nusabali

'Sesi Debat Bikin KO Paket Surya'

  • www.nusabali.com-sesi-debat-bikin-ko-paket-surya

Pasangan incumbent Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Paket PAS) unggul jauh atas penantangnya, Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya (Paket Surya), dalam coblosan Pilkada Buleleng 2017, Rabu (15/2).

DENPASAR, NusaBali

Keunggulan Paket PASS karena beberapa faktor, termasuk incumbent yang mampu mengelola potensi pendukungnya. Di sisi lain, kurang maksimalnya performa dalam debat kandidat, ikut membuat Paket Surya terjengkang.

Setidaknya, begitulah analisis pengamat politik dan akademisi dari FISIP Undiknas Denpasar, Dr Nyoman Subanda MSi, saat dikonfirmasi NusaBali soal hasil sementara Pilkada Buleleng 2017, Rabu malam. Subanda menyebutkan, seperti sudah tradisi, incumbent masih susah untuk dikalahkan. Dalam Pilkada Buleleng 2017, Paket PASS selaku kandidat incumbent yang diusung PDIP bersama Hanura-Gerindra-NasDem-PPP-PAN-PKB punya beberapa faktor yang menduku-ng kemenangannya. Pertama, karena incumbent lebih mampu mengelola potensi dukungan, se-perti kekuatan birokrasi.

“Paket PASS di mata birokrasi tidak ada cacatnya. Kalau incumbent itu ada cacatnya, pasti birokrasi tidak akan memberikan respons dukungan dan biasanya bisa membuat suara anjlok,” tandas Subanda.

Kemudian, lanjut Subanda, dari sisi program, incumbent PASS memang masih direspons positif dengan program-programnya. Walau sebenarnya program tersebut biasa-biasa saja, namun masyarakat responsif karena incumbent bisa menutupinya dengan cara-cara lain, misal orangnya yang merakyat dan suka menyamabraya (bertinteraksi sosial).

“Contohnya, Putu Agus Suradnyana turun ke desa menaiki motor trail. Ada krama punya uacara nelubulanin (3 bulanan), didatangi Agus Suradnyana. Ini menutupi sisi kelemahan Agus Suradnyana. Masyarakat bisa respons dan sudah merasa senang, walaupun programnya biasa-biasa saja,” papar akademisi asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.

Menurut Subanda, penyebab keunggulan incumbent PASS juga tidak terlepas dari sisi profil lawannya, Paket Surya. Disebutkan, Paket Surya agak sedikit melemah posisinya untuk dipilih masyarakat, setelah kedodoran di acara debat kandidat. Dalam debat kandidat seri II yang ditayangkan langsung televisi, Paket Surya menawarkan program serba gratis. Namun, ketika dikejar dari mana dananya, ya nggak jelas.

Ini beda dibandingkan incumbent PASS, walaupun program yang ditawarkan biasa-biasa saja, tapi lebih rasional. “Debat kandidat di televisi sangat berpengaruh. Di situ incumbent masih mampu tawarkan program rasional. Jadi, dari kualitas dan profil, Paket Surya tidak terlalu luar biasa dibandingkan dengan incumbent,” ungkap Subanda.

Kecuali itu, kata Subanda, dukungan partai politik terhadap Paket Surya juga tidak signifikan. “Paket Surya memang disokong Golkar-Demokrat-PKS, namun tidak ada pengaruhnya. Yang bertarung ini sama-sama PDIP, yang punya basis massa,” terang Subanda.

“Tapi, Agus Suradnyana diuntungkan karena didukung partainya di semua level, mulai DPC PDIP Buleleng, DPD PDIP Bali, hingga DPP PDIP. Di samping itu, track record keduanya sudah terbaca sejak awal. Agus Suradnyana diuntungkan dan dibantu induk partainya,” lanjut Subanda.

Meski suaranya unggul jauh dalam coblosan Pilkada Buleleng 2017, Rabu kemarin, Subanda melihat incumbent PASS masih harus menuntaskan persoalan di Gumi Panji Sakti. Menurut Subanda, dari sisi program infrastruktur, Agus Suradnyana memang sudah mewujudkannya. Namun, program lainnya seperti program pendidikan, program tenaga kerja, pengentasan kemiskinan belum tercapai maksimal. “Data yang saya pegang memang tiga sektor ini yang belum tergarap maksimal (dalam periode pertama kepemimpinan Paket PASS selaku Bupati Buleleng 2012-2017, Red). Sudah ditangani, tapi belum maksimal,” ulasnya.

Subanda mencontohkan bidang ketenagakerjaan. Kata Subanda, lapangan kerja di Buleleng semuanya berasal dari sepak terjang swasta. “Meskipun itu kerjasama pemerintah dan swasta, tapi tidak bisa diklaim andil pemerintah. Swasta yang punya andil.”

Kemudian, dalam bidang penanganan kemiskinan di Buleleng, masih perlu sentuhan. “Saat ini, Pemprov Bali saya lihat masih lebih sering menurunkan bedah rumah ke Buleleng. Karena memang kondisinya di lapangan, krama Buleleng masih berada di bawah garis kemiskinan. Salah satunya, karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak,” sebut Subanda. * nat

Komentar