Seniman Mural Bali Sesalkan Penghapusan '404: Not Found'
DENPASAR, NusaBali.com – Seni mural mendadak viral dalam dua pekan terakhir menyusul karya mural ‘404: Not found’ di Jalan Pembangunan Satu, Kelurahan Batu Jaya, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang.
Merespons hal tersebut, salah seorang seniman mural di Bali yang memiliki nama panggung ‘Pwrk' menilai sikap aparat yang menghapus mural, dinilai kurang tepat. “Aparat terlalu frontal dengan langsung menghapus karya yang telah dibuat. Seharusnya lebih baik aparat melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan seniman terkait, mengenai maksud mural tersebut,” ujarnya.
Pwrk pun menyebutkan bahwa seni mural pada dasarnya memang digunakan sebagai media penyampaian pesan, kritik dan imajinasi dari seorang seniman. Dirinya menambahkan bahwa seni mural pun juga dapat digunakan sebagai media promosi atau iklan.
Lebih lanjut Pwrk pun menjelaskan, bahwa setiap karya seni mural memiliki setidaknya landasan atau latar belakang sehingga dibuatnya sebuah karya mural. “Terkait mural 404: Not found itu, pasti ada maksud dan latar belakangnya sehingga mural itu tercipta,” jelasnya.
Dirinya pun menambahkan, apabila mural 404: Not found yang viral di media sosial tersebut bermaksud kritik kepada pemerintah, hal tersebut merupakan hal yang wajar. “Karena sebagai seorang pemimpin kritik menurut saya merupakan hal yang biasa,” tambahnya.
Gilang Pratama yang merupakan Divisi Kampanye Kreatif Walhi Bali, dan juga seorang seniman menyebutkan bahwa penghapusan mural yang terjadi, bahkan sampai terdengar isu aparat memburu pembuat mural tersebut, merupakan bentuk respons yang terlalu berlebihan. “Seni sebagai kritik kan bagian dari demokrasi, apalagi mural yang dihapus itu kan suara pinggiran, yang jika ditelusuri, menurut saya sebenarnya si seniman ingin mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap situasi hari ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Gilang Pratama mengatakan sebaiknya aparat tidak memburu seorang seniman mural layaknya seorang kriminal. Dirinya pun juga menyatakan bahwa lebih penting untuk memahami maksud dari adanya mural tersebut, dan berkomunikasi atau mediasi yang baik kepada seniman yang bersangkutan. “Mural itu kan tidak membahayakan siapa-siapa, hanya gambar yang tidak bisa bergerak,” jelasnya.
Pwrk pun berharap agar selanjutnya aparat, atau petugas lainnya agar berkomunikasi terlebih dahulu kepada seorang seniman mural sebelum menghapus karyanya. “Bikin mural itu perlu waktu, kasihan kalau dihapus begitu saja,” tutupnya
Pwrk merupakan salah seorang seniman mural di Bali yang mulai terjun di dunia mural pada tahun 2010. Adapun event yang pernah diikuti oleh Pwrk terakhir kali yakni, event mural ‘Bali yang Binal'pada 7-12 Juni 2021 di Nusa Penida. Dan event ‘Temple Land Collective’pada 4-5 Juni 2021 di Niki Gallery, Ubud, Gianyar. *rma
1
Komentar