Isoter Berbasis Desa Adat di Denpasar Terkendala
Terbentur Fasilitas Tempat Isoter yang Tidak Memadai
Syarat agar tempat tersebut bisa dijadikan tempat Isoter, yakni harus memadai, seperti masing-masing kamar harus memiliki satu toilet.
DENPASAR, NusaBali
Rencana pelaksanaan Isolasi Terpusat (Isoter) berbasis desa adat tampaknya belum bisa terlaksana. Hal itu karena terkendala tempat sehingga untuk wilayah selain Desa Adat Penatih belum bisa melakukan Isoter. Padahal, dengan melakukan isolasi terpusat berbasis desa adat diharapkan dapat mengurangi penyebaran Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pj Sekda Kota Denpasar I Made Toya, Rabu (18/8). Menurutnya, untuk Isoter berbasis desa adat ini memang ada tempatnya di Penatih, tetapi kendalanya tempat yang tidak memadai di masing-masing wilayah. Dia mengatakan, syarat agar tempat tersebut bisa dijadikan tempat Isoter, yakni harus memadai.
Semisal masing-masing kamar harus memiliki satu toilet, karena tak akan memenuhi persyaratan jika satu toilet digunakan bersama. “Misal dari kamar mandi jadi satu, tidak boleh itu kamar mandi harus sendiri-sendiri, sehingga kami fokuskan isoter di hotel,” jelasnya.
Made Toya mengatakan hingga saat ini pihaknya masih berproses untuk memindahkan warga isolasi mandi (Isoman) ke tempat Isoter. Namun memang ada beberapa Isoman yang tak mau ikut Isoter dengan beberapa alasan salah satunya memiliki anak kecil. “Kami koordinasikan dengan TNI/Polri yang tak mau Isoter. Kalau misalnya ada anak kecil dan mau isoman, kami akan pantau terus bagaimana kesehatannya,” kata Made Toya. Sementara itu, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan sesuai arahan Menko Marvest, Mendagri dan Menkes RI saat kunjungan kerja di Provinsi Bali beberapa waktu lalu, Pelaksanaan Isoter diyakini efektif dalam mendukung pencegahan penularan Covid-19 di dalam rumah atau keluarga.
Hal ini juga dianggap efektif dalam mencegah melonjaknya kasus harian. “Jadi atas arahan di atas maka kami bersama Forkopimda menggelar rapat koordinasi untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan isolasi terpusat bagi masyarakat Kota Denpasar yang terkonfirmasi positif Covid-19,” katanya.
Hal ini secara teknis membahas pola dan alur pelaksanaan isolasi terpusat. Sehingga nantinya begitu ada masyarakat yang dinyatakan positif Covid-19 dengan rujukan pelaksanaan isolasi mandiri, maka secepatnya dapat dibawa ke lokasi isolasi terpusat Kota Denpasar. Tak hanya itu, Jaya Negara mengatakan bahwa Pemkot Denpasar telah menambah lokasi Isolasi Terpusat (Isoter).
“Yang terbaru salah satu hotel di Sanur dengan kapasitas 350 tempat tidur, dan Asrama BPSDM di Sesetan, sebelumnya juga sudah ada di Kota Denpasar, mulai dari Bapelkesmas Provinsi Bali, LPMP, 1 hotel di Jalan Veteran, 1 hotel di Kuta, 1 hotel di Sidakarya, Wisma Werdhapura dan 1 hotel di bilangan Ubung,” katanya.
Pola 3 T (Testing, Tracing dan Treatment) juga terus digencarkan. Penambahan personel juga terus dioptimalkan. Bahkan untuk mendukung pelaksanaan tracing turut dilibatkan Kaling dan Kadus serta ASN Bapak Angkat untuk membantu input data di Desa/Kelurahan. *mis
Rencana pelaksanaan Isolasi Terpusat (Isoter) berbasis desa adat tampaknya belum bisa terlaksana. Hal itu karena terkendala tempat sehingga untuk wilayah selain Desa Adat Penatih belum bisa melakukan Isoter. Padahal, dengan melakukan isolasi terpusat berbasis desa adat diharapkan dapat mengurangi penyebaran Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pj Sekda Kota Denpasar I Made Toya, Rabu (18/8). Menurutnya, untuk Isoter berbasis desa adat ini memang ada tempatnya di Penatih, tetapi kendalanya tempat yang tidak memadai di masing-masing wilayah. Dia mengatakan, syarat agar tempat tersebut bisa dijadikan tempat Isoter, yakni harus memadai.
Semisal masing-masing kamar harus memiliki satu toilet, karena tak akan memenuhi persyaratan jika satu toilet digunakan bersama. “Misal dari kamar mandi jadi satu, tidak boleh itu kamar mandi harus sendiri-sendiri, sehingga kami fokuskan isoter di hotel,” jelasnya.
Made Toya mengatakan hingga saat ini pihaknya masih berproses untuk memindahkan warga isolasi mandi (Isoman) ke tempat Isoter. Namun memang ada beberapa Isoman yang tak mau ikut Isoter dengan beberapa alasan salah satunya memiliki anak kecil. “Kami koordinasikan dengan TNI/Polri yang tak mau Isoter. Kalau misalnya ada anak kecil dan mau isoman, kami akan pantau terus bagaimana kesehatannya,” kata Made Toya. Sementara itu, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan sesuai arahan Menko Marvest, Mendagri dan Menkes RI saat kunjungan kerja di Provinsi Bali beberapa waktu lalu, Pelaksanaan Isoter diyakini efektif dalam mendukung pencegahan penularan Covid-19 di dalam rumah atau keluarga.
Hal ini juga dianggap efektif dalam mencegah melonjaknya kasus harian. “Jadi atas arahan di atas maka kami bersama Forkopimda menggelar rapat koordinasi untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan isolasi terpusat bagi masyarakat Kota Denpasar yang terkonfirmasi positif Covid-19,” katanya.
Hal ini secara teknis membahas pola dan alur pelaksanaan isolasi terpusat. Sehingga nantinya begitu ada masyarakat yang dinyatakan positif Covid-19 dengan rujukan pelaksanaan isolasi mandiri, maka secepatnya dapat dibawa ke lokasi isolasi terpusat Kota Denpasar. Tak hanya itu, Jaya Negara mengatakan bahwa Pemkot Denpasar telah menambah lokasi Isolasi Terpusat (Isoter).
“Yang terbaru salah satu hotel di Sanur dengan kapasitas 350 tempat tidur, dan Asrama BPSDM di Sesetan, sebelumnya juga sudah ada di Kota Denpasar, mulai dari Bapelkesmas Provinsi Bali, LPMP, 1 hotel di Jalan Veteran, 1 hotel di Kuta, 1 hotel di Sidakarya, Wisma Werdhapura dan 1 hotel di bilangan Ubung,” katanya.
Pola 3 T (Testing, Tracing dan Treatment) juga terus digencarkan. Penambahan personel juga terus dioptimalkan. Bahkan untuk mendukung pelaksanaan tracing turut dilibatkan Kaling dan Kadus serta ASN Bapak Angkat untuk membantu input data di Desa/Kelurahan. *mis
1
Komentar