Dua Siswa SMAN Bali Mandara Wakili Indonesia ke Intel ISEF di Los Angeles
Alat pendeteksi cuaca bernama ‘Digital Smart Pshycometer’ sebelumnya telah antarkan Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra sabet medali emas Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2016
Berkat Sukses Mereka Ciptakan Alat Pendeteksi Cuaca
SINGARAJA, NusaBali
SMAN Bali Mandara Buleleng tiada henti menciptakan prestasi mengagumkan. Kali ini, dua siswa SMAN Bali Mandara: I Made Radikia Prasanta, 17, dan Bagus Putu Satria Suarima Putra, 17, terpilih mewakili Indonesia ke ajang international bertajuk ‘Intel-International Science and Engineering Fair (Intel ISEF)’ di Los Angeles, Amerika Serikat. Keduanya terpilih berkat suksesnya menciptakan alat pendeteksi cuaca bernama ‘Digital Smart Pshycometer’, yang telah mengantarnya meraih medali emas Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016.
Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra ditunjuk langsung oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mewakili Indonesia ke ajang Intel ISEF 2017. Dalam surat penunjukkan tertanggal 13 Desember 2016 tersebut, SMAN Bali Mandara akan bertarung di Los Angeles, Mei 2017 mendatang, menghadapi 73 perwakilan negara di dunia. Dari Indonesia, mereka ditunjuk berangkat bersama dua siswa SMAN 1 Jogjakarta dan SMAN 3 Semarang (Jawa Tengah).
Namun, sebelum bertarung ke Los Angeles, Mei 2017 mendatang, Radikia Prasanta dan Bagus Satria lebih dulu harus menjalani pembinaan yang ketat. Saat ini, keduanya dibina oleh dua dosen dari kampus berbeda yang ditugaskan langsung Kemendikbud. Mereka masing-masing Wahyu Srigutomo (akademisi dari ITB Bandung) dan Hendrawan (dari Universitas Pendidikan Indonesia).
Selain memantapkan cara berpresentasi dengan menggunakan Bahasa Inggris, Radikia Prasanta dan bagus Satria juga harus menyempurnakan hasil karyanya berupa alat pendeteksi cuaca bernama ‘Digital Smart Pshycometer’. Menurut Radikia Prasanta, pihaknya akan menambahkan teknologi terbaru seperti sensor, tekanan udara, dan data pada ‘Digital Smart Pshycometer’, sehingga nantinya data yang dikirimkan langsung ke server dapat dilihat di HP.
“Nanti akan dibuat baru lagi dengan penyempurnaan teknologi,” jelas siswa Kelas XI IPA ini saat ditemui NusaBali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng beberapa hari lalu.
Saat ini, Radikia Prasanta dan Bagus Satria sedang dalam suasana yang campur aduk. Se-bab, di satu sisi, mereka merasa senang dan bangga karena dipercaya mewakili Indonesia ke ajang internasional. Namun, di sisi lain, mereka khawatir dan nervous juga memikul beban berat untuk mengharumkan nama sekolah dan daerah. “Kami awalnya tidak percaya ditunjuk mewakili Indonesia ke ajang bergengsi ini,” sambung Bagus Satria.
Sementara itu, pembina nasional Wahyu Srigutomo menyatakan sangat optimis dengan hasil karya dua siswa SMAN Bali Mandara, berupa pendeteksi cuaca bernama ‘Digital Smart Pshycometer’. Menurut Wahyu, dari sisi kesiapan, Radikia dan Bagus Satria masih perlu penyempurnaan, terutama presentasi mereka. “Sebab, presentasi mereka nantinya akan ditonton oleh banyak orang dari seluruh dunia,” jelas Wahyu saat mendampingi Radikia dan Bagus di SMAN Bali Mandara.
Selaku dosen pembina dari pusat, Wahyu juga sempat menyampaikan beberapa kelebihan alat yang diciptakan dua siswa SMAN Bali Mandara tersebut. “Alat ‘Digital Smart Pshycometer’ ini memiliki banyak kelebihan, mulai dari sistem smart psychrometer-nya yang sudah mulai memanfaatkan teknologi digital, hingga kontribusi alat tersebut dalam menghadapi masalah di masyarakat,” puji Wahyu.
Dengan berbekal hasil karya yang sudah mantap, kata Wahyu, strategi utama untuk membawa pulang medali bagi Radikia dan Bagus Satria adalah pemahaman dan kemam-puan Bahasa Inggrisnya, agar semua dapat tersampaikan dengan jelas saat presentasi di Los Angeles nanti. Baik Radikia maupun Bagus Satria berjanji akan berjuang se-mampunya di Los Angeles, sehingga mereka nantinya dapat mengharumkan nama Indonesia, Bali, Buleleng, dan SMAN Bali Mandara.
Jika dalam ajang Intel-ISEF 2017 di Los Angeles mereka berhasil meraih gelar juara, maka alat pendeteksi cuaca ‘Digital Smart Pshycometer’ akan dipatenkan dan diproduksi secara massal untuk kepentingan masyarakat. “Kita akan produksi secara massal peralatan ‘Digital Smart Pshycometer’ ini, karena bermanfaat bagi para petani kecil dalam memprediksi setiap langkah-langkah dalam proses pertanian mereka,” jelas Radikia, siswa berprestasi kelahiran Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng, 8 Februari 2000, diamini Bagus Suarima Putra (kelahiran Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, 21 Januari 2000).
Made Radikia Prasanta dan Bagus Satria Surima Putra sebelumnya membawa SMAN Bali Mandara tampil sabagai juara umum Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang dilaksanakan Kemendikbud, 2-7 Oktober 2016 lalu, berkat suksesnya menciptakan alat pendeteksi cuaca ‘Digital Smart Pshycometer’. Peralatan ini cukup simpel, bisa dibawa para pendaki untuk mengukur kelembaban udara di puncak gunung. Di samping itu, alat ini bisa dimanfaatkan kalangan pembuat bata merah dan genting untuk mengetahui perkembangan cuaca.
Peralatan pendeteksi cuaca dicipatakan berawal dari rasa penasaran Radikia Prasanta dan Bagus Satria terhadap fenomena cuaca yang tidak menentu saat ini. Cuaca kadang berubah secara mendadak dari panas, kemudian turun hujan atau sebaliknya. Rasa penasaran itu muncul setelah mereka teringat dengan nasib petani yang selalu gagal panen akibat fluktuasi cuaca.
Berrawal dari rasa penasaran itu, guru pembina mereka di SMAN Bali Mandara, I Kadek Yuli Artama, kemudian mencoba memadukan ide kedua siswanya yang berasal dari jurusan berbeda ini. Radikia Prasanta yang merupukan siswa jurusan IPA, diberikan kelelusaan merangkai komponen dan kabel yang dibutuhkan alat ‘BMG Mini’ tersebut. Sedangkan Bagus Satria yang siswa jurusan IPS, memberikan panduan mengenai Ilmu Bumi dan Gerografi.
Peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan dua siswa SMAN Bali Mandara ini berbentuk kotak berukuran 25 cm x 20 cm, sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Komponen utama alat tersebut adalah micro controler adruino, sebagai sensor suhu LM 35, pendeteksi suhu lingkungan sekitar. Alat ini memakai sumber daya kelistrikan dari power bank, dengan tiga lampu (led) dan LCD kecil sebagai sensor. Alat ini juga dilengkapi alarm, sebagai petunjuk akan turun hujan---ketika alarm berbunyi.
Cara kerja peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan Radikia dan Bagus Satria ini, satu lampu mengintruksikan hidup matinya alat, kemudian dua lampu lainnya masing-masing sebagai sensor suhu udara basah dan kering. Selanjutnya, kelembaban dan tekanan udara yang dihitung selama 1 jam, bisa dijadikan pedoman perubahan udara selama 24 jam ke depan.
Ketika pengukuran dilakukan pagi pukul 08.00 Wita, didapatkan data suhu udara kering 26,67 derajat celcius dan udara basah 22,00 derajat celcius. Dari suhu udara kering dikurangi suhu udara basah, maka didapat hasil suhu udara antara basah dan kering 4,67 derajat celcius. Maka suhu udara nanti diprediksi suhu kering 28 derajat celcius dan suhu basah 6 derajat celcius. Biaya pembuatan alat pendeteksi cuaca ini relatif murah, hanya Rp 311.916 per unit. * k23
Komentar