nusabali

Kertas Bekas Skripsi Jadi Gaun Menawan

  • www.nusabali.com-kertas-bekas-skripsi-jadi-gaun-menawan

Apa jadinya jika bahan skripsi setelah dicorat-coret dosen lantas terbuang percuma? Mau dibakar malah menimbulkan polusi, tetapi jika disimpan tak ada tempat yang cukup untuk menampung.

Dalam Ajang Trash Stock Festival 2016

DENPASAR, NusaBali
Jika pernah mengalami hal demikian, kini ada cara untuk memanfaatkannya. Adi Siput, perwakilan dari Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kesiman, Denpasar punya cara unik untuk menjadikan sampah kertas skripsi menjadi lebih berguna. Kertas-kertas itu dirangkai dan dibentuk menjadi sebuah gaun yang menawan. Dua hasil karyanya lantas dipamerkan dalam ajang Trash Stock Festival, suatu ajang edukasi mengolah sampah menjadi lebih bermanfaat. Karyanya dikenakan oleh dua model cantik mahasisiwi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar saat body painting di acara tersebut yang dilangsungkan di Taman Baca, Kesiman, Jalan Sedap Malam, Denpasar Timur, Minggu (17/7).

Menyadari sampah menjadi problem yang sangat urgen saat ini, Adi Siput bersama komunitas Rumah Budaya Penggak Men Mersi tergerak untuk memanfaatkannya dan disulap menjadi benda bernilai guna, bukan saja sampah plastik, namun juga sampah kertas. “Untuk berkreativitas apapun bisa dipakai, termasuk sampah. Jadi kertas-kertas skripsi bekas saya olah menjadi sebuah karya. Ini menunjukkan kreativitas tanpa batas,” ujarnya.

Dikatakan, karya ini dibuat sudah dari satu tahun yang lalu dan juga sempat dipakai pada even-even serupa lainnya. Menurutnya, dengan cara ini bisa mengedukasi masyarakat bahwa salah satu cara untuk menanggulangi sampah, yakni dengan cara recycle (daur ulang) menjadikan sesuatu yang lebih bermanfaat.

“Kalau dibuang begitu saja tentu akan mencemari lingkungan. Dengan menjadikannya sebagai sebuah karya, tentu bisa lebih lama tahan, dan harapan kita itu bisa dipakai untuk jangka waktu panjang sehingga tidak menimbulkan sampah baru,” katanya. Seniman recycle lainnya, Gusti Putu Mantra dari Rendang, Karangasem, juga tak kalah unik. Dia memanfaatkan pembungkus buah apel dipadukan dengan bekas sarung jok sebagai dasarnya dan menghasilkan gaun yang antik. Karya gaunnya yang lain juga menawan terbuat dari kain bekas industri prada.

“Ada 6 karya saya yang ditampilkan di sini. Ada juga yang terbuat dari karung, kraras (daun pisang kering), bekas jok yag masih baru, dan juga kertas pembungkus kado. Saya dari tahun lalu ikut mengisi acara ini (trash stock),” ungkapnya. Bagi Mantra, yang terpenting saat ini bagaimana mengedukasi masyarakat agar sadar dan memanfaatkan sampah menjadi barang-barang kreatif, serta sebisa mungkin tidak menimbulkan sampah baru.

Selain body painting, ajang Trash Stock Festival 2016 kemarin juga diisi dengan aksi ngelawang menggunakan barong yang terbuat dari sampah plastik karya perupa Wayan Suja. Barong itu dibuat menggunakan struktur anyaman bambu. Struktur anyaman itu kemudian ditempeli plastik-plastik bekas, hingga membentuk sebuah wujud barong. Khusus untuk tapel barong, dibuat dari bubur kertas, hasil daur ulang kertas Koran. Barong bangkung itu dibuat oleh perupa Wayan Suja bersama-sama Forum Pemuda Batubulan.

Wayan Suja memang banyak mengangkat isu sampah plastik. Kali ini ia sengaja membuat sebuah barong plastik, untuk membangun kesadaran kolektif menangani sampah plastik. Co-founder Trash Stock Festival, I Putu Hendra Arimbawa mengatakan, Trash Stock Festival yang digelar 16-17 Juli ini sengaja digelar sebagai sarana edukasi sampah plastik. 7 i

Komentar