nusabali

4 Warga Desa Bukti Kena Sakit Misterius

  • www.nusabali.com-4-warga-desa-bukti-kena-sakit-misterius

Empat warga Banjar Bukti, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng terserang penyakit misterius sejak sepekan lalu.

SINGARAJA, NusaBali

Tiga dari mereka masih satu keluarga dan kini dirawat di dua rumah sakit berbeda di Singaraja. Bahkan, salah satunya dalam kondisi koma. Satu dari empat korban penyakit misterius yang dalam kondisi koma tersebut adalah I Made Sudiarsa, 44, yang kini dirawat dirawat di Ruang ICU RSUD Buleleng. Sedangkan tiga korban penyakit misterius lainnya masing-masing I Komang Budiarta, 46 (kini dirawat di RS TNI AD Singaraja), I Ketut Sumertayasa, 30 (dirawat di Ruang Sandat di RSUD Buleleng), dan dan I Gede Budiana, 47 (juga dirawat di Ruang Sandat RSUD Buleleng).

Komang Budiarta merupakan korban penyakit aneh pertama yang dirujuk ke rumah sakit. Pria berusia 46 tahun ini diajak keluarganya ke RSUD TNI AD Singaraja, Senin (21/11) lalu. Sedangkan korban Made Sudiarsa, Ketut Sumertayasa, dan Gede Budiana dilarikan keluarganya ke RSUD Buleleng di Singaraja pada hari yang sama, Selasa (22/11) lalu. Hingga Minggu (27/11), keempat warga Desa Bukti korban penyakit misterius ini masih dirawat intensif di rumah sakit.

Tiga korban penyakit misterius yang dirawat di RSUD Buleleng: Made Sudiarsa, Ketut Sumertayasa, dan Gede Budiana masih ada hubungan keluarga. Mereka mengalami gejala yang sama: demam, muntah, kejang-kejang, dan kerap berontak. Adalah Made Sudiarsa, paman dari korban Ketut Sumertayasa, yang pertama terserang gejala penyakit misterius tersebut, 22 November 2016 pagi.

Sedangkan Sumertayasa (keponakan Sudiarsa) mengalami gejala yang sama siang harinya, 22 November 2016, hampir bersamaan dengan Komang Budiana. Yang disebut terakhir, Budiana, merupakan kakak ipar dari Sumertayasa. “Awalnya mereka sehat-sehat saja, tidak ada gejala sakit. Tapi, tiba-tiba saja mereka jadi begini,” ungkap kakak dari korban Sumertayasa, Ni Komang Widiarsi, 35, saat ditemui NusaBali di RSUD Buleleng, Minggu kemarin.

Komang Widiarsi mengaku tidak mengerti mengapa adik, paman, dan kerabatnya yang lain mengalami penyaket aneh sama pada hari yang sama pula. Padahal, posisi rumah mereka berjauhan, namun masih dalam satu banjar. Komang Widiarsi sendiri mengaku menyaksikan langsung gejala penyakit yang dialami adiknya, Sumertayasa.

Menurut Widiarsi, awalnya Sumerta mengalami demam, kemudian disusul dengan muntah-muntah, diakhiri kejang-kejang. Gejala yang sama juga dialami sang paman, Made Sudiarsa, dan Gede Budiana. Pihak keluarga pun langsung melarikan mereka ke RSUD Buleleng, Selasa siang.

Tim medis RSUD Buleleng sempat kewalahan, karena ketiga korban penyakit misterius dari satu keluarga ini masih terus berontak saat pertama ditangani di rumah sakit. Padahal, ketiganya kala itu dalam kondisi tak sadarkan diri. “Gara-gara berontak terus, mereka bahkan sempat diikat tangan dan kakinya oleh tim medis, agar segera bisa diinfus dan dapat obat lainnya,” kenang Widiarsi.

Menurut Widiarsi, korban Sumertayasa dan Budiana sempat tidak sadarkan diri selama dua hari. Sedangkan pamannya, Sudiarsa, sejak awal hingga Minggu kemarin masih dalam kondisi koma. Korban yang kondisinya paling parah ini kini dirawat di ICU RSUD Buleleng. “Sebenarnya, paman saya (Sudiarsa) sempat sadar sejenak saat masih dirawat di UGD, Rabu (23/11) lalu. Namun, keesokan harinya dinyatakan drop hingga dirawat di Ruang ICU,” cerita Widiarsi.

Sementara, korban Budiana yang dirawat di Runag Sandat RSUD Buleleng---ruangan khusus penanganan pasien stroke---, hingga Minggu kemarin kondisinya masih labil. Kesadarannya belum pulih. Ini berbeda dengan Sumertayasa, yang kesadarannya sudah mulai pulih. Anehnya, setelah kesaranannya berangsur pulih, Sumertayasa justru mnegalami gangguan pendengaran. Itu sebannya, untuk berkomunikasi dengan keluarga yang menungguinya di RSUD Buleleng, Sumertayasa selalu berteriak-teriak.

Sudiarsi mengatakan, selain pengobatan secara medis di RSUD Buleleng, pihak keluarga korban penyakit misterious ini juga menempuh upaya niskala. Mereka nunas baos (menanyakan secara niskala) kepada orang pintar terkait penyakit misterius ini. Namun, berdasarkan teropong niskala orang pintar, tak ada disebutkan penyakit ini akibat faktor niskala.

Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng, dr Putu Sudarsana SpOG, mengatakan tiga pasien dari satu keluarga asal Desa Bukti yang masih dirawat intensif ini menderita Meningitis, yakni peradangan selaput otak. Hal tersebut diketahui setelah sampel darah trio korban Sudiarsa, Sumertayasa, dan Budiana diuji laboratorium.

“Dari hasil diagnose sementara yang sudah kami lakukan, penyakit ini lebih cenderung ke radang selaput otak. Rencananya akan dilakukan lumbal pungsi untuk memastikan penyebab penyakit, tapi pihak keluarga belum menyetujuinya,” ungkap dr Putu Sudarsanna saat dikonfirmasi NusaBali di RSUD Buleleng, Minggu kemarin.

Menurut dr Sudarsana, lumbal pungsi merupakan tindakan medis untuk mengambil sampel cairan tulang belakang buat memastikan penyebab radang selaput otak yang dialami ketiga pasien. Dengan mengetahui penyebabnya, maka akan memudahkan tim medis untuk melakukan tindakan selanjutnya. Dia menyebutkan, sebagian besar radang selaput otak disebabkan oleh virus dengan gejala permulaan mirip flu yang diikuti panas tinggi, kejang-kejang, disertai menurunnya kesadaran.

Gejala peradangan yang mengenai lapisan selaput pelindung jaringan otak dan sumsum tulang belakang, kata dr Sudarsana, juga menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, jamur, luka fisik, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi pasien, serta parasit yang menyebar ke dalam darah dan melebur ke cairan otak.

“Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit serius yang harus segera mendapatkan penanganan. Masalahnya, letak penyakit ini berada dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan gerak, pikiran, dan bahkan berujung kematian,” tandas dr Sudarsana. * k23

Komentar