nusabali

MUTIARA WEDA : Dari Perspektif 'Polusi'

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-dari-perspektif-polusi

Seseorang akan dinyatakan tidak suci jika dia tidak memiliki uang, dan kemunafikan akan diterima sebagai kebajikan.

Anādhyataivāsādhutve sādhutve dambha eva tu
Svikāra eva codvāhe snānam eva prasādhanam
(Srimad Bhagavatam, 12.2.5)

Pernikahan akan diadakan hanya melalui persetujuan verbal, dan seseorang akan merasa pantas tampil di depan publik jika dia sekadar telah mandi.Prediksi mengenai perilaku manusia di jaman Kali Yuga diuraikan dengan sangat baik oleh teks Srimad Bhagavatam. Jika kita perhatikan perilaku diri kita sendiri sehari-hari (dengan tanpa menunjuk orang di lingkungan sekitar kita), hampir sebagian besar dari prediksi tersebut akurat. Seperti misalnya teks di atas, ada empat prediksi (beberapa sloka lainnya menguraikan prediksi yang lebih banyak lagi) yang bisa dijadikan pegangan untuk bercermin bahwa memang benar efek Kali Yuga telah merasuki struktur tubuh dan pikiran kita. Srimad Bhagavatam telah dengan benar memprediksi content diri kita beserta dengan ekspresinya. Kegiatan apapun yang kita perbuat, arah yang dituju sebagai summum bonumnya adalah benar seperti yang dinyatakan oleh teks ini.

Apa yang kita pikirkan, katakan, dan perbuat lebih sering bertentangan dengan pusat (center) atau keberadaan (being) diri kita. Kita berpikir oleh karena berbagai sistem berpikir, teori, ajaran dan yang sejenisnya mempengaruhi otak kita sejak kecil, dan bahkan sejak masih di dalam kandungan. Kita hampir tidak memiliki otentisitas sama sekali. Kemudian ita merasa telah berpikir, berkata, dan berbuat secara benar berdasarkan sistem berpikir, teori, dan ajaran tersebut. Namun kita tidak menyadari sama sekali bahwa sistem berpikir, teori, dan ajaran itu telah berada dalam wadah (yoni) yang telah sedemikian rupa terpengaruh oleh jaman Kali Yuga. Kebenaran apapun yang disampaikan oleh sistem berpikir, teori, dan ajaran tersebut akan tetap melaju ke arah yang salah, sebab perahu yang membawanya menuju arah yang salah.

Sehingga dengan demikian, meskipun kita menyadari akan kebenaran sebagaimana yang disampaikan oleh, seperti teks di atas, atau oleh kitab suci lainnya, atau oleh sistem berpikir, teori, dan ajaran lainnya, kita akan mengarah ke arah yang salah, sebab jaman Kali Yuga adalah kendaraan kita. Wadah yang menjadikan pijakan kita berpikir, berkata, dan berbuat telah terpolusi, sehingga kita tidak menyadari bahwa kita berpikir, berkata, dan berbuat tentang kebenaran dari sebuah ajaran atau sistem berpikir atau teori berasal dari perspektif ‘yang telah terpolusi’ tersebut.

Oleh karena itu, sebagian besar dari kita, jika bicara tentang kebenaran, sebenarnya bukan berasal dari kejernihan kebenaran itu sendiri, melainkan dari kacamata pikiran kita yang telah terpolusi. Sebenar-benarnya kita berpikir, kita sesungguhnya tidak berada di dalam kebenaran itu. Empat contoh di atas bisa dijadikan cermin bahwa memang seperti demikian keadaannya. Pertama, hubungan antara kesucian dan uang dalam banyak teks dinyatakan tidak ada hubungannya. Ajaran vairagya, pola hidup sederhana dan yang sejenisnya mengatakan bahwa kekayaan adalah salah satu bentuk rintangan besar di dalam jalan rohani. Hampir semua dari kita mengetahuinya hanya dengan sekali saja membaca kitab suci. Tetapi siapa yang peduli dengan hal ini? Setiap orang dari kita bisa berpikir dan bicara mengenai vairagya, ketidakterikatan, hidup sederhana dan yang sejenisnya, tetapi siapa yang berada di dalam kebenaran yang dipikirkan dan yang dibicarakan itu? Sehingga dengan demikian, contoh kedua terbukti, yakni kemunafikan diterima sebag
ai kebajikan.

Ketiga, perkawinan berlangsung hanya melalui persetujuan verbal. Kalau kita mau jujur, mungkin sebagian besar dari kita, hanya melalui kesepakatan bersama, kita telah mencoba ‘belajar hidup bersama.’ Keempat, kita telah merasa percaya diri tampil di muka umum hanya karena mandi saja. Artinya, hanya sekadar tampilan luar saja, kita telah berani tampil di depan umum. Hanya sekadar kita tahu tentang vairagya saja, atau yang sejenisnya, tanpa pernah menjalaninya sekalipun, kita dengan penuh percaya diri mendeskripsikannya (mengajarkannya) kepada orang lain.

I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Dosen Fak. Brahma Widya, IHDN Denpasar  

Komentar