukan-buruh-galian-c

Komisi I DPRD Tabanan Rekomendasikan Tutup Galian Maut

TABANAN, NusaBali

Tim gabungan terdiri dari Tim SAR, Polres Tabanan, Pemadam Kebakaran, dan Satuan Brimob Polda Bali harus kerja keras menemukan Herman, 34, buruh gali batu padas yang terjatuh di proyek galian C Banjar Dauh Jalan, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Rabu (15/2). Tim menggunakan 9 pompa untuk menguras air di kubangan bekas galian C sedalam 15 meter. Namun air yang disedot tak kunjung surut. Sebanyak 6 penyelam diturunkan, namun gagal temukan tubuh korban di dasar kubangan tersebut.

Tim Gabungan belum bisa kerja maksimal dan bergerak bebas karena medan di galian C, Banjar Dauh Jalan, Desa Kelating itu ekstrem. Pompa besar yang dibawa petugas tak bisa dimanfaatkan karena sulit dibawa ke lokasi galian C. Sehingga tim hanya menggunakan 9 pompa kecil. Hasilnya tak menggembirakan. Sebab air yang dikuras tak kunjung surut. Penyebabnya, ada rembesan air dari kubangan di sampingnya. Air yang semula setinggi 15 meter setelah disedot tinggal 3 meter, namun dasar galin tak juga terlihat. “Saat ketinggian air 3 meter, 6 penyelam diterjunkan ke kubangan, namun Herman tak ditemukan,” ungkap sumber di lapangan.

Kasi Ops Basarnas Bali, I Gede Darmada menjelaskan, selain menerjunkan 6 penyelam, juga melibatkan 16 anggota untuk melakukan pencarian. “Air pada kubangan sudah kami sedot sejak Selasa malam hingga Rabu pagi pukul 07.00 Wita. Namun posisi korban terjatuh belum terlihat,” ungkap Darmada. Dikatakan, tim mengalami gangguan penglihatan di dalam kubangan karena gelap dan air bercampur lumpur.

Darmada menambahkan, medan pada kubangan bekas galian C sangat ektrem. Sehingga anggotanya diminta kerja ekstra hati-hati dan waspada karena sekat antar-kubangan mulai retak. “Sekat dan tangga selain licin juga ada yang retak. Jika tidak hati-hati membahayakan anggota kami,” ungkap Darmada. Dikatakan, selain jarak pandang berkurang yang berdampak pada alat scuba (alat bernapas bawah air) tidak berfungsi. Di dasar kubangan juga banyak terdapat bongkahan batu padas yang tidak datar bahkan di bawah menyerupai goa sehingga menyulitkan evakuasi.

Anggota Sat Brimob Polda Bali, Iptu Sumberjaya menduga ada dua penyebab Herman belum ditemukan. Pertama, korban Herman tertimbun di dasar kubangan. Dugaan kedua, korban Herman ada di kubangan paling barat dengan ketinggian air saat ini 7 meter. “Kami memang belum mencari di sebelah barat karena medannya tidak datar. Jika dipaksakan kami takut ikut tertimbun. Jalan satu-satunya menunggu air surut,” ungkap Iptu Sumberjaya. Prakiraannya air baru surut pada Kamis (16/2) sore hari ini. Itu pun jika cuaca bagus tanpa hujan.

Terpisah, Ketua Komisi I DPRD Tabanan, Putu Eka Putra Nurcahyadi mengaku prihatin karena galian C di Banjar Dauh Jalan, Desa Kelating, Kerambitan, sudah berulang kali menimbulkan korban jiwa. Ia mengatakan, izin galian C merupakan kewenangan provinsi. Meski demikian, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemprov Bali untuk penertiban galian maut di Tabanan. “Kalau rekomendasi dari kami, galian C itu harus ditutup,” tandas Eka Putra.

Menurut politisi berumur 35 tahun ini, selain berbahaya dan makan ‘tumbal’, galian C di Desa Kelating juga merusak lingkungan. Sebab, telabah Yeh Lating di barat galian C tersebut terjadi pendangkalan. Di samping itu, ia juga mengkhawatirkan tanah longsor akibat aktivitas galian C yang semakin dalam. Komisi I DPRD Tabanan bersama Satpol PP Tabanan berencana sidak ke galian C ilegal tersebut. “Kami akan koordinasi dengan Satpol PP untuk sidak galian C,” tandas Eka Putra.

Seperti pemberitaan sebelumnya, buruh galian C, Herman, tewas tertimbun saat aktivitas penggalian batu padas di Banjar Dauh Jalan, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Selasa (14/2) pagi. Masalahnya, terjadi longsor saat korban berada di galian sedalam 4 meter. Batu badas yang dikumpulkan buruh galian C asal kawasan Batu Gepeng, Banyuwangi, Jawa Timur ini sudah siap dikerek ke atas. Namum, tebing petak seluas 1,25 are di sebelah utara mendadak longsor. Akibatnya, air dengan deras masuk ke dasar galian di mana korban Herman bekerja.

Korban Herman pun tidak bisa menyelamatkan diri, karena tertimbun reruntuhan yang digenangi air. Hingga Selasa sore pukul 17.55 Wita, korban Herman masih tertimbun di dasar galian dan belum bisa dievakuasi. Petaka maut buruh tewas dalam aktivitas penggalian batu padas di sebelah timur telabah Yeh Lating ini merupakan kejadian ketiga kalinya sejak 2008. Kasus pertama terjadi  4 September 2008, dengan korban Sutikno, 35, buruh asal Jember, Jawa Timur. Kasus kedua menimpa Agus, 40, buruh asal Banyuwangi, Jawa Timur, 16 Maret 2015. Korban Agus tertimpa batu padas hingga kepalanya pecah saat kerek batu padas dari dasar jurang bekas galian sedalam 25 meter. * d,k21

Komentar