nusabali

Tewas Dianiaya Ipar Gangguan Jiwa

  • www.nusabali.com-tewas-dianiaya-ipar-gangguan-jiwa

Usai aniaya adik iparnya, Ni Wayan Ruci, hingga tewas, pelaku I Wayan Diana diserahkan keluarga ke Polsek Sukawati, lanjut dibawa ke RSJ Bangli

GIANYAR, NusaBali

Aksi penganiayaan berujung kematian dalam lingkup keluarga terjadi di Banjar Gelumpang, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, Kamis (15/12) pagi. Korbannya adalah Ni Wayan Ruci, 40, yang tewas dianiaya kakak iparnya, I Wayan Diana alias Minggu, 45, yang menderita gangguan jiwa.

Saat insiden penganiayaan terjadi, Kamis pagi sekitar pukul 07.30 Wita, korban Ni Wayan Ruci dihantam menggunakan cangkul oleh pelaku Wayan Diana, ketika perempuan berusia 40 tahun ini sedang mecanang di sanggah. Begitu dihantam beberapa kali hingga terluka di kepala, wajah, dan tangan, korban langsung terkapar bersimbah darah tak sadar-kan diri.

Ibu satu anak ini kemudian dilarikan ke RS Ganesha, Desa Celuk, Kecamnatan Sukawati. Namun, nyawanya tak tertolong. Sedangkan pelaku Wayan Diana diserahkan keluarganya ke Polsek Sukawati, selanjutnya dibawa ke RSJ Provinsi Bali di Bangli untuk menjalani perawatan.

Pelaku Wayan Diana, yang menderita gangguan jiwa sejak duduk di bangku SMA, merupakan anak sulung dari empat bersaudara keluarga pasangan I Wayan Pageh, 75, dan Ni Ketut Kebekan, 60. Sedangkan korban Ni Wayan Ruci adalah istri dari I Ketut Sukresena, 38, adik ketiga pelaku Wayan Diana.

Dari empat bersaudara ini, dua orang di antaranya menderita gangguan jiwa. Selain Wayan Diana, yang juga menderita gangguan jiwa adalah Ni Nyoman Sumanti, 40, adiknya nomor dua (kakak dari Ketut Sukresena). Bedanya, Nyoman Sumanti, perempuan yang menderita gangguan jiwa sejak duduk di bangku SMP, tidak pernah ngamuk-ngamuk. Sementara si bungsu Wayan Balik Wijaya adalah seorang polisi yang kini berdinas di Palu, Suylawesi Tengah.

Tidak jelas, apa pemicu aksi penganiayaan berujung maut yang dilakukan Wayan Diana. Diduga penyakitnya kumat, Wayan Diana tiba-tiba mengambil cangkul, lalu menganiaya adik iparnya, Wayan Ruci, saat sedang mecanang. Sebetulnya, korban Wayan Ruci berusaha lari menyelamatkan diri setelah dihantam pelaku menggunakan cangkul. Namun, karena luka yang dialaminya cukup parah, korban langsung tersungkur pingsan bersimbah darah.

Ketika insiden penganiayaan terjadi, di rumah keluarga besar Wayan Pageh sedang ada kesibukan membangun. Ayah mertua korban, Wayan Pageh, juga berada di rumah dan sibuk mengurus tukang. Sedangkan suami korban, Ketut Sukresena, yang bekerja sebagai buruh bangunan, sedang berada di luar rumah.

Menurut Wayan Pageh, dari kejauhan dia mendengar suara orang memukulkan sesuatu, tapi tidak jelas. Saat itu, pelaku Wayan Diana yang menderita gangguan jiwa terdengar berbicara aneh. "Saya kira dia memukul ular atau apa. Sebab, beberapa waktu lalu, anak sulung saya ini sempat memukul ular di halaman rumah," jelas Wayan Pageh saat ditemui NusaBali di rumah duka di Banjar Gelumpang, Desa Sukawati, Kamis kemarin.

Setelah dicek, kata Pageh, ternyata menantunya, Wayan Ruci, sudah tersungkur bersimbah darah dengan luka parah di kepala. Pageh sendiri langsung pingsan, karena tak kuasa melihat kondisi menantunya itu. Beberapa menit kemudian, Pageh siuman dan langsung memberitahukan peristiwa ini kepada anak bungsunya, Ketut Sukresena (suami korban), yang sedang bekerja tak jauh dari rumahnya.

Begitu diberitahu istrinya dianiaya sang kakak sulung, Sukrasena pun langsung pulang. Bersama warga sekitar, dia membawa istrinya yang pingsan bersimbang darah ke RS Ganesha. Namun, sebelum sempat mendapatkan perawatan di RS Ganesha, korban Wayan Ruci dinyatakan telah meninggal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan luar yang dilakukan dokter di IGD RS Ganesha, dr Made Tomi Nurya, korban Wayan Ruci tewas dengan sejumlah luka di bagian wajah, kepala belakang, serta tangan kanan-kiri. Luka paling parah adalah di bagian tangan. “Kemungkinan besar korban meninggal akibat banyak kehabisan darah atas luka-lukanya. Saat di bawa ke RS Ganesha, korban sudah meninggal,” jelas dr Made Tomi.

Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan di Instalasi kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, Kamis siang, korban Wayan Ruci juga diketahui menderita patah tulang di wajah. "Kami temukan luka terbuka di wajah terutama di pertengahan wajah yang bentuknya menyerong hingga memotong hidung. Ini hidungnya terbelah akibat kekerasan tersebut,” ungkap Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Denpasar, Kamis kemarin.

Sementara, pihak keluarga duka telah melaporkan kejadian maut yang merenggut nyawa Wayan Ruci tersebut ke Mapolsek Sukawati, Kamis kemarin. Pelaku Wayan Diana juga diserahkan ke Polsek Sukawati. Dari Mapolsek Sukawati, pelaku Wayan Diana kemudian dibawa ke RSJ Bangli untuk menjalani perawatan.

“Ya, pelakunya sudah dibawa ke RSJ Bangli. Pelaku tidak bisa diajak komunikasi, karena mengalami gangguan kejiwaan," ungkap Kapolsek Sukawati, AKP I Wayan Wisnawa MSi.

Sedangkan jenazah korban Wayan Ruci, kemarin tidak langsung dibawa pulang ke rmah duka dari RS Ganesha. Namun, jenazah ibu satu anak ini langsung dikirim ke RS Sanglah, Denpasar untuk dititipkan sementara sembari menunggu proses upacaranya. Kamis malam sekitar pukul 19.30 Wita, jenzah korban dipulangkan ke rumah duka. Malam itu juga, jenazahnya dikuburkan di Setra Desa Pakraman Gelumpang, Desa Sukawati.

Korban Wayan Ruci berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercinta, Ketut Sukresena, dan seorang anak laki-laki I Wayan Putra Adi Sanjaya, 7, yang masih duduk di bangku Kelas I SD.

Sementara itu, pelaku Wayan Diana diketahui sudah sejak lama menderita gangguan jiwa. Bahkan, gangguan kejiwaan itu dideritanya sejak masih duduk di bangku SMA. Sebelum insiden penganiayaan hingga menewaskan adik iparnya, Kamis kemarin, pelaku Wayan Diana sudah empat kali bolak-balik menjalani perawatan di RSJ Bangli. Terakhir, teruna lingsir (perjaka tua) yang masih membujang di usia 45 tahun ini dirawat di RSJ Bangli setahun silam. * cr62

Komentar