Dapat Bantuan TPS 3R, Desa Temukus Bakal Kelola Sampah Berbasis Sumber
SINGARAJA, NusaBali
Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng, mendapat bantuan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R).
Bangunan yang dibangun dari bantuan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Bali dengan nilai total Rp 600 juta itu diresmikan oleh Bupati Putu Agus Suradnyana, sekaligus dipelaspas pada Buda Wage Kulawu, Rabu (11/8) pagi. Dengan kehadiran TPS 3R, Desa Temukus kini bakal mengelola sampah secara mandiri.
Bangunan TPS3R didirikan di atas lahan milik Desa Adat Temukus seluas 10 are. Bangunan itu tidak hanya dijadikan lokasi pengelolaan sampah, namun rencananya juga dijadikan bangunan kantor pengelola, lahan urban farming, serta lahan pembibitan. Pengelolaan TPS 3R diserahkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kussadari (Temukus Sadar Lingkungan).
Ketua KSM Kussadari Nyoman Dedi Arimbawa mengatakan, Kussadari dibentuk oleh beberapa warga Desa Temukus sejak 8 bulan lalu didasari kegelisahan sampah di desa yang tak terkelola dengan baik. Gerakan swadaya itu mendapat respons positif. Desa dinas memfasilitasi pengajuan bantuan TPS 3R dan desa adat memfasilitasi penyediaan lahannya.
Diakui Dedi, selama 8 bulan pengelolaan sampah di desa belum berjalan optimal. Kata dia, masyarakat masih enggan memilah sampah organik dengan sampah non-organik. Padahal, idealnya sampah dipilah dari rumah. “Kami sudah komunikasi dengan desa adat agar dibuatkan pararem, dan desa dinas membantu membuatkan perdes (peraturan desa). Sehingga upaya pengelolaan lebih efektif lagi,” kata Dedi.
Bangunan TPS 3R ini selesai dibangun pada Juli lalu. Sejumlah sarana pengelolaan sampah juga disiapkan. Di antaranya kendaraan angkut motor roda tiga, mesin pengayak, serta mesin pemilah. “Kami sudah lakukan uji coba pekan lalu. Kami optimistis ini bisa berjalan sesuai dengan rencana yang sudah kami susun,” ucap Dedi.
Menurut Dedi di lokasi TPS 3R itu rencananya tidak hanya akan dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah. Melainkan juga untuk lahan urban farming sejumlah tanaman sayuran. Sebagian lahan juga akan digunakan sebagai lokasi pembibitan tanaman pangan dan tanaman keras. “Kami juga rencana membuat kedai kopi, sekaligus jadi sarana edukasi masyarakat,” tandas Dedi.
Perbekel Temukus I Made Karuna menambahkan, agar pengelolaan sampah di desa berjalan optimal, pemerintah desa dalam waktu dekat akan menerbitkan perdes pemilahan sampah berbasis sumber. Sementara desa adat juga telah sepakat akan membuat awig-awig lewat paruman krama. Instrumen hukum yang mengikat itu sebagai upaya menyelesaikan persoalan sampah.
Pasalnya, diakui Karuna, mengajak masyarakat memilah sampah berbasis rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Dari 2.100 KK di Desa Temukus, baru 30 persen saja yang selama ini sudah mengelola sampahnya. “Kami juga berencana mendirikan bank sampah di tiap dusun. Sehingga masyarakat dapat menyalurkan sampah bernilai ekonomis ke bank sampah,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menekankan pada desa agar benar-benar serius melakukan pengelolaan sampah secara mandiri berbasis sumber. Bupati pun meminta desa adat dan desa dinas bersinergi melakukan sosialisasi dan edukasi secara masif pada masyarakat. Keberhasilan pemilahan dan pengelolaan sampah di tingkat desa diyakini mampu menurunkan volume sampah yang masuk ke TPA Bengkala.
“Desa harus benar-benar serius mengelola. Kalau tidak benar pengelolaannya, ini akan berdampak pada desa lain. Karena dari balai (BPPW) tidak mau memberikan bantuan lagi ke desa. Saya minta ini harus serius dilakukan. Kalau pengelolaannya bagus, pusat pasti akan menambah lagi bantuan bangunan TPS 3R ke desa yang lain,” tutur Bupati Agus Suradnyana. *mz
1
Komentar