nusabali

Terserang ‘Damuh Lengis’, Cabe Meranggas

  • www.nusabali.com-terserang-damuh-lengis-cabe-meranggas

Belasan hektare tanaman cabe petani di subak-subak di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, meranggas.

BANGLI, NusaBali
Daunnya keriput, batangnya mengering disertai buah yang membusuk. Akibatnya petani merugi karena cabe pelan-pelan mati dan gagal panen. Pantauan di lapangan, kondisi meranggas tersebut dominan terjadi pada tanaman cabe besar, yang di kalangan petani lumrah disebut tabiya lombok.

Petani rata-rata mengaku tak tahu persis apa yang menyebabkan tanaman cabe mereka meranggas. Menurut petani, hal itu karena serangan damuh lengis akibat  cuaca yang tak menentu. “Jika sudah kena damuh lengis pasti ngereres,” ucap I Wayan Cutet, salah seorang petani, Selasa (13/6). Menurut  Cutet, damuh lengis menyerang jika kemarau berkepanjangan, atau hujan yang turun tak menentu. “Kalau disemprot juga tak akan berhasil,” kata Cutet.

Akibat serangan damuh lengis tentu saja petani rugi. Untuk satu hektare kerugian bisa mencapai lebih dari Rp 10  juta. Kerugian itu berasal dari pembelian bibit, pengolahan lahan, pemupukan, dan biaya lainnya. “Termasuk ongkos buruh yang banyak dari luar,” tambah petani lainnya di kawasan Subak Tanggahan Demulih, Susut. Sebaliknya, jika panen dan harga cabe bagus, petani juga untung tidak sedikit. Apalagi ketika harga cabe tembus harga Rp 50 ribu – Rp 60 ribu per kilogram. Sedang saat ini harga cabe besar, rata-rata sekitar Rp 8.000 per kg di tingkat petani. Harga yang merosot ini diperkirakan karena pasokan cabe dari luar daerah yang banyak. Menurut petani, meski cabe lokal langka, namun karena pasokan dari luar banyak, harga cabe tak melonjak. “Tetap saja petani yang rugi,” ucap sejumlah petani.

Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan (P3) Kabupaten Bangli mengakui  kemungkinan adanya serangan ‘damuh lengis’ pada cabe petani. “Itu disebabkan virus kuning,” ujar Kasi Hortikultura Dinas P3 Bangli Ni Made Yusri Mertawani. Dia pun menyebut ciri-ciri cabe yang terserang virus kuning yang biasa disebut ‘damuh lengis’. Cirinya, daun cabe mengeriput, batang mengering, buah cabe bercak-bercak dan membusuk, kemudian berguguran. “Cara kimia seperti penyemprotan tak efektif membantu,” jelas Yusri Mertawani. Dikatakan penanggulangan yang lebih efektif, dengan cara bio klinik. “Sejenis bakteri yang bisa memangsa virus kuning,” jelas Yusri Mertawani.  

Dinas P3, menurutnya sudah memiliki sentra bio klinik tersebut di Katung (Kintamani).  Dikatakannya, virus kuning bisa sudah ada dalam bibit (cabe), atau karena temperatur  (cuaca). “Juga di dalam tanah bisa ada,” jelasnya. 7 k17

Komentar