nusabali

Truk dan Bus Dilarang Lewat

  • www.nusabali.com-truk-dan-bus-dilarang-lewat

Dinas Perhubungan dan Polsek Petang tentukan dua jalur alternatif rute Denpasar-Desa Pelaga (Kecamatan Petrang, Badung), pasca bencana longsornya seluruh badan jalan di Banjar Angantiga, Desa Petang, Rabu (30/11) tengah malam.

Dibuat Dua Jalur Alternatif Denpasar-Pelaga


MANGUPURA, NusaBali
Karena jalannya sempit, terjal, tanpa penerangan, dan rawan longsor, kendaraan besar se-perti Truk dan Bus dilarang melintas di jalur alternatif. Jalur alternatif pertama, skenario untuk arus lalulintas dari selatan (Denpasar) menuju Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga, melalui Simpang Pasar Petang (Desa Petang)-Banjar Gunung Kaja (Desa Petang)-Banjar Agantiga (Desa Petang). Jalur alternatif pertama ini panjangnya sekitar 4 kilometer.

Sedangkan jalur altrnatif kedua, adalah skenario arus lalulintas dari arah utara (Desa Pelaga) menuju Denpasar. Jalur alternatif ini melalui Desa Sulangai (Kecamatan Petang)-Banjar Puncak Tedung (Desa Petang)-Banjar Munduk Damping (Desa Petang)-Banjar Kertha (Desa Petang). Jalur ini panjangnya mencapai sekitar 7 kilometer.

Kabid Lalulintas Dinas Perhubungan-Komunikasi-Informasi (Hubkominfo) Badung, Tofan Priyanto, menyatakan dua jalur alternatif ini diputuskan setelah pihaknya melaku-kan survei. “Akhirnya, kami bersama jajaran Polsek Petang sepakat untuk membuka dua jalur alternatif ini,” jelas Tofan Priyanto di lokasi longsor Banjar Angantiga, Desa Petang, Jumat (2/12).

Menurut Tofan, masing-masing jalur alternatif ini akan dibuka satu arah, baik kendaraan yang melaju dari Denpasar menuju Desa Pelaga maupun sbaliknya dari Desa Pelaga menuju Denpasar. “Jalurnya satu arah, tidak boleh ada kendaraan yang berpapasan,” katanya.

Dia menyebutkan, kedua jalur alternatif ini merupakan jalan sempit yang lebarnya tak lebih dari 4 meter. Makanya, kendaraan besar seperti Truk dan Bus dilarang lewat. Apalagi, kedua jalur alternatif ini tanpa lampu penerangan dan rawan longsor. Kecuali itu, kedfua jalur alternatif ini juga medannya cukup berat, karena berkelok-kelok dan terjal. “Larangan masuk bagi kendaraan besar ini berlaku untuk jalur alternatif pertama maupun kedua. Hanya mobil pribadi dan sepeda motor yang bole melintas,” katanya.

Ditambahkan Tofan, pihaknya akan memperbanyak memasang rambu-rambu jalan di sepanjang jalur alternatif tersebut. Ini untuk memudahkan pengguna jalan, terlebih bila mereka melintas malam hari. “Untuk personel jaga, itu dari Polsek Petang. Kami dari Dinas Kominfo hanya sediakansarana dan prasarana saja,” katanya.

Kedua jalur alternatif yang ditetapkan Dinas Perhubungan dan Polsek Petang ini sudah mulai dilewari masyarakat, Jumat kemarin. Sayangnya, kedua jalur alternatif ini minim rambu-rambu jalan. Menurut Kepala Desa (Perbekel) Petang, I Wayan Suryantara, sempat terjadi kemacetan di jalur alternatif dari Desa Pelaga ke Desa Petang.

Karena itu, pihaknya meminta aparat kepolisian dan instansi terkait untuk memasang rambu-rambu. Dengan begitu, kendaraan besar seperti Truk yang datang dari Kintamani (Bangi) menuju Denpasar melalui Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung tidak telanjur masuk.

“Kami sarankan pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan segera memasang rambu-rambu, sebelum hal yang tidak diingin terjadi. Sebab, jalur alternatif itu cukup sempit dan kendaraan sulit berpapasan,” kata Perbekel Suryantara.

Jalur Denpasar-Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung (di Desa Pelaga) sendiri terputus total, menyusul longsornya badan jalan di wilayah Banjar Angantiga, Desa Petang, Rabu tengah malam pukul 24.00 Wita. Akibatnya, penduduk dari empat desa di wilayah Ke-camatan Petang pun terisolasi, selain juga tersumbatnya air PDAM.

Awalnya, hampir seluruh badan jalan aspal selebar 6,5 meter amblas ke arah barat akibat longsor kali ini. Badan jalan longsor sepanjang 25 meter, hingga membentuk tebing seda-lam 70 meter. Badan jalan aspal yang tersisa di sisi timur hanya sekitar 0,5 meter. Jumat kemarin, sisa 0,5 meter jalan aspal sudah tidak ada lagi alias amblas jadi tebing.

Longsor parah yang terjadi Rabu tengah malam merupakan bencana ketiga di titik yang sama dalam kurun sebulan terakhir. Menurut Camat Petang, I Gusti Ngurah Ariawan, longsor pertama terjadi 8 November 2016 siang sekitar pukul 14.00 Wita. Longsor kala itu tidak sampai mengenai badan jalan, karena berada sekitar 2 meter sebelah barat badan jalan.  

Hanya berselang 10 hari kemudian, terjadi lagi longsor kedua di titik yang sama, 18 November 2016. “Longsor waktu itu memang belum mengenai badan jalan, tapi sudah terjadi retakan. Nah, ketika terjadi lagi longsor ketiga kali ini (30 November 2016 ,alam), badan jalan benar-banar amblas semua,” ujar Aiawan. * asa

Komentar