nusabali

Korban Diare Massal Jadi 45 Orang

  • www.nusabali.com-korban-diare-massal-jadi-45-orang

Bocah 3 tahun sudah dibolehkan pulang, tapi ibu dan neneknya masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar

Empat Korban Lagi Baru Dirujuk ke Puskesmas Payangan Kemarin


GIANYAR, NusaBali
Pasien korban diare asal Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Gianyar yang bertumbangan pasca santap lawar dan sate pernikahan, terus bertambah. Ada tambahan 4 pasien lagi yang baru dirujuk ke Puskesmas Payangan, Kamis (10/11), sehingga total korban diare massal menjadi 45 orang.

Empat (4) pasien korban diare yang baru dibawa keluarganya ke Puskesmas Payangan, Kamis kemarin, semuanya berasal dari Banjar Subilang, Desa Bukian. Mereka masing-masing Ni Wayang Rumping, 80, I Wayan Tagel, 46, I Ketut Kecut, 70, dan I Ketut Kieng, 70.

Korban Wayang Rumping masuk ke Puskesmas Payangan, Kamis siang sekitar pukul 11.00 Wita. Sedangkan korban Wayan Tagel baru masuk Kamis sore sekitar pukul 15.00 Wita. Sementara korban I Ketut Kecut baru masuk ke Puskesmas Payangan, Kamis petang pukul 18.00 Wita. Sebaliknya, korban I Ketut Kieng baru dibawa keluarganya, Kamis malam pukul 19.00 Wita.

Keempat pasien baru ini dirujuk ke Puskesmas Payangan, karena mengalami gejala serupa dengan 41 pasien sebelumnya, yakni mules, mual-mual, muntah, hingga diare. Hingga Kamis malam, tercatat ada 11 pasien korban diare massal asal Desa Bukian yang masih dirawat di Puskesmas Payangan. Sehari sebelumnya, jumlah korban diare yang dirawat di Puskesmas Payangan tercatat 8 orang. Satu (1) di antara mereka telah dibolehkan pulang dari Puskesmas, Kamis kemarin.

Sedangkan jumlah pasien korban diare yang masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar, Kamis kemarin, mencapai 4 orang. Sehari sebelumnya, jumlah mereka mencapai 6 orang. Ada 1 korban diare yang sudah dibolehkan pulang dari RSUD Sanjiwani, sementara 1 pasien lagi dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar untuk mendapatkan penanganan lebih intensif.

Korban diare yang dirujuk ke RS Sanglah adalah I Ketut Lepo, 80. Menurut Dirut RSUD Sanjiwani, dr Ida Komang Upeksa, pekak berusia 80 tahun tersebut dirujuk ke RS Sanglah, rabu (9/11) sore. Pekak Lepo terpaksa dirujuk ke RS Sanglah, karena terdeteksi mengalami kelainan pada jantungnya. “Kelainan jantung itu baru diketahui saat dilakukan pemeriksaan ketika pasien sepuh tersebut baru sampai di sini (RSUD Sanjiwani), Rabu siang sekitar pukul 13.00 Wita," jelas dr Ida Komang Upeksa.

Sedangkan satu pasien korban diare yang telah dipulangkan dari RSUD Sanjiwani, kata dr Upeksa, adalah Ni Wayan Mila Anjani, 3. Bocah perempuan berusia 3 tahun ini sebelumnya dirujuk ke RSUD Sanjiwani dari Puskesmas Payangan, Rabu siang pukul 14.20 Wita. Dia dirujuk bersama ibundanya, Ni Nengah Armili, 27, serta sang nenek Ni Nyoman Nyangkod, 55. Namun, ibu dan nenak bocah malang ini hingga Kamis sore masih dirawat di RSUD Sanjiwani.

Selain Ni Nengah Armili dan Nyoman Nyangkod, 2 pasien korban diare lainnya asal Desa Bukian yang masih dirawat di RSUD Sanjiwani adalah Ni Wayan Sanggri, 76 (seeblumnya masuk RSUD Sanjiwani, Rabu siang pukul 12.00 Wita) dan I Wayan Mertayasa Septiadi, 7 (sebelumnya masuk RSUD Sanjiwani, Rabu siang pukul 13.40 Wita).

Pantauan NusaBali, Kamis kemarin, kondisi pasien sepuh Ni Wayan Sanggri sudah membaik. Dia ditunggui putranya, I Ketut Kartana. Menurut Ketut Kartana, ibunya yang kini berusia 76 tahun memang sempat makan daging babi goreng, tapi tidak ada santap lawar atau sate di acara pernikahan.

Ketut Kartana sendiri sempat makan lawar saat ikut mebat di lokasi upacara pernikahan. Demikian pula istri kartana, Ni Ketut Sumiati, sempat makan lawar. Beruntung, mereka tidak sampai diare, meskipun diakui sempat merasakan perut seperti mules. "Mungkin karena daya tahan tubuh kami lebih bagus, sehingga tidak parah. Hanya mules-mules saja," ungkap Kartana.

Sementara, pasien Nengah Armili hingga kemarin masih menjalani perawatan di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani. Perempuan berusia 27 tahun ini mengaku kondisinya telah membaik. Dia masih dirawat di RSUD Gianyar bersama ibunya, Nyoman Nyangkod.

Nengah Armili mengaku bersyukur, karena anak semata wayangnya, Ni Wayan Mila Anjani, 3, sudah pulih, bahkan telah dipulangkan dari RSUD Sanjiwani Gianyar. "Anak saya sekarang sudah pulang, tapi masih dirawat jalan," tutur Nengah Armili kepada NusaBali, Kamis kemarin.

Sementara itu, pihak Dinas Kesehatan Gianyar masih menyelidiki apa sejatinya penyebab petaka diare massal yang menimpa 43 krama Desa Bukian, Kecamatan Payangan. Menurut Kadis Kesehatan Gianyar, dr Ida Ayu Cahyani Widyawati, pihaknya sudah mengambil beberapa sampel untuk diteliti dan diuji laboratorium. Sampel yang diambil dari lokasi upacara pernikahan, termasuk di antaranya talenan, alat penggiling daging, air, serta muntahan dari korban diare. "Sampai saat ini kami masih menunggu hasil uji laboratorium," ujar dr Ida Ayu Cahyani di Gianyar, Kamis kemarin.

Secara terpisah, Kelian Dinas Banjar Subilang, Desa Bukian, I Wayan Sabawardana, mengatakan pihak desa berencana melaksanakan upacara peneduh, pasca musibah diare massal yang menimpa 43 warganya. Namun, belum diketahui pasti kapan upacara peneduh ini akan dilaksanakan, karena masih menunggu paruman. "Tentu seluruh prajuru desa dan krama melaksanakan paruman terlebih dulu. Intinya, kami akan melaksnakan upacara untuk memohon keselamatan," jelas Wayan Sabawardana saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.

Sebelumnya diberitakan, para korban diare mencapai 41 orang ini dibawa ke Puskesmas Payangan, sejak Senin (7/11) hingga Rabu (9/11). Mereka berasal dari dua banjar berbeda di Desa Bukian, masing-masing Banjar Subilang (sebanyak 39 orang) dan Banjar Bukian (3 orang). Sebelum bertumbangan, 41 korban diare ini menghadiri upacara perkawinan di Banjar Subilang, sejak Sabtu (5/11) hingga Senin (7/11). Ada lima pasangan pengantin yang melaksanakan upacara perkawinan.  cr62

Komentar