760 Tukik Dilepasliarkan di Desa Umeanyar
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 760 ekor bayi penyu atau tukik dilepasliarkan di pantai di Desa Umeanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng, pada Kamis (19/8) pagi.
Ratusan ekor tukik yang dilepas ke habitat aslinya itu berusia satu bulan dan merupakan hasil konservasi yang dilakukan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Umeanyar. Pelepasan 760 ekor tukik itu juga dikaitkan dengan HUT ke-76 Kemerdekaan RI.
Keberadaan kawasan konservasi penyu di pantai Desa Umeanyar sendiri dimulai 2 tahun silam. Saat itu ditemukan 8 ekor tukik di pasir pantai pada 18 Agustus 2019 lalu. Oleh warga rencananya 8 ekor tukik itu dievakuasi ke tempat penangkaran di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak. Namun urung dilakukan setelah warga memutuskan membuat penangkaran sendiri di pantai Umenyar.
Menurut Ketua Pokmaswas Desa Umeanyar, I Gede Riko Punista Sanjaya, penangkaran penyu di Desa Umeanyar dibuat dengan pertimbangan melengkapi kawasan konservasi di wilayah tengah. Setelah di sebelah timur konservasi penyu ada di Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga dan di barat ada di Pantai Pemuteran, Desa Pemuteran. Pendirian tempat penangkaran ini juga dikoordinasikan dengan Resort KSDA Buleleng BKSDA Bali.
"Setelah berjalan, ternyata kami banyak temukan telur penyu di beberapa titik lalu kami pindahkan ke tempat penangkaran yang kami buat sederhana dengan bantuan Pemerintah Desa. Semua kami catat dari temuan telur hingga jumlah yang menetas," ujar Gede Riko.
Keberadaan penangkaran hewan yang dilindungi undang-undang ini juga menunjang kawasan objek wisata di pantai Desa Umeanyar. Konservasi penyu diharapkan menambah daya tarik wisata. "Namun, lokasi penangkaran kami semakin tidak layak mengingat jumlah tukik yang ditemukan semakin banyak dan kegiatan juga semakin meningkat," aku Gede Riko.
Perbekel Desa Umeanyar, Putu Edy Mulyana menyampaikan, pelepasan tukik sebanyak 760 ekor menyesuaikan dengan tema HUT RI ke-76. Harapannya, ratusan tukik yang dilepas itu akan kembali ke pantai Desa Umeanyar untuk kembali bertelur. Sementara terkait lokasi penangkaran yang sudah semakin kurang layak, pihaknya mengaku akan segera memindahkan lokasi penangkaran ke tempat yang lebih baik.
Sementara itu, Kepala Resort KSDA Buleleng, Putu Citra Suda Armaya mengatakan, telur penyu yang sudah menetas tidak boleh terlalu lama berada di penangkaran dan segera dilepasliarkan. Pelepasan tukik ke habitat aslinya ini juga untuk mengurangi over kapasitas tempat penangkaran. "Hasil penangkaran harus cepat dilepas untuk hidup di alamnya. Ini juga untuk memberikan dampak terhadap ekosistem di darat dan di laut," tandasnya. *mz
1
Komentar