nusabali

Guru Jawara Mawirama Merangkap Jual Jagung Rebus Keliling

  • www.nusabali.com-guru-jawara-mawirama-merangkap-jual-jagung-rebus-keliling

Hidup adalah perjuangan. I Ketut Degeng, 30, asal Banjar Belugu, Desa Suter, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini tak hanya berprofesi sebagai guru meski masih berstatus guru tidak tetap (GTT).

Tahun Depan Wakili Bali di Utsawa Dharma Gita Nasional di Palembang


BANGLI, NusaBali
Selepas mengajar, Degeng berjualan jagung rebus keliling. Untung dari jualan jagung rebus keliling itu dapat menambah penghasilan. Meski menyandang status guru, Degeng mengaku tak minder, keluar masuk kantor dan ke tempat keramaian lainnya, seperti odalan, untuk menjajakan jagung rebus. “Ini namanya pekerjaan, bagaimana minder,” ujar guru yang mengajar Bahasa Bali di SMK 2 Bangli di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Selasa (22/11).

Untuk diketahui suami dari Ni Ketut Sri Adnyani, ini sebenarnya jago mawirama. Degeng adalah juara I Lomba Makekawin Dewasa pada Utsawa Dharma Gita tingkat Provinsi Bali di Denpasar. “Tahun 2017 nanti saya akan mewakili Bali dalam Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional di Palembang,” ungkapnya.

Degeng menuturkan, bakatnya berkesenian kemungkinan menurun dari ibunya, Ni Nyoman Winten, seorang pragina (seniman) arja di desanya di Desa Suter, Kintamani. “Ibu saya pemeran mantri buduh (tokoh pangeran gila),” ucap Degeng. Sedang I Wayan Kerasna, ayahnya, seorang petani.

Bakat seni pada Degeng muncul sejak kecil. “Sejak SD saya sudah senang magending,” tambahnya. Itulah yang mengantarnya sering memenangi lomba matembang. Di antaranya juara I Gaguritan pada Utsawa Dharma Gita tingkat Provinsi Bali tahun 2004. Tahun 2005, juara I Kekawin Dewasa dan juara lainnya sampai dengan terakhir tahun 2016 lalu, juara I Kekawin pada Utsawa Dharma Gita tingkat Provinsi Bali.

Jualan jagung rebus dilakoni Degeng pada sore hari, lepas mengajar di sekolah. Yang dijualnya dua jenis jagung yakni jenis jagung manis dan jagung ketan. “Kadang saya menjual kepada krama yang menggelar upacara,” ungkap jebolan IHDN Denpasar, ini.  

Jualan kepada krama dalam jumlah banyak sampai lebih dari seratus biji, biasanya ketika Degeng ngayah mesanti atau mawirama. Degeng mengakui, jualan jagung untuk menambah penghasilannya sebagai guru kontrak. Sebagai guru kontrak, penghasilan Degeng hanya Rp 900 ribu per bulan. “Yang penting kerja benar,” imbuh Degeng yang mengaku kini sedang suntuk belajar menari menjadi penasar (tokoh punakawan) dalam drama tari arja.

Meski tidak menentu, namun penghasilan dari jualan jagung rebus keliling dapat menambah penghasilannya sebagai guru tak tetap (GTT). “Kadang kalau laris bisa dapat untung seratus ribu. Atau kalau sepi malah tak dapat untung sama sekali,” papar Degeng. Tak jarang di sela-sela jualan dia kadang diminta melantunkan gaguritan pupuh gending Bali. Atau diminta mawirama. Degeng pun akan melakukannya. “Ya sambil mengenalkan wirama,” kata Degeng mengaku telah mengenal lebih dari 10 wirama dalam kekawin. * k17

Komentar