Rahinan Buda Cemeng Kelawu, Momentum Umat Hindu Memohon dan Berbagi Kesejahteraan
SEMARAPURA, NusaBali.com - Rahina Buda Wage Wuku Kelawu, yang jatuh pada Rabu (11/8/2021), dimaknai secara berbeda oleh umat Hindu di Bali.
Pada hari yang biasa disebut Rahinan Buda Cemeng Kelawu, umat Hindu melakukan pemujaan ke hadapan Ida Bathara Rambut Sedana, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemberi anugerah kekayaan kepada umat manusia.
Namun momen hari raya ini bukan saja dilakukan dengan memohon kesejahteraan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, melainkan juga dengan memberi, baik kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa maupun kepada sesama.
Demikian penjelasan Jero Mangku I Gede Adhinata, pamangku Pura Pajenengan Kawan-Pulasari, Desa Tegak, Klungkung, Rabu (11/8/2021).
Jero Mangku yang juga guru Agama Hindu di SMK Negeri 1 Klungkung mengatakan jika umat Hindu hanya memohon kesejahteraan namun tidak pernah memberi, niscaya permohonannya tidak akan terwujud.
“Jangan saja kita memohon, memohon, memohon, akan tetapi tidak pernah menghaturkan suatu apapun itu juga niscaya tidak akan berguna,” ujar Jero Mangku Adhinata.
Untuk itu ia mengajak umat Hindu mengimplementasikan Rahinan Buda Cemeng Kelawu ke dalam kehidupan sehari-hari dengan memberi kepada sesama, baik itu kepada tetangga ataupun sanak saudara. “Berbagi dalam kesempatan ini, di sinilah kunci kita sekarang bagaimana biar kerukunan umat beragama tetap terjaga,” tuturnya.
Dengan begitu, ia menambahkan, melalui perayaan Buda Cemeng Kelawu, semoga apa yang diinginkan oleh umat Hindu bisa terwujud secara sekala maupun niskala.
Dalam melakukan pemujaan, umat Hindu, ujar Jero Mangku, dapat melakukannya mulai dari pelangkiran yang ada di tempat usaha masing-masing seperti warung ataupun toko. Sementara untuk tingkatan yang lebih tinggi, umat dapat mendatangi Pura Melanting yang biasanya ada di pasar-pasar rakyat.
Sementara itu, bagi umat Hindu yang tidak memiliki usaha, wajib memiliki uang kepeng sebanyak 200 buah (satakan), yang akan digunakan sebagai sarana pemujaan kepada Ida Sang Hyang Rambut Sedhana.
Dikatakan Jero Mangku Adhinata, pada hari raya Buda Cemeng Kelawu, umat Hindu yang ada di Bali merayakan dan menghaturkan sesajen kepada benda-benda yang mewakili kesejahteraan, seperti uang (kepeng) ataupun benda lainnya yang memiliki nilai kekayaan seperti emas, perak, dan lain sebagainya.
Dengan sarana tersebut Umat Hindu memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manisfestasinya Ida Bathara Rambut Sedhana agar apa yang diinginkan bisa tercapai.
Umat Hindu di Bali menurut Jero Mangku yang juga seniman tari topeng, masih banyak yang salah kaprah memaknai Hari Raya Buda Cemeng Kelawu. Umat Hindu masih menganggap hari raya ini sebatas hari raya uang saja. Padahal lebih dari itu, Buda Cemeng Kelawu juga harus dilihat dari sisi tattwanya atau filosofinya, yakni pemujaan kepada Ida Bathara Rambut Sedhana.
“Kalau tingkatan upacara itu pasti ada nista, madya, dan utama. Tidak perlu upacara yang besar akan tetapi tidak tahu maknanya juga tidak akan berguna. Kalau kita sudah tahu makna filosofi yang terkandung di dalam hari raya tersebut itulah yang disebut dengan satwika yadnya, yadnya yang utama. Artinya kita tidak perlu upacara yang besar akan tetapi kurang dengan makna, kurang dengan filosofi, itu juga tidak akan berkesinambungan upacara tersebut,” tutur Jero Mangku Adhinata.
Buda Cemeng Kelawu merupakan salah satu hari suci bagi umat Hindu di Bali, jatuh setiap hari Rabu Wuku Kelawu. Karena jatuh setiap Wuku Kelawu, maka hari raya ini digolongkan ke dalam Rahina Naimitika Karma Yadnya, yakni hari raya yang dirayakan berdasarkan atas pawukon. *adi
1
Komentar