Sanggar Teater Mini Produksi Film Pendek, Angkat Kepahlawanan Patih Jelantik
DENPASAR, NusaBali.com - Para pekerja seni berupaya beradaptasi di tengah masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
Pergelaran yang biasanya dilakukan di atas panggung dan disaksikan langsung oleh penonton kini ikut mengadopsi gaya virtual dengan mengemasnya ke dalam bentuk video atau film. Seperti yang dilakukan oleh Sanggar Teater Mini yang baru saja merampungkan sebuah film pendek berdurasi sekitar 35 menit berjudul ‘Surat Yang Membakar’. Film yang skenarionya ditulis seniman Ida Bagus Anom Ranuara dan pembuatannya bekerjasama dengan Kecatri Movie mengangkat tema sejarah kepahlawanan Patih Jelantik pada perang Jagaraga di sekitar tahun 1846.
“Film ini selanjutnya akan dijadikan dokumentasi oleh MPRB (Monumen Perjuangan Rakyat Bali), yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat karya ini,” ujar Ida Bagus Purwasila, Ketua Sanggar Teater Mini di sela pemutaran perdana karya mereka, Kamis (12/8/2021), di Jalan Gunung Merapi 25 Denpasar.
Dijelaskan Purwasila pembuatan karya film pendek ini merupakan kesempatan yang diberikan pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dalam hal ini UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, yang saat ini mengkampanyekan program pengelolaan permuseuman. Pagelaran seni yang biasanya bisa dilakukan secara langsung di MPRB, kini harus dilakukan secara virtual, melalui tayangan video, guna beradaptasi dengan pandemi Covid-19.
Proses syuting sendiri, terang Purwasila, dilakukan selama tiga hari, 5-7 Agustus 2021, mengambil tempat di beberapa lokasi seperti, Puri Agung Carangsari, Puri Mayun Blahkiuh, dan wilayah perbukitan yang ada di sekitar Carangsari.
Mengenai dipilihnya tema kepahlawanan Patih Jelantik, Purwasila mengatakan pihaknya tidak ingin masyarakat menjadi lupa akan sejarah mereka. Disebutkannya para pejuang di masa lalu bersatu padu mempertahankan tanah air dari penjajahan. Dalam konteks kekinian, dikaitkan dengan pandemi Covid-19, Purwasila mengajak masyarakat untuk bersatu, berjuang bersama agar pandemi segera berakhir. “Kalau bisa benar-benar kita punya modal, kita bisa angkat di layar lebar,” imbuh Purwasila.
Film yang juga diperankan oleh Purwasila berkisah tentang perlawanan rakyat Buleleng di bawah pimpinan Patih Jelantik, terhadap sikap sewenang-wenang penjajah Belanda. Diceritakan Patih Jelantik tidak terima jika Belanda menuntut ganti rugi terhadap Hak Tawan Karang yang dilakukan oleh rakyat Buleleng. Cerita mengambil seting di sekitar tahun 1846, di mana meletus perang Jagaraga yang berlangsung hampir tiga tahun.
Dalam pemutaran perdana film pendek tersebut tampak hadir sekitar 15 orang, yang sebagian besar adalah para artis Sanggar Teater Mini yang ikut berperan dalam film pendek tersebut. Juga hadir selaku kurator, seniman Ida Bagus Martinaya, yang memberikan masukan setelah penayangan film. Undangan sangat terbatas mengingat protokol kesehatan tetap wajib dilakukan di masa pandemi Covid-19.
Salah satu aktor yang juga memerankan tokoh utama Patih Jelantik, I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, mengaku sangat bangga dapat memerankan salah satu pahlawan kemerdekaan Bali. Namun, di awal ia mengaku sempat merasa khawatir apakah dirinya akan mampu memerankan karakter kepahlawanan dari Patih Jelantik. “Tiyang sendiri juga belum ada bayangan sama sekali tentang biografi beliau, orangnya seperti apa, wataknya bagaimana, kebiasaanya, dan lain sebagainya,” ujar Gus Bang Sada, sapaan karibnya.
Dengan persiapan yang cukup singkat, diungkapnya juga menjadi salah satu tantangan baginya dalam berakting. Apalagi diakui pria yang juga dosen tari di ISI Denpasar, ia baru pertama kali masuk ke dunia seni peran. Namun, ia bersyukur selama melakukan syuting mendapat banyak bimbingan dari para pemeran senior lainnya. *adi
1
Komentar