Antisipasi Tertular Covid-19, BKSDA Bali Pastikan Lembaga Konservasi Perhatikan Kesejahteraan Satwa
DENPASAR, NusaBali.com - Berkecamuknya Covid-19 tidak hanya menyerang kesehatan manusia, melainkan telah terbukti dapat menyerang hewan peliharaan maupun satwa liar.
Baru-baru ini kembali dilaporkan dua ekor harimau Sumatera di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta terinfeksi virus corona, setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan uji swab berbasis PCR.
Tidak ingin hal serupa terjadi pada satwa di lembaga konservasi binaannya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bergerak cepat dengan mengunjungi lembaga konservasi binaannya yang merawat satwa-satwa berpotensi terkena Covid-19.
“Perintah dari Pak Dirjen untuk melakukan sidak ke masing-masing lembaga konservasi untuk melihat rekam medisnya, posisinya seperti apa, pernah sakit apa, dan segala macam,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Prawono Meruanto dikonfirmasi pada Kamis (5/8/2021) lalu.
Dalam kunjungan ke masing-masing lembaga konservasi tersebut, pihak BKSDA Bali mengecek medical record dari satwa-satwa yang berpotensi terkena Covid-19. Satwa-satwa yang berpotensi tertular Covid-19, disebutkan Prawono adalah orang utan, harimau, singa, dan beruang. Satwa-satwa tersebut dapat ditemukan di lembaga konservasi binaan BKSDA Bali seperti, Bali Zoo, Bali Safari, dan Tasta (Taman Satwa Tabanan).
Ditegaskan Prawono, jika Covid-19 dapat menular dari manusia kepada hewan atau satwa, namun belum ada bukti yang menunjukkan hal sebaliknya, Covid-19 menular dari hewan atau satwa kepada manusia. “Sampai sekarang belum ada bukti otentik yang membuktikan Covid-19 dapat menular dari hewan ke manusia,” ucapnya.
Oleh karena, pihaknya memberi saran kepada lembaga konservasi untuk terus memberikan perawatan secara optimal agar satwa-satwa tersebut dapat terhindar dari Covid-19. Sama seperti manusia, ujar Prawono, satwa-satwa tersebut diharapkan mendapatkan makan yang cukup, asupan vitamin, hingga kesejaheraannya (animal welfare) diperhatikan, seperti ruang gerak yang cukup.
Di sisi lain, hal ini pastinya menjadi tantangan buat lembaga konservasi, mengingat di tengah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, kebun binatang belum diperbolehkan menerima pengunjung umum. Sehingga biaya operasional yang mengandalkan pemasukan dari tiket pengunjung otomatis hilang.
Sebelumnya dilaporkan dua harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang diberi nama Tino dan Hari terkonfirmasi positif Covid-19 pada 15 Juli 2021. Kedua satwa tersebut diduga tertular dari para perawat (keeper) mereka yang terlebih dahulu terkena Covid-19 namun tidak bergejala, mengingat pada masa itu TMR sedang tidak menerima pengunjung umum. Namun syukurnya, kabar terbaru mengatakan kedua satwa tersebut kondisinya sudah membaik dan dapat beraktivitas dengan normal kembali. *adi
Tidak ingin hal serupa terjadi pada satwa di lembaga konservasi binaannya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali bergerak cepat dengan mengunjungi lembaga konservasi binaannya yang merawat satwa-satwa berpotensi terkena Covid-19.
“Perintah dari Pak Dirjen untuk melakukan sidak ke masing-masing lembaga konservasi untuk melihat rekam medisnya, posisinya seperti apa, pernah sakit apa, dan segala macam,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Prawono Meruanto dikonfirmasi pada Kamis (5/8/2021) lalu.
Dalam kunjungan ke masing-masing lembaga konservasi tersebut, pihak BKSDA Bali mengecek medical record dari satwa-satwa yang berpotensi terkena Covid-19. Satwa-satwa yang berpotensi tertular Covid-19, disebutkan Prawono adalah orang utan, harimau, singa, dan beruang. Satwa-satwa tersebut dapat ditemukan di lembaga konservasi binaan BKSDA Bali seperti, Bali Zoo, Bali Safari, dan Tasta (Taman Satwa Tabanan).
Ditegaskan Prawono, jika Covid-19 dapat menular dari manusia kepada hewan atau satwa, namun belum ada bukti yang menunjukkan hal sebaliknya, Covid-19 menular dari hewan atau satwa kepada manusia. “Sampai sekarang belum ada bukti otentik yang membuktikan Covid-19 dapat menular dari hewan ke manusia,” ucapnya.
Oleh karena, pihaknya memberi saran kepada lembaga konservasi untuk terus memberikan perawatan secara optimal agar satwa-satwa tersebut dapat terhindar dari Covid-19. Sama seperti manusia, ujar Prawono, satwa-satwa tersebut diharapkan mendapatkan makan yang cukup, asupan vitamin, hingga kesejaheraannya (animal welfare) diperhatikan, seperti ruang gerak yang cukup.
Di sisi lain, hal ini pastinya menjadi tantangan buat lembaga konservasi, mengingat di tengah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, kebun binatang belum diperbolehkan menerima pengunjung umum. Sehingga biaya operasional yang mengandalkan pemasukan dari tiket pengunjung otomatis hilang.
Sebelumnya dilaporkan dua harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang diberi nama Tino dan Hari terkonfirmasi positif Covid-19 pada 15 Juli 2021. Kedua satwa tersebut diduga tertular dari para perawat (keeper) mereka yang terlebih dahulu terkena Covid-19 namun tidak bergejala, mengingat pada masa itu TMR sedang tidak menerima pengunjung umum. Namun syukurnya, kabar terbaru mengatakan kedua satwa tersebut kondisinya sudah membaik dan dapat beraktivitas dengan normal kembali. *adi
Komentar