Berawal dari Keluarga, AA Giri Anom Kembangkan Panahan Tradisional Jemparingan di Bali
DENPASAR, NusaBali.com – Demi mengangkat kembali jemparingan atau panahan tradisional, Anak Agung Giri Anom mendirikan Jepun Bali Traditional Archery Club (JBTAC) pada tahun 2009.
Tiga tahun berselang, komunitas pecinta panahan tradisional ini diresmikan oleh Walikota Denpasar saat itu, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.
“Awal terciptanya JBTAC adalah sebuah keinginan untuk mengangkat kembali olahraga jemparingan pada saat itu,” kata Giri Anom yang pernah menjabat sebagai Ketua Perpani Badung ini.
Ketika baru berdiri, JBTAC hanya diikuti oleh keluarga Anom Giri saja, mulai dari istri, anak, menantu, hingga cucu. Kini, JBTAC memiliki sekitar 60 anggota dari berbagai kalangan, utamanya dari kalangan pelajar.
Jemparingan Bali disebut Giri Anom memiliki keunikan tersendiri yakni pada bagian variasi ukiran yang ada di alat memanahnya. Adapun posisi pemanah dilakukan dengan cara duduk, lalu alat memanah agak sedikit dimiringkan.
Kiprah JBTAC pu ternyata tak sekadar hobi karena berbagai event pernah diikuti, termasuk kejuaraan di luar Bali. “JBTAC sempat menjadi juara umum di sebuah lomba jemparingan yang diadakan di Kulon Progo, Jogjakarta pada 2019,” tuturnya.
JBTAC mengadakan latihan Setiap hari Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu di Istana Taman Jepun, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar. “Dikarenakan pandemi, setiap harinya latihan kami batasi hanya untuk 10 orang saja,” ujar Giri Anom yang juga seorang pelukis ini.
“Awal terciptanya JBTAC adalah sebuah keinginan untuk mengangkat kembali olahraga jemparingan pada saat itu,” kata Giri Anom yang pernah menjabat sebagai Ketua Perpani Badung ini.
Ketika baru berdiri, JBTAC hanya diikuti oleh keluarga Anom Giri saja, mulai dari istri, anak, menantu, hingga cucu. Kini, JBTAC memiliki sekitar 60 anggota dari berbagai kalangan, utamanya dari kalangan pelajar.
Jemparingan Bali disebut Giri Anom memiliki keunikan tersendiri yakni pada bagian variasi ukiran yang ada di alat memanahnya. Adapun posisi pemanah dilakukan dengan cara duduk, lalu alat memanah agak sedikit dimiringkan.
Kiprah JBTAC pu ternyata tak sekadar hobi karena berbagai event pernah diikuti, termasuk kejuaraan di luar Bali. “JBTAC sempat menjadi juara umum di sebuah lomba jemparingan yang diadakan di Kulon Progo, Jogjakarta pada 2019,” tuturnya.
JBTAC mengadakan latihan Setiap hari Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu di Istana Taman Jepun, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar. “Dikarenakan pandemi, setiap harinya latihan kami batasi hanya untuk 10 orang saja,” ujar Giri Anom yang juga seorang pelukis ini.
Di samping mengasah keterampilan dalam kegiatan jemparingan, JBTAC juga memiliki tujuan lain, yakni untuk mengasah rasa dan fokus kepada para anggota dan khususnya anak-anak. “Selain faktor keberuntungan, teknik mengolah rasa dan mengatur fokus, serta mengatur nafas juga diperlukan dalam kegiatan jemparingan ini,” ujar Anom Giri.
Dirinya pun menyebutkan bahwa jika keterampilan tersebut sering dilatih, terutama pada sang anak, maka akan memberikan dampak yang baik terhadap pola tingkah laku anak. “Anak menjadi lebih sabar, menahan diri, dan perilakunya cenderung mudah diarahkan,” tambahnya.
Sementara itu Ida Ayu Anom Purnamaningsih sebagai Ketua II di JBTAC mengatakan bahwa, JBTAC rutin mengadakan kegiatan perlombaan, seperti contohnya kegiatan perlombaan serangkaian menyambut hari kemerdekaan RI yang telah terlaksana pada Minggu (15/8/2021).
“Para orangtua dari peserta JBTAC selalu melibatkan diri di setiap acara yang telah terlaksana, seperti piala-piala yang ada di kegiatan kemarin, itu berasal dari sumbangan orang tua peserta,” ungkap istri dari Giri Anom ini.
Lebih lanjut Purnamaningsih pun menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi orangtua di setiap kegiatan JBTAC, maka secara tidak langsung menguatkan jalinan atau ikatan terhadap anak dan orangtuanya. “Orangtua di sini tujuannya memberikan dukungan positif kepada anak, dan memberikannya semangat dalam mengikuti sebuah perlombaan, ataupun sesi latihan,” ujarnya.
JBTAC pun terbuka kepada setiap masyarakat yang ingin mengetahui kegiatan jemparingan lebih dalam lagi. “Mengenai pendaftaran dan lainnya, datang saja pada saat hari latihan JBTAC di Istana Taman Jepun, nanti akan diberi arahan lebih lanjut,” ujar Purnamaningsih.
Anom Giri dan Purnamaningsih pun berharap agar eksistensi dari kegiatan atau olahraga jemparingan tersebut dapat terjaga, sehingga nilai-nilai atau makna yang terkandung di dalamnya dapat diteruskan kepada generasi penerus yang akan datang. “Semoga JBTAC dapat mencetak bibit-bibit atau potensi-potensi baru dalam kegiatan jemparingan, dan dapat mengikuti kontes atau perlombaan ke jenjang yang lebih tinggi lagi,” tutupnya. *rma
1
Komentar