nusabali

Awalnya Penangkar, Kini Murni Penjual

  • www.nusabali.com-awalnya-penangkar-kini-murni-penjual

Orang yang berternak ayam untuk potong atau daging, sudah biasa. Tapi, beternak ayam khusus untuk ayam upakara, terutama pacaruan, tentu masih langka.

I Wayan Tamped, Juragan Ayam Caru dari Timuhun

Meski pun pembeli jenis ayam caru hanya warga yang akan macaru, namun usaha dagang ayam caru makin menggiurkan. Seperti dialami I Wayan Tamped,50, penjual ayam caru di Banjar Kaleran, Desa Timuhun, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Hingga kini, Tamped, terbilang juragan ayam caru terbesar untuk wilayah Bali timur.

“Kalau hari-hari biasa saya bisa menjual 30 - 40 ekor ayam caru dalam sehari. Sedangkan pas rahinan bisa mencapai 1.500 ekor dalam kurun empat hari,” ujar Tamped, saat ditemui, Kamis (15/12).

Temped yang sudah menggeluti bisnis ayam caru sejak 11 tahun ini mengaku memang lebih sulit memilihara ayam caru ketimbang jenis broiler atau ayam ras. Diantaranya, faktor pakan lebih banyak, karena prosesnya untuk siap dijual cukup lama dan untungnya tipis. Untuk itu, dia saat ini hanya memasok ayam caru dari para peternak. “Pas baru memulai bisnis tersebut, saya memang ternak dan menangkar ayam caru di rumah, tapi jika dihitung kerap rugi,” katanya.

Oleh sebab itu, Tamped kini memilih untuk memasok ayam caru langsung dari peternaknya, di Kintamani, Bangli, dan wilayah Gianyar. Terutama ketika menjelang hari-hari raya, dia bisa memasok hingga ribuan ekor ayam caru. Karena sudah memiliki langganan baik di Klungkung maupun dari Gianyar. Sistem pemasarannya pun tidak perlu jauh, karena sudah langsung di cari ke rumahnya. “Mungkin karena saya menjual banyak jenis ayam, dan lengkap, pembeli masih percaya untuk datang ke sini,” terangnya.

Kata dia, harga ayam caru ini cukup fantastis. Ayam caru kecil kicil (usia 4 minggu) kisaran Rp 20.000 /ekor, kalau yang sudah menengah Rp 25.000-Rp 35.000/ekor, sedangkan ayam kecil yang sudah dipanggang Rp 30.000- Rp 35.000. Untuk jenis ayam yang paling laris saat rahinan, seperti rahinan Kajeng Kliwon, Purnama-Tilem, Tumpek Landep dan lainnya, merupakan jenis ayam brumbun, biying dan selem. “Itu (ayam brumbun, biying dan selem,Red) yang paling banyak dicari oleh pembeli. Mungkin karena sulit mendapatkan jenis ayam tersebut,” terangnya.

Tamped menuturkan ketertarikan untuk memulai bisnis ayam ini berawal dari hobinya terhadap unggas. Maka, sekitar 11 tahun dia iseng-iseng mencoba neteskan ayam kampung untuk bahan banten caru. Ternyata setelah berhasil netas sekitar 20 ekor ayam, warga sekitar mulai datang ke rumahnya untuk membeli tersebut. Kemudian lewat cerita dari mulut ke mulut, mulai datang pembeli dari luar Desa Timuhun.

Karena permintaan makin banyak dan untungnya menjanjikan, dia memperbanyak produksinya. Namun saat ini jika ada rahinan dia baru menambah stok. “Karena menyangkut keperluan untuk upacara, saya optimis untuk tetap menggeluti bisnis ayam caru,” katanya. Untuk menjaga stabilitas pasar, Tamped juga menyediakan bebek, ayam broiler dan sebagainya. *wa

Komentar