Ribuan Cakep Lontar di Gedong Kirtya Dialih Aksara
Masih Kekurangan Tenaga Alih Aksara hingga Penerjemah
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 1.183 dari total 2.022 cakep lontar di Museum Lontar Gedong Kirtya Buleleng telah dialihaksarakan.
Upaya tersebut dilaksanakan sejak enam tahun lalu. Kegiatan pengalihaksaraan lontar di Gedong Kirtya ini salah satu upaya untuk mempermudah pengunjung mencari referensi. Kepala UPTD Gedong Kirtya Dewa Ayu Putu Susila Wati dikonfirmasi pada Rabu (11/8), mengatakan, pengalihaksaraan lontar merupakan kegiatan rutin. Setahun rata-rata pegawai Gedong Kirtya mengalihaksarakan 8-10 cakep lontar. Pengalihaksaraan lontar tak hanya dilakukan penyalinan dari aksara Bali ke aksara latin. Tetapi juga dilakukan penerjemahan dari bahasa Bali Kuno, Bahasa Sansekerta maupun Bahasa Jawa Kuno yang banyak digunakan dalam lontar, ke Bahasa Indonesia.
Dewa Ayu menyebut dalam kegiatan alih aksara lontar yang ada, kadang tak selalu berjalan mulus. Terlebih pegawai yang memang memiliki keilmuan tentang lontar saat ini tersisa hanya satu orang. Pegawai tersebut pun masih berstatus pegawai kontrak daerah. “Kalau yang benar-benar bidang keilmuannya hanya tinggal satu orang sekarang. Kebetulan dua pegawai PNS yang sudah mahir dan terbiasa membaca dan menerjemahkan lontar pensiun tahun ini,” ucap Dewa Ayu.
Kondisi itu membuat kegiatan pengalihaksaraan dan alih bahasa pada lontar, berjalan perlahan. Meski demikian, pegawai yang ada saat ini, seluruhnya diberdayakan untuk membantu kegiatan tersebut. “Yang lain membantu sedikit-sedikit, tetapi tetap yang menyelesaikan yang benar-benar paham,” imbuh Dewa Ayu.
Menurutnya proses alih aksara dan alih bahasa lontar memang tidak mudah. Pegawai yang bertugas benar-benar dibebani tanggung jawab moral. Karena hasil alih aksara dan alih bahasa mereka akan dibaca publik sebagai bahan referensi dan edukasi. Dewa Ayu selalu menekankan kepada pegawainya untuk tetap berhati-hati. Terutama dalam proses penerjemahkan isi lontar. Potensi kekeliruan dalam penerjemahan diupayakan ditekan maksimal. Sehingga hasil alih aksara dan alih bahasa yang akan dibaca publik tidak menyesatkan.
“Bagaimana pun lontar-lontar di Gedong Kirtya ini masih menjadi sumber referensi siswa dan mahasiswa yang ada di seluruh dunia. Baik untuk bahan makalah dan penelitian. Sehingga kami sangat berhati-hati dalam alih aksara dan alih bahasa ini,” tutur Dewa Ayu.
Sementara itu kekurangan pegawai yang memang kompeten di bidang lontar, sudah diusulkan kepada Dinas Kebudayaan Buleleng, untuk perekrutan. “Kalau formasi CPNS memang susah kami dapat, tetapi bisa ditutupi dari kontrak daerah. Mudah-mudahan saja ada kebijakan pimpinan,” kata Dewa Ayu. *k23
1
Komentar