Kasus Positif Covid-19 Harian di Bali Masih di Atas 1.000, Prokes Mesti Disiplin
DENPASAR, NusaBali.com - Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dalam seminggu belakangan tampaknya belum menuai hasil maksimal.
Rata-rata kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Bali masih mencapai 1.000 kasus per hari. Banyak pihak menduga disiplin protokol kesehatan (prokes) masyarakat Bali masih perlu ditingkatkan untuk menekan angka penularan Covid-19. Hal tersebut juga disampaikan Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI), Dr I Made Suarta, seusai membagikan bantuan 50 paket sembako PGRI Cabang Khusus UPMI untuk Satgas Gotong Royong Covid-19 yang ada di sekitaran kampus UPMI, di Jalan Seroja, Tonja, Denpasar, pada Senin (9/8/2021).
"Jika sudah melakukan prokes dengan baik, saya yakin akan melandai. Karena dari pengamatan saya, kasus naik itu akibat kita kurang disiplin. Dari beberapa media yang saya baca, baik cetak maupun elektronik dan juga media sosial yang saya amati, penerapan prokes hanya sekadar persyaratan saja," ungkap Suarta.
Ketua LPM Kelurahan Sesetan ini juga menyinggung terkait upacara adat di Bali yang kurang menerapkan protokol jumlah peserta yang ditetapkan pemerintah. Tidak hanya 30-50 orang dalam upacara adat, terkadang bisa melebihi hingga ratusan orang. "Memang solidaritas masyarakat Bali sangat tinggi, namun dampak dari Covid-19 ini yang harus dihindari," ucapnya.
Dijelaskannya, tujuan pemerintah membuat aturan pembatasan kegiatan ini untuk menyelamatkan masyarakat dari paparan virus corona. Karena jika masyarakat sehat, maka pergerakan ekonomi secara otomatis juga akan meningkat.
"Dampak Covid-19 ini kemana-mana. Salah satunya ke dunia pendidikan. Pendidikan dipertaruhkan karena pembelajaran secara tatap muka (PTM) ditiadakan untuk menghindari klaster baru. Karena menurut saya, sehebat-hebatnya pembelajaran secara dalam jaringan (daring), jauh lebih baik PTM. Khususnya tingkat TK dan SD. Pendidikan karakter itu belum bisa dilakukan secara daring," tandasnya.
Sementara itu di sisi lain rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Kamis (5/8/2021), memperlihatkan dari 12.891 orang yang dengan sukarela mengikuti survei menunjukkan belum maksimalnya penerapan protokol kesehatan pada masyarakat Bali.
Hanif Yahya, Kepala BPS Provinsi Bali, dalam rilis secara daring tersebut merinci sebanyak 91,9 persen responden patuh/sering memakai satu masker, 53,0 persen patuh/sering memakai dua masker, 79,7 persen patuh/sering mencuci tangan pakai sabun, 73,2 persen patuh/sering menjaga jarak minimal 2 meter, dan 82,1 persen responden patuh/sering menghindari kerumunan.
Dari angka tersebut terlihat ternyata masih cukup banyak responden yang jarang atau abai sama sekali menerapkan protokol kesehatan. “Jadi secara keseluruhan itu memang masih ada yang belum sepenuhnya patuh terhadap terkait dengan protokol kesehatan,” ujar Hanif Yahya. *adi
"Jika sudah melakukan prokes dengan baik, saya yakin akan melandai. Karena dari pengamatan saya, kasus naik itu akibat kita kurang disiplin. Dari beberapa media yang saya baca, baik cetak maupun elektronik dan juga media sosial yang saya amati, penerapan prokes hanya sekadar persyaratan saja," ungkap Suarta.
Ketua LPM Kelurahan Sesetan ini juga menyinggung terkait upacara adat di Bali yang kurang menerapkan protokol jumlah peserta yang ditetapkan pemerintah. Tidak hanya 30-50 orang dalam upacara adat, terkadang bisa melebihi hingga ratusan orang. "Memang solidaritas masyarakat Bali sangat tinggi, namun dampak dari Covid-19 ini yang harus dihindari," ucapnya.
Dijelaskannya, tujuan pemerintah membuat aturan pembatasan kegiatan ini untuk menyelamatkan masyarakat dari paparan virus corona. Karena jika masyarakat sehat, maka pergerakan ekonomi secara otomatis juga akan meningkat.
"Dampak Covid-19 ini kemana-mana. Salah satunya ke dunia pendidikan. Pendidikan dipertaruhkan karena pembelajaran secara tatap muka (PTM) ditiadakan untuk menghindari klaster baru. Karena menurut saya, sehebat-hebatnya pembelajaran secara dalam jaringan (daring), jauh lebih baik PTM. Khususnya tingkat TK dan SD. Pendidikan karakter itu belum bisa dilakukan secara daring," tandasnya.
Sementara itu di sisi lain rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Kamis (5/8/2021), memperlihatkan dari 12.891 orang yang dengan sukarela mengikuti survei menunjukkan belum maksimalnya penerapan protokol kesehatan pada masyarakat Bali.
Hanif Yahya, Kepala BPS Provinsi Bali, dalam rilis secara daring tersebut merinci sebanyak 91,9 persen responden patuh/sering memakai satu masker, 53,0 persen patuh/sering memakai dua masker, 79,7 persen patuh/sering mencuci tangan pakai sabun, 73,2 persen patuh/sering menjaga jarak minimal 2 meter, dan 82,1 persen responden patuh/sering menghindari kerumunan.
Dari angka tersebut terlihat ternyata masih cukup banyak responden yang jarang atau abai sama sekali menerapkan protokol kesehatan. “Jadi secara keseluruhan itu memang masih ada yang belum sepenuhnya patuh terhadap terkait dengan protokol kesehatan,” ujar Hanif Yahya. *adi
1
Komentar