Industri Porang Didorong Jadi Komoditas Andalan bagi Alur Ekspor Baru
JAKARTA, NusaBali
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong industri pengolahan porang guna menjamin kesejahteraan petani.
Hal ini penting dilakukan guna menambah nilai ekspor pertanian sebagai sektor andalan pertumbuhan ekonomi nasional. “Saya bersama Bupati Madiun dan jajaran eselon 1 Kementan dan stakeholder yang lain, hari ini (kemarin) datang ke industri porang di Madiun untuk persiapan kehadiran Bapak Presiden untuk melakukan peresmian industri dan sekaligus peletakan batu pertama untuk industri lanjutan, industri beras porang,” ujar Syahrul dalam keterangan tertulis seperti dilansir detikfinance, Jumat (13/8/2021).
Dia menegaskan porang menjadi komoditas pilihan Presiden Jokowi untuk menjadi komoditas andalan baru di Indonesia, khususnya dalam rangka membuat alur ekspor yang lebih beragam dan lebih optimal ke seluruh mancanegara.
Adapun, kata Syahrul, Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah serta pelaku usaha terus memperbaiki budi daya porang. Perbaikan itu hingga proses pascapanen serta pengumpulan dan proses membawa porang masuk ke industri.
Selain itu, bagaimana industri membuat nilai tambah bagi porang dan melakukan eksportasi ke negara-negara tertentu.
“Porang menjadi komoditas negara tropis, spesifiknya Indonesia memiliki kemampuan itu dan Bapak Presiden mau melihat. Juga kita berharap sesuai perintah Bapak Presiden, kita makan tidak hanya beras. Boleh kenyang dengan berbagai aneka ragam komoditas yang kita miliki. Itulah khas Pak Jokowi yang akan hadir pada saatnya nanti,” jelas Syahrul.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, menambahkan Kementan menjadikan porang sebagai mahkota dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks), di samping sarang burung walet dan lainnya.
Dia memaparkan nilai ekspor porang pada 2020 sebesar Rp 923,6 miliar dengan negara tujuan China, Thailand, Taiwan, Vietnam, Myanmar, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Jenis porang diekspor dalam bentuk chip dan tepung. Adapun untuk melindungi plasma nutfah, porang tidak diperkenankan diekspor dalam bentuk benih dan umbi.
“Perintah Bapak Menteri Pertanian, luas lahan porang harus ditingkatkan di seluruh wilayah Indonesia. Porang tidak hanya diolah menjadi tepung, tapi juga sebagai pangan alternatif pengganti beras sehingga budidaya porang terus diperluas,” jelas Suwandi.
Suwandi menyebutkan terobosan yang dilakukan Kementan yakni memberikan bantuan bibit, pupuk, dan pendampingan kepada petani. Selanjutnya, pemerintah menyediakan fasilitas pinjaman modal dengan bunga rendah melalui KUR.
“Kepada petani, kami berharap agar dapat mendorong anggotanya, terutama yang berskala besar untuk bergandengan tangan dalam kemitraan dengan industri pengolahan sehingga industri pengolahan kecil tersebut dapat berkembang untuk melakukan bisnis yang saling menguntungkan,” tutur Suwandi.
Sebagai informasi, luas eksisting porang pada 2020 sebesar 19.950 ha dan pada 2021 mencapai 47.461 ha yang tersebar di 15 provinsi. Ditargetkan maksimal 2024 menjadi 100.000 ha didukung industri hilir/olahan dan pasarnya.
Sementara itu, rencana target tanam porang pada 2021 sebesar 10.000 ha tersebar di Provinsi Aceh 1.000 ha, Jawa Barat 1.000 ha, Jawa Tengah 1.500 ha, Jawa Timur 3.000 ha, NTT 1.000 ha, NTB 500 ha, dan Sulsel 2.000 ha.
Pada kunjungan ini, Syahrul turut menyalurkan KUR petani porang Madiun dengan total Rp 86 miliar. Dengan rincian, KUR dari BNI sebesar Rp 36,2 miliar untuk 1.104 petani dan KUR dari BRI sebesar Rp 49,8 miliar untuk 1.436 petani. *
Dia menegaskan porang menjadi komoditas pilihan Presiden Jokowi untuk menjadi komoditas andalan baru di Indonesia, khususnya dalam rangka membuat alur ekspor yang lebih beragam dan lebih optimal ke seluruh mancanegara.
Adapun, kata Syahrul, Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah serta pelaku usaha terus memperbaiki budi daya porang. Perbaikan itu hingga proses pascapanen serta pengumpulan dan proses membawa porang masuk ke industri.
Selain itu, bagaimana industri membuat nilai tambah bagi porang dan melakukan eksportasi ke negara-negara tertentu.
“Porang menjadi komoditas negara tropis, spesifiknya Indonesia memiliki kemampuan itu dan Bapak Presiden mau melihat. Juga kita berharap sesuai perintah Bapak Presiden, kita makan tidak hanya beras. Boleh kenyang dengan berbagai aneka ragam komoditas yang kita miliki. Itulah khas Pak Jokowi yang akan hadir pada saatnya nanti,” jelas Syahrul.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, menambahkan Kementan menjadikan porang sebagai mahkota dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks), di samping sarang burung walet dan lainnya.
Dia memaparkan nilai ekspor porang pada 2020 sebesar Rp 923,6 miliar dengan negara tujuan China, Thailand, Taiwan, Vietnam, Myanmar, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Jenis porang diekspor dalam bentuk chip dan tepung. Adapun untuk melindungi plasma nutfah, porang tidak diperkenankan diekspor dalam bentuk benih dan umbi.
“Perintah Bapak Menteri Pertanian, luas lahan porang harus ditingkatkan di seluruh wilayah Indonesia. Porang tidak hanya diolah menjadi tepung, tapi juga sebagai pangan alternatif pengganti beras sehingga budidaya porang terus diperluas,” jelas Suwandi.
Suwandi menyebutkan terobosan yang dilakukan Kementan yakni memberikan bantuan bibit, pupuk, dan pendampingan kepada petani. Selanjutnya, pemerintah menyediakan fasilitas pinjaman modal dengan bunga rendah melalui KUR.
“Kepada petani, kami berharap agar dapat mendorong anggotanya, terutama yang berskala besar untuk bergandengan tangan dalam kemitraan dengan industri pengolahan sehingga industri pengolahan kecil tersebut dapat berkembang untuk melakukan bisnis yang saling menguntungkan,” tutur Suwandi.
Sebagai informasi, luas eksisting porang pada 2020 sebesar 19.950 ha dan pada 2021 mencapai 47.461 ha yang tersebar di 15 provinsi. Ditargetkan maksimal 2024 menjadi 100.000 ha didukung industri hilir/olahan dan pasarnya.
Sementara itu, rencana target tanam porang pada 2021 sebesar 10.000 ha tersebar di Provinsi Aceh 1.000 ha, Jawa Barat 1.000 ha, Jawa Tengah 1.500 ha, Jawa Timur 3.000 ha, NTT 1.000 ha, NTB 500 ha, dan Sulsel 2.000 ha.
Pada kunjungan ini, Syahrul turut menyalurkan KUR petani porang Madiun dengan total Rp 86 miliar. Dengan rincian, KUR dari BNI sebesar Rp 36,2 miliar untuk 1.104 petani dan KUR dari BRI sebesar Rp 49,8 miliar untuk 1.436 petani. *
Komentar