Sanggar Gita Taruna SMPN 2 Semarapura, Jadi Wadah Kreativitas Seni Siswa
Untuk memberi ruang kreasi bagi siswa yang memiliki bakat dan minat di bidang seni tari dan tabuh, SMP Negeri 2 Semarapura, Klungkung memiliki sanggar seni bernama Sanggar Gita Taruna.
SEMARAPURA, NusaBali
Uniknya sanggar yang dirintis sejak 2001 ini, juga memberikan kesempatan kepada alumni sekolah untuk turut berlatih dan tampil.
Hingga saat ini berbagai prestasi dan event berhasil ditorehkan oleh Sanggar Gita Taruna (SGT) SMPN 2 Semarapura. Teranyar mereka pentas pada event Pesta Kesenian Bali (PKB) 2016, dengan membawa garapan Dramatari Arja Remaja. Ketika itu penampilan mereka pun berhasil memukau para penonton.
Kepala SMPN 2 Semarapura, I Made Arnawa yang juga perintis sanggar ini, mengatakan sanggar dibentuk untuk memberikan ciri khas dan nilai lebih terhadap citra sekolah. Terbukti, seiring berjalannya waktu SGT dipercaya, baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk tampil. “Selain garapan seni tari, siswa kami juga dibekali kemampuan menabuh baleganjur, gong kebyar dan lainnya,” ujar Arnawa kepada Nusa Bali, Minggu (7/1).
Kata Kasek Arnawa, sanggar tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh siswa untuk berkreasi. Namun, juga memberikan ruang kepada para alumni SMPN 2 Semarapura. Sehingga secara otomatis para seniornya bisa mentransfer ilmu kepada peserta didik baru. “Banyak alumni yang masih aktif ke sini, baik yang sudah tamat S1, S2 maupun sudah berkeluarga,” katanya.
Untuk mengajak para alumni tersebut, tentu diperlukan komunikasi dari pihak sekolah secara berkesinambungan. Di samping itu dari alumni yang bersangkutan juga rindu suasana saat duduk di SMP. Sehingga mereka tak merasa bosan berlatih maupun mentranfser ilmu kepada siswa. “Supaya tidak mengganggu pelajaran di sekolah, latihan dimulai setelah pelajaran selesai dan hari-hari libur,” katanya.
Arnawa menceritakan, awal mulanya Sanggar Gita Taruna ini berdiri menemui sejumlah kendala. Salah satunya minat siswa untuk menari dan magambel cukup minim. Karena saat itu siswa lebih suka tarian maupun seni musik yang bersifat modern. Akhirnya setelah didekati secara persuasif, siswa mulai tertarik menari dan magambel terlebih mereka berkesempatan pentas dalam event di sekolah maupun event besar lainnya. “Mudah-mudahan dengan cara ini, seni dan budaya Bali tetap ajeg dan lestari,” katanya Arnawa. * wa
Uniknya sanggar yang dirintis sejak 2001 ini, juga memberikan kesempatan kepada alumni sekolah untuk turut berlatih dan tampil.
Hingga saat ini berbagai prestasi dan event berhasil ditorehkan oleh Sanggar Gita Taruna (SGT) SMPN 2 Semarapura. Teranyar mereka pentas pada event Pesta Kesenian Bali (PKB) 2016, dengan membawa garapan Dramatari Arja Remaja. Ketika itu penampilan mereka pun berhasil memukau para penonton.
Kepala SMPN 2 Semarapura, I Made Arnawa yang juga perintis sanggar ini, mengatakan sanggar dibentuk untuk memberikan ciri khas dan nilai lebih terhadap citra sekolah. Terbukti, seiring berjalannya waktu SGT dipercaya, baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk tampil. “Selain garapan seni tari, siswa kami juga dibekali kemampuan menabuh baleganjur, gong kebyar dan lainnya,” ujar Arnawa kepada Nusa Bali, Minggu (7/1).
Kata Kasek Arnawa, sanggar tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh siswa untuk berkreasi. Namun, juga memberikan ruang kepada para alumni SMPN 2 Semarapura. Sehingga secara otomatis para seniornya bisa mentransfer ilmu kepada peserta didik baru. “Banyak alumni yang masih aktif ke sini, baik yang sudah tamat S1, S2 maupun sudah berkeluarga,” katanya.
Untuk mengajak para alumni tersebut, tentu diperlukan komunikasi dari pihak sekolah secara berkesinambungan. Di samping itu dari alumni yang bersangkutan juga rindu suasana saat duduk di SMP. Sehingga mereka tak merasa bosan berlatih maupun mentranfser ilmu kepada siswa. “Supaya tidak mengganggu pelajaran di sekolah, latihan dimulai setelah pelajaran selesai dan hari-hari libur,” katanya.
Arnawa menceritakan, awal mulanya Sanggar Gita Taruna ini berdiri menemui sejumlah kendala. Salah satunya minat siswa untuk menari dan magambel cukup minim. Karena saat itu siswa lebih suka tarian maupun seni musik yang bersifat modern. Akhirnya setelah didekati secara persuasif, siswa mulai tertarik menari dan magambel terlebih mereka berkesempatan pentas dalam event di sekolah maupun event besar lainnya. “Mudah-mudahan dengan cara ini, seni dan budaya Bali tetap ajeg dan lestari,” katanya Arnawa. * wa
1
Komentar