Komoditas Pertanian 'Selamatkan' Ekspor Bali
Nilai ekspor produk pertanian Rp 890,7 miliar dari nilai total ekspor Bali Rp 2,1 triliun
DENPASAR,NusaBali
Ekspor Bali dalam selama 6 bulan, Januari-Juni 2021, benar- benar mengalami pukulan akibat efek domino pandemi Covid-19. Dibanding dengan periode sama Januari-Juni 2020, hanya satu kelompok komoditas yakni komoditas pertanian yang ‘selamat’, nilai ekspornya justru naik. Tiga kelompok komoditas ekspor lainnya, industri, kerajinan dan perkebunan ‘sekarat’ alias anjlok.
Total realisasi nilai ekspor Bali pada Januari-Juni 2021, 149,8 juta dollar atau Rp 2,1 triliun. Nilai ini turun (-24,74 persen) dibanding nilai ekspor periode Januari-Juni 2020 sebesar 199 juta dollar atau Rp 2,8 triliun.
“Itu semua berdasarkan SKA (Surat Keterangan Asal) barang,” ujar Kabid Perdagangan Luar Negeri (PDL) Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali Ir Ni Wayan Lestari MM, Kamis(19/8).
Dikatakan Lestari, untuk periode Januari-Juni tersebut, memang ekspor komoditas pertanian yang masih bertahan, dalam arti masih tumbuh positif. Berdasarkan SKA, nilai ekspor produk pertanian 61,6 juta dollar (Rp 890,7 miliar) atau naik 14,23 persen.
Sebaliknya, realisasi ekspor komoditas industri dan kerajinan dan perkebunan mengalami penurunan. Untuk ekspor industri, yang terdiri 6 item yakni ikan kaleng, komponen rumah jadi, plastik, sepatu (alas kaki), tas, tekstil dan produk tekstil anjlok (-51,26 persen) atau dengan realisasi 34.446.659,82 dollar pada Januari- Juni 2021. Sedang pada Januari-Juni 2020, realisasi ekspor komoditas industri 70.668.292,26 dollar.
Hal yang sama terjadi pada realisasi ekspor produk kerajinan, turun (-27,92 persen. Dari 71.875.963,20 dollar pada Januari-Juni 2020, menjadi 51.807.395,60 pada Januari-Juni 2021. Dari 17 jenis komoditas kerajinan, hanya 4 jenis komoditas yang realisasi meningkat yakni kerajinan alat music, keramik, kerajinan lilin, perak dan teracota.
Demikian juga dengan ekspor komoditas perkebunan. Realisasi ekspornya minus (-37,28 persen) pada Januari-Juni 2021. Atau hanya 317.762,37 dollar. Sedang pada Januari-Juni 2020, realisasi ekspor perkebunan Bali yang terdiri dari kakao, kopi dan panili 506.646,03 dollar.
Ekspor komoditas pertanian juga memberi kontribusi paling besar pada keseluruhan nilai ekspor Bali Januari-Juni 2021, yakni sebesar 41,10 persen. Disusul kerajinan 34,58 persen, industri 22,99 persen dan perkebunan 0,25 persen.
“Memang ekspor komoditas pertanian yang memberi sumbangan terbesar,” tunjuk Lestari pada komoditas sektor pertanian yang terdiri dari 11 jenis produk. Mulai dari produk buah-buahan, perikanan, rumput laut sampai sirip hiu.
Masih berdasarkan SKA, penurunan nilai ekspor juga ditunjukkan dengan penurunan ekspor ke negara- negara tujuan ekspor Bali dalam 6 bulan lalu. Dari 9 kawasan negara tujuan, hanya ekspor dengan tujuan negara- negara kawasan Asia – Pasifik (APEC) yang mengalami peningkatan. Peningkatannya satu digit yakni 4,88 persen dibanding Januari-Juni 2020. Selebihnya 9 kawasan tujuan ekspor Bali lainnya, mulai dari Uni Eropa, Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, sampai ke ekspor ke Asia Selatan dan negara-negara lainnya juga menurun.
Lestari, mengiyakan faktor pandemi Covid-19 inilah yang memang yang secara umum berpengaruh pada penurunan realisasi ekspor dalam semester pertama 2021.”Ya memang tentu karena pengaruh pandemi ini,” ujarnya sambil bersyukur eskpor komoditas pertanian masih bisa bertahan positif.
Itu artinya komoditas ekspor Bali, tetap masih punya peluang pasar di luar. Pihaknya, kata Lestari mendorong dan mendukung para eksportir, untuk terys tetap berupaya dan berjuang meningkatkan ekspor Bali. *K17.
Total realisasi nilai ekspor Bali pada Januari-Juni 2021, 149,8 juta dollar atau Rp 2,1 triliun. Nilai ini turun (-24,74 persen) dibanding nilai ekspor periode Januari-Juni 2020 sebesar 199 juta dollar atau Rp 2,8 triliun.
“Itu semua berdasarkan SKA (Surat Keterangan Asal) barang,” ujar Kabid Perdagangan Luar Negeri (PDL) Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali Ir Ni Wayan Lestari MM, Kamis(19/8).
Dikatakan Lestari, untuk periode Januari-Juni tersebut, memang ekspor komoditas pertanian yang masih bertahan, dalam arti masih tumbuh positif. Berdasarkan SKA, nilai ekspor produk pertanian 61,6 juta dollar (Rp 890,7 miliar) atau naik 14,23 persen.
Sebaliknya, realisasi ekspor komoditas industri dan kerajinan dan perkebunan mengalami penurunan. Untuk ekspor industri, yang terdiri 6 item yakni ikan kaleng, komponen rumah jadi, plastik, sepatu (alas kaki), tas, tekstil dan produk tekstil anjlok (-51,26 persen) atau dengan realisasi 34.446.659,82 dollar pada Januari- Juni 2021. Sedang pada Januari-Juni 2020, realisasi ekspor komoditas industri 70.668.292,26 dollar.
Hal yang sama terjadi pada realisasi ekspor produk kerajinan, turun (-27,92 persen. Dari 71.875.963,20 dollar pada Januari-Juni 2020, menjadi 51.807.395,60 pada Januari-Juni 2021. Dari 17 jenis komoditas kerajinan, hanya 4 jenis komoditas yang realisasi meningkat yakni kerajinan alat music, keramik, kerajinan lilin, perak dan teracota.
Demikian juga dengan ekspor komoditas perkebunan. Realisasi ekspornya minus (-37,28 persen) pada Januari-Juni 2021. Atau hanya 317.762,37 dollar. Sedang pada Januari-Juni 2020, realisasi ekspor perkebunan Bali yang terdiri dari kakao, kopi dan panili 506.646,03 dollar.
Ekspor komoditas pertanian juga memberi kontribusi paling besar pada keseluruhan nilai ekspor Bali Januari-Juni 2021, yakni sebesar 41,10 persen. Disusul kerajinan 34,58 persen, industri 22,99 persen dan perkebunan 0,25 persen.
“Memang ekspor komoditas pertanian yang memberi sumbangan terbesar,” tunjuk Lestari pada komoditas sektor pertanian yang terdiri dari 11 jenis produk. Mulai dari produk buah-buahan, perikanan, rumput laut sampai sirip hiu.
Masih berdasarkan SKA, penurunan nilai ekspor juga ditunjukkan dengan penurunan ekspor ke negara- negara tujuan ekspor Bali dalam 6 bulan lalu. Dari 9 kawasan negara tujuan, hanya ekspor dengan tujuan negara- negara kawasan Asia – Pasifik (APEC) yang mengalami peningkatan. Peningkatannya satu digit yakni 4,88 persen dibanding Januari-Juni 2020. Selebihnya 9 kawasan tujuan ekspor Bali lainnya, mulai dari Uni Eropa, Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, sampai ke ekspor ke Asia Selatan dan negara-negara lainnya juga menurun.
Lestari, mengiyakan faktor pandemi Covid-19 inilah yang memang yang secara umum berpengaruh pada penurunan realisasi ekspor dalam semester pertama 2021.”Ya memang tentu karena pengaruh pandemi ini,” ujarnya sambil bersyukur eskpor komoditas pertanian masih bisa bertahan positif.
Itu artinya komoditas ekspor Bali, tetap masih punya peluang pasar di luar. Pihaknya, kata Lestari mendorong dan mendukung para eksportir, untuk terys tetap berupaya dan berjuang meningkatkan ekspor Bali. *K17.
1
Komentar