nusabali

Kupas Isi Prasasti Bengkala yang Dibuat di Zaman Raja Jaya Pangus

  • www.nusabali.com-kupas-isi-prasasti-bengkala-yang-dibuat-di-zaman-raja-jaya-pangus

Dalam Prasasti Bengkala yang dibuat Tahun Saka 1103 tertulis bahwa zaman itu masyarakat Desa Bengkala ajukan protes dan tuntut keadilan atas perilaku pejabat yang kurang adil dalam pemugutan pajak

Balai Arkeologi Denpasar Gelar ‘Rumah Peradaban’ di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Balai Arkeologi Denpasar menggelar ‘Rumah Peradaban’ di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (22/11). Dalam ‘Rumah Peradaban’ tersebut, dipaparkan isi dari Prasasti Bengkala, prasasti buatan zaman Raja Sri Aji Jaya Pangus, yang sudah berhasil dibaca dan disadur kedalam Bahasa Indonesia.

‘Rumah Peradaban’ merupakan salah satu program Badan Arkeologi Denpasar untuk mensoliasisasikan hasil penelitian kepada masyarakat. Khusus ‘Rumah Peradaban’ di Desa Bengkala kemarin, sekaligus untuk mensosialisasikan hasil penelitian Prasasti Bengkala, yang dibuat Tahun Saka 1103 dan baru ditemukan warga pada 1971 silam.

Acara ‘Rumah Peradaban’ kemarin digelar Balai Arkeologi Denpasar di Gedung Serba Guna Desa Bengkala mulai pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 13.00 Wita. Selain dihadiri tokoh-tokoh Desa Bengkala, ‘Rumah Peradaban’ ini juga melibatkan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng I Ketut Arjana, dan sejumlah akademisi serta mahasiswa dari Undiksha Singaraja. Dalam acara tersebut juga diserahkan secara simbolis duplikat Prasasti Bengkala kepada Desa Pakraman Bengkala.

Setelah digelar ‘Rumah Peradaban’, dilanjut dengan pembukaan pameran arkeologi benda-benda peninggalan sejarah asal Buleleng di tempat yang sama. Pameran arkeologis, termasuk benda-benda bersejarah asal Desa ‘Baliaga’ Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng akan berlangsung hingga 25 November 2016.

Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa, mengatakan ‘Rumah Peradaban’ digelar di Desa Bengkala atas pertimbangan potensi peninggalan sejarah yang dimiliki desa tua tersebut. Pertimbangan lainnya, perilaku dan tradisi ritual krama Desa Pakraman Bengkala yang dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini, terinspirasi dari sumber sejarah yang ada.

Salah satu tradisi yang tetap bertahan di Desa Bengkala ritual Majuk-jukan, sebgai simbol pemuliaan perempuan. Ritual ‘Majuk-jukan’ ini dilaksanakan setahun sekali saat Pangerupukan Nyepi Tahun Baru Saka.

Menurut IGM Suarbawa, hal tersebut dikaitkan dengan sumber dari Ratu Bengkala yang ada di kawasan Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan. Dalam sejarahnya, disebutkan Kelandis dan Desa Bengkala dulunya meruoakan satu kesatuan. Namun, pada abad ke-11, Bengkala berpisah dari Kelandis, hingga menjadi Desa Swatantra dan Otonomi. “Hal itulah kemudian menjadi penguat yang ada dalam Prasasti Bengkala,” ujar IGM Suarbawa kepada NusaBali.

Prasasti Bengkala sendiri ditemukan tahun 1971 oleh salah seorang warga Desa Bengkala di Goa Landak, yang berlokasi di pinggiran Sungai Bengkala. Temuan prasasti tersebut kemudian dilaporkan kepada prajuru desa. Awalnya, hanya ditemukan satu keping prasasti. Namun, setelah dilakukan ritual dengan sarana canangsari, kembali ditemukan lima keping prasasti lainnya. Lokasi temuan juga di tempat yang sama, yakni Goa Landak.

Enam keping Prasasti Bengkala yang ditemukan sekitar 45 tahun silam tersebut berisi tanggal pembuatan. Setelah dibaca, prasasti tersebut dibuat tanggal 22 Juli 1103 Saka atau 22 Juli 1181 Masehi. Dari penemuan prasasti tersebut, krama Desa Bengkala sepakat untuk membuat sebuah pura yang kemudian dinamai Pura Pasupati, sebagai tempat penghormatan Prasasti Bengkala.

Angka pebuatan prasasti yakni 22 Juli 1181 Masehi pun dijadikan sebagai ‘hari jadi’ Desa Bengkala. Dalam perayaannya hari jadi Desa Bengkala setahun sekali, biasanya diisi dengan pembacaan prasasti asli yang diawali dengan ritual khsusus yang berkaitan dengan kesejarahan.

IGM Suarbawa memaparkan, kendati telah ditemukan pada 1971, namun Prasasti Bengkala baru bisa dibaca dan tuntas disadur kedalam Bahasa Indonesia beberapa waktu lalu. Menurut Suarbawa, enam keping Prasasti Bengkala terbuat dari bahan Tembaga, menggunakan bahasa Jawa Kuno. Prasasti Bengkala dibuat pada zaman pemerintahan Raja Sri Aji Jaya Pangus, 22 Juli 1181 Masehi.

Suarbaya menyebutkan, selain dilakukan pembacaan dan penyaduran kedalam Bahasa Indonesia, Prasasti Bengkala juga dibuatkan duplikat. Selama ini. Prasasti Bengkala yang asli disimpan di rumah Kelian Desa Pakraman Bengkala. Saat acara ‘Rumah Peradaban’, Selasa kemarin, dilakukan serahterima duplikat Prasasti Bengkala dari Balai Arkeologi Denpoasar kepada Bendesa Pakraman Bengkala, I Nyoman Sasi.

Sementara itu, dalam Prasasti Bengkala disebutkan bahwa pada zaman tersebut (Tahun Saka 1103), masyarakat Desa Bengkala mengajukan protes atas perilaku pejabat yang kurang adil dalam pemungutan pajak. Warga setempat pun menuntut azas keadilan. Perwakilan masyarakat saat itu melaporkan kenyataan di lapangan kepada pemerintah (Raja) melalui Prasasti Bengkala, sehingga penyelesaian dapat berjalan dengan baik.

Hasil pembacaan dan penerjemahan Prasasti Bengkala tersebut diungkapkan langsung IGM Suarbawa selaku Kepala Balai Arkeologi Denpasar di hadapan tokoh masyarakat, perwakilan pemkab Buleleng, dan warga Desa Bengkala saat digelar ‘Rumah Peradaban’, Selasa kemarin. “Dengan penyampaian ini, diharapkan ke depannya dapat menjadi referensi edukasi generasi muda, khususnya kalangan pelajar, yang ingi mengetahui sejarah Desa Bengkala.

Sementara, Kepala Desa (Perbekel) Bengkala, I Made Arpana, yang hadir dalam ‘Rumah Peradaban’ kemarin, menyatakan sangt mengapresiasi penyaduran Prasasti Bengkala kedalam Bahasa Indonesia oleh Badan Arkeologi Denpasar. Dengan begitu, apa yang tertuang dalam Prasasti Bengkala tersebut dapat diketahui oleh masyarakat.

“Dengan disadurnya Prasasti Bengkala, artinya ada kemajuan kepastian sejarah yang dapat kami gunakan acuan, ketika ada generasi kami dan masyarakat umum yang mencari informasi terkait prasasti,” papar Perbekel Made Arpana. * k23

Komentar