nusabali

Harga Bunga Anjlok, Petani Menjerit

  • www.nusabali.com-harga-bunga-anjlok-petani-menjerit

Kendala musim penghujan akhir-akhir ini menyebabkan penurunan terhadap permintaan bunga berbagai jenis di pasaran.

DENPASAR, NusaBali

Bukan hanya permintaan yang dikeluhkan petani, melainkan  juga harga yang ditawarkan menurun cukup tajam sehingga petani harus berupaya untuk mencari solusi lain.

Seperti salah satu petani bunga Pacar Air di Desa Sibang, Abian Semal, Badung, saat ditemui di lokasi pertanian, Selasa (20/12) mengatakan, hujan yang akhir-akhir ini terjadi membuat rugi petani akibat kerusakan tanaman serta murahnya harga jual hasil pertaniannya. Harga  bunga saat ini dikatakan berkisar Rp 5 ribu, padahal sebelumnya bisa mencapai Rp 30 ribu per ingkanya.

Selain harga turun, kata Sudana, permintaan bunga pun lebih sedikit. Sehingga bunga  yang dihasilkan tidak semua laku terjual. "Kalau sudah dipanen hari ini mestinya harus laku hari ini juga. Kalau disimpan keesokan harinya sudah akan membusuk atau tidak bisa dijual kembali," keluhnya.

Selain harga murah dan barang cepat rusak lanjut Sudana, tanamannya banyak mati,  sehingga hasil panen pun berkurang. "Produksi sudah sedikit ditambah harga murah di pasaran, tentunya ini buat kami rugi. Tanaman bunga pacah ini yang tidak bertahan lama, dan memang setiap harinya harus dipetik," katanya lagi.

Tambah Sudana, para petani tidak hanya mengeluhkan pemasaran. Pembibitannya, kata Sudana, semakin sulit dilakukan karena di musim hujan cenderung tidak akan berhasil lantaran biji bunga yang ditanam akan hanyut. Bahkan, biji bunga yang dihasilkan pun berkurang akibat empasan air hujan. "Apabila kondisi ini terus terjadi, saya perkirakan harga bunga akan melonjak drastis saat Hari Raya Galungan nanti," katanya.

Hal senada diungkapkan petani lainnya, Putu Eka mengatakan dengan anjloknya harga bunga tersebut ia mengaku mengalami kerugian, baik modal maupun tenaga. Pasalnya, satu siklus tanam menghabiskan biaya lebih dari Rp 250 ribu untuk 5 are lahan sawah. Sedangkan dengan  harga yang anjlok saat ini hanya mampu menghasilkan kurang dari Rp 400 ribu per sekali panen. "Dari hasil tersebut memang mendapatkan keuntungan namun itu belum dihitung tenaga," katanya.

Sementara, pedagang bunga yang ditemui di pasar Desa Sibang Ibu Andre mengatakan,  akibat musim hujan, bunga yang dijualnya cepat membusuk apabila tidak laku terjual di hari saat pengambilan bunga. Barang dagangan yang ditawarkan dan tidak habis terjual terpaksa harus dibuang,  karena keesokan harinya  tidak bisa dipakai lagi. "Sebenarnya kalau hasil panenan atau pasokan dari petani lumayan banyak, masalahnya karena musim hujan otomatis barangnya basah. Di sinilah kami harus pintar-pintar memilih, karena apabila barang dagangan basah dan tidak laku terjual otomatis akan cepat membusul bahakan tidak bisa dipakai stok untuk keesokan harinya," keluhnya.

Melihat kondisi tersebut, terpaksa ia harus mengurangi persediaan barang dagangannya. Mengingat permintaan bunga di hari biasa tidak terlalu tinggi. "Kondisi seperti ini sudah biasa terjadi saat musim hujan. Karena permintaan saat ini tidak terlalu banyak terpaksa saya mengurangi pasokan. Pasokan akan saya tambah apabila ada hari raya (rahinan) seperti purnama dan tilem karena permintaan akan mengalami peningkatan," tambahnya. *cr63

Komentar