nusabali

Jalan Longsor, Warga 4 Desa Terisolasi

  • www.nusabali.com-jalan-longsor-warga-4-desa-terisolasi

Badan jalan di Banjar Angantiga, Desa Petang longsor sepanjang 25 meter dengan lebar 6 meter, hingga timbulkan tebing sedalam 70 meter

Dalam Sebulan, Tebing Jalan di Angantiga 3 Kali Longsor


MANGUPURA, NusaBali
Jalur Denpasar-Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung (di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung) terputus total. Masalahnya, badan jalan di wilayah Banjar Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang longsor ke jurang sisi barat, Rabu (30/11) tengah malam pukul 24.00 Wita. Akibatnya, penduduk dari empat desa di wilayah Kecamatan Petang pun terisolasi, selain juga tersumbatnya air PDAM.

Pantauan NusaBali, Kamis (1/12), hampir seluruh badan jalan aspal selebar 6,5 meter amblas akibat longsor kali ini. Badan jalan longsor sepanjang 25 meter, hingga membentuk tebing sedalam 70 meter. Badan jalan aspal yang tersisa di sisi timur hanya sekitar 0,5 meter. Karenanya, kendaraan roda dua tak lagi bisa lewat, bahkan orang pun berisiko jika ingin melintas.

Lokasi longsor ini berada sekitar 2 kilometer arah utara dari pusat kota Kecamatan Petang dan sekitar 12 kilometer sebelah selatan Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga. Titik longsor hanya beberapa meter sebelah selatan Masjid di Banjar Angantiga, Desa Petang.

Titik longsor kali ini berjarak sekitar 10 meter dari lokasi longsor tahun 2014 silam, yang saat itu menelan satu korban jiwa yakni mandor proyek I Gede Sudira, 40, warga Desa Suci, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Bedanya, dalam longsor tahun 2014, badan jalan tidak sampai amblas.

Longsor parah yang terjadi Rabu tengah malam merupakan bencana ketiga di titik yang sama dalam kurun sebulan terakhir. Menurut Camat Petang, I Gusti Ngurah Ariawan, longsor pertama terjadi 8 November 2016 siang sekitar pukul 14.00 Wita. Longsor kala itu tidak sampai mengenai badan jalan, karena berada sekitar 2 meter sebelah barat badan jalan.  

“Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan kala itu, pemerintah langsung memasangi lokasi dengan garis polisi,” jelas Camat IGN Ariawan di lokasi longsor, Kamis kemarin.

Hanya berselang 10 hari kemudian, terjadi lagi longsor kedua di titik yang sama, 18 November 2016. “Longsor waktu itu memang belum mengenai badan jalan, tapi sudah terjadi retakan. Nah, ketika terjadi lagi longsor ketiga kali ini, badan jalan benar-banar amblas semua,” ujar Aiawan.

Menurut Ariawan, tanda-tanda akan terjadi longsor kali ini sudah muncul sejak Rabu sore sekitar pukul 18.00 Wita. Ketika itu, Ariawan bersama warga sudah berada di lokasi untuk memantau situasi, mengingat sempat turun hujan lebat, sementara jalan sudah retak sebelumnya. “Saat itu pula, jalan kami tutup, kendaraan tidak diizinkan melintas. Ternyata benar, malamnya terjadi longsor hingga seluruh badan jalan amblas,” katanya.

Gara-gara jalan putus akibat longsor di sebelah selatan Masjid di Banjar Angantiga, setidaknya ada empat desa di wilayah Kecamatan Petang (sebelah utara titik longsor) yang terisolasi. Jika ingin menuju pusat Kecamatan Petang dari arah utara dan sebaliknya, harus melalui jalur alternatif yang tak bisa menggunakan kendaraan besar.

Desa-desa yang terisolasi itu meliputi pertama, Desa Bilok Sidan (paling ujung utara Kecamatan Petang, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kintamani, Bangli). Desa Belok Sidan yang terdiri dari 9 banjar dinas, berpenduduk sekitar 5.700 jiwa.

Kedua, Desa Pelaga, yang merupakan tempat asal Bupati Badung Nyoman Giri Prasta. Desa yang mewilayahi objek wisata Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung ini terdiri dari 9 banjar dinas, dengan jumlah penduduk mencapai 6.000 jiwa. Ketiga, Desa Sulangai, yang terdiri dari 6 banjar dinas dengan jumlah penduduk mencapai 4.000 jiwa.

Desa keempat yang terisolasi adalah Desa Petang, Kecamatan Petang. Namun, tidak seluruh 7 banjar dinas di Desa Petang terisolasi akibat longsor kali ini. Yang terisolasi hanya Banjar Angantiga (berada di sebelah utara titik longsor), dengan jumlah penduduk mencapai 600 jiwa (dari 140 KK).

Kepala Desa (Perbekel) Petang, I Wayan Suryantara, mengatakan pihaknya sudah menyiapkan jalur alternatif bagi masyarakat menyusul longsor badan jalan di Banjar Angantiga ini. Ada dua jalur alternatif yang disiapkan bagi pengendara dari arah utara menuju pusat Kecamatan Petang atau sebaliknya.

Alternatif pertama, bila melaju dari arah Denpasar (selatan) menuju Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung, bisa melalui Pasar Petang ke timur, lalu tembus ke Desa Sulangai. Sedangkan alternatif, kedua bisa dari Banjar Kertha (Desa Petang) menuju Banjar Munduk Damping (Desa Petang), Banjar Puncak Tedung (Desa Petang) tembus ke Desa Sulangai.

“Tapi, pengendara harus ekstra hati-hati, karena jalur alternatif melalui Pasar Petang ke Desa Sulangai itu jalannya kecil, berkelok, dan cukup terjal. Ini harus diwaspadai,” ungkap Perbekel Suryantara kepada NusaBali, Kamis kemarin. Menurut Suryantara, kedua jalur alternatif yang disiapkan ini memang jalan aspal, tapi kecil, sehingga tak bisa dilalui kendaraan besar seperti Truk atau Bus.

Bencana longsor yang memutuis arus lalulintas ini, kata Suryantara, bukan hanya membuat warga empat desa bertetangga terisolasi. Sekitar 600 warga di Banjar Kertha, Desa Petang juga tidak bisa lagi mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM. Masalahnya, jaringan pipa PDAM Tirta Mangutama ikut terputus akibat diterjang longsor.

“Sekarang kami hanya bisa berharap segera dilakukan perbaikan. Sebenarnya sudah lama kami meminta agar dilakukan perbaikan, tapi belum juga dilakukan penanganan, sehingga terjadi longsor ketiga” tandas Suryantara.

Sementara itu, sejumlah instansi terkait terjun ke lokasi longsor di Banjar Angantiga, Desa Petang, Kamis siang. Kabid Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) Badung, AA Dalem, juga terjun ke lokasi untuk memantau kondisi saluran irigasi yang ikut longsor. Memang sebelum longsor terjadi terdapat saluran irigasi milik Subak Batu Lantang yang berada di titik longsor.

Menurut Gung Dalem---sapaan akrab AA Dalem---, upaya perbaikan masih menunggu kajian teknis kontur tanah dari pihak akademisi Unud. “Yang jelas, bencana semakin parah, sehingga harus segera ditangani,” terang Gung Dalem.

Untuk upaya penanganan, kata Gung Dalem, akan menggunakan tiang pancang dan precast dengan estiminasi dana yang akan dihabiskan mencapai Rp 4 miliar. “Perbaikan kurang lebih bisa selesai 4-5 bulan ke depan. Sebab, tes tanah menghabiskan waktu sekitar dua minggu, membuat desain sekitar sebulan, belum lagi pengalihan air. Jadi, tahun depan baru selesai,” papar Gung Dalem.

Kadis PU Provinsi Bali, I Nyoman Astawa Riadi, Kamis kemarin juga terjun ke lokasi longsor. Menurut Astawa Riadi, pihaknya hanya bertanggung jawab terhadap jalan provinsi, sementara longsor yang terjadi diserahkan kepada pemerintah daerah Badung. Apalagi, kata dia, Pemkab Badung akan mengambil alihperbaikan irigasi yang tergerus. “Setelah irigasi itu diperbaiki, baru kami bergerak memperbaiki badan jalan. Namun, kami akan koordinasi terus,” tandas Astawa Riadi.

Menurut Astawa Riadi, sepanjang jalan Banjar Angantiga, Desa Petang  merupakan kawasan yang rawan bencana longsor, karena tekstur tanahnya yang labil. Untuk itu, pihaknya punya inisiatif rencanakan pembangun jembatan sepanjang 300 meter. “Hanya saja, rencana ini masih akan dikaji lagi,” katanya. * asa

Komentar