Gunakan Pesawat Militer TNI AU, Salah Satu Awaknya Kapten Sang Made KY
Detik-detik Menegangkan Upaya Evakuasi 26 WNI dan 7 WNA dari Afghanistan
Personel TNI AU yang terlibat dalam misi evakuasi tersebut awak pesawat Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma dan personel Satbravo-90 Paskhas.
JAKARTA, NusaBali
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi menceritakan perjuangan tim saat mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan setelah dikuasai Taliban menuju Tanah Air. Retno mengungkapkan sempat ada kendala ketika mengurus izin landing pesawat di Bandara Hamid Karzai, Kabul. Para WNI tersebut dievakuasi menggunakan pesawat militer TNI Angkatan Udara (AU) yang dipimpin Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo. Awak pesawat lainnya adalah Kapten Pnb Sang Made KY dan sejumlah personel.
Hal itu disampaikan Retno saat menyambut WNI yang baru tiba dari Afghanistan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jakarta, Sabtu (21/8) dinihari. Retno mengatakan awalnya rencana evakuasi WNI tidak menggunakan pesawat militer, namun dengan beberapa pertimbangan akhirnya pemerintah sepakat memakai pesawat militer.
"Awalnya evakuasi direncanakan dilakukan menggunakan pesawat sipil. Namun, di tengah jalan, rencana tersebut harus kita sesuaikan karena kondisi lapangan yang berubah. Dan sesuai koordinasi dengan Panglima TNI, diputuskan evakuasi menggunakan pesawat militer," ucap Retno.
Retno menyebut semua proses pembahasan dan rencana evakuasi dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan beberapa menteri terkait. Proses penjemputan WNI juga sudah melalui diskusi matang dengan sejumlah pihak. Retno mengungkapkan pesawat TNI Angkatan Udara (AU) berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta pada 18 Agustus 2021 pukul 06.00 WIB. Pesawat tersebut menempuh jalur paling cepat menuju Kabul, dengan transit di Islamabad, Pakistan.
"Rute yang ditempuh pesawat adalah Jakarta-Aceh-Kolombo-Karachi-Islamabad-Kabul. Dari awal keberangkatan pesawat memang dirancang untuk bermalam di Islamabad. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan bahwa, penerbangan Islamabad-Kabul sangat pendek, yaitu sekitar satu jam atau kurang dari satu jam, dan pesawat dapat bergerak cepat jika kesempatan landing diberikan waktu-waktu," ungkapnya.
Saat pesawat TNI AU terbang, petugas di Jakarta mengurus izin terbang. Termasuk izin terbang dan izin mendarat di Islamabad. Proses berjalan dengan baik hingga pesawat TNI AU tiba di Islamabad. Pesawat TNI AU itu akhirnya mendarat di Islamabad pada 18 Agustus pukul 20.27 waktu setempat. Setelah pesawat mendarat, pemerintah Indonesia mengurus izin mendarat di Kabul.
Menurut Retno, awalnya izin mendarat di bandara Kabul diagendakan pada 19 Agustus 2021 pukul 04.10 waktu setempat. Namun sempat tidak jadi karena situasi yang tidak kondusif.
"Koordinasi terus dilakukan untuk mengurus izin landing pesawat di Bandara Hamid Karzai, Kabul. Semula kita berhasil mendapatkan slot mendarat untuk 19 Agustus pagi sekitar pukul 04.10. Namun izin tersebut kemudian ditarik dan ditunda karena adanya perkembangan lapangan yang tidak kondusif," kata Retno dilansir detik.com.
Setelah mendapat kabar izin mendarat di Kabul ditarik, Retno langsung memimpin rapat koordinasi dengan tim di Jakarta, Islamabad, dan Kabul untuk mematangkan rencana proses evakuasi ini. Koordinasi juga dilakukan ke sejumlah negara. "Pada 19 Agustus pukul 11.00, saya memimpin rapat koordinasi yang diikuti oleh tim Jakarta, Islamabad, dan Kabul guna melakukan asesmen kondisi di Afghanistan, mendetailkan kembali rencana evakuasi, serta upaya untuk mendapatkan izin landing yang baru," katanya.
"Selain koordinasi pada working level, komunikasi juga saya lakukan secara langsung dengan Menteri Luar Negeri Turki, Menteri Luar Negeri Norwegia, pihak Belanda, Amerika Serikat, dan NATO. Proses ini adalah proses yang tidak mudah, dan memerlukan koordinasi yang kuat. Tanggal 20 Agustus dini hari diperoleh informasi izin landing yang baru telah diperoleh," sambung Retno. Hingga akhirnya pesawat TNI AU memperoleh izin landing di Kabul pada 20 Agustus dini hari, pesawat TNI AU bergerak terbang ke Kabul dari Islamabad pukul 04.10 waktu setempat. Lalu, tiba di Kabul pukul 05.17 waktu setempat, rencananya pesawat berada di bandara Kabul hanya 30 menit. Namun, kata Retno, terjadi dinamika sehingga pesawat TNI AU berada di Kabul hingga kurang-lebih dua jam.
"Tiba di Kabul 05.17, rencana awal pesawat hanya berhenti selama 30 menit. Namun kembali terjadi dinamika sehingga pesawat berada di bandara Kabul selama kurang-lebih dua jam," kata Retno. Setelah dua jam, pesawat terbang meninggalkan Kabul pukul 07.10 waktu setempat menuju ke Islamabad. Kemudian pesawat tiba di Tanah Air pada, Sabtu pagi kemarin.
"Pesawat TNI Angkatan Udara terbang dari Kabul pukul 07.10 dan tiba kembali di Islamabad pukul 08.11 waktu setempat untuk melakukan pengisian bahan bakar dan kemudian kembali terbang mengenakan rute yang sama. Dan alhamdulillah pesawat sudah tiba kembali di Bandara Halim Perdanakusuma pada pagi hari ini (kemarin) 21 Agustus 2021," jelas Retno.
Diketahui, WNI yang berhasil dievakuasi terdiri atas 26 WNI, termasuk staf KBRI. Selain itu, ada juga lima WN Filipina dan dua WN Afghanistan yang ikut dievakuasi dari Afghanistan. Dua WN Afghanistan itu adalah suami WNI dan staf lokal KBRI.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo turut menyambut kedatangan WNI yang bisa dievakuasi dari Afghanistan. Marsekal Fadjar memberi apresiasi kepada personel TNI AU yang terlibat dalam misi evakuasi tersebut.
"Saya sangat bangga kepada kalian semua. Dengan persiapan yang begitu cepat, kalian mampu menunjukkan profesionalisme," kata Marsekal Fadjar di apron Lanud Halim Perdanakusuma saat menyambut kedatangan pesawat, Sabtu kemarin. "Hal ini merupakan kebanggaan bagi seorang prajurit yang telah sukses melaksanakan tugas operasi dan kembali dalam keadaan selamat," lanjut Fadjar. Dia berharap keberhasilan dan pengalaman yang didapat selama melaksanakan operasi ini dapat diturunkan kepada para prajurit lainnya.
Personel TNI AU yang terlibat dalam misi evakuasi tersebut awak pesawat Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma dan personel Satbravo-90 Paskhas. Pada evakuasi WNI dari Afghanistan, TNI AU menggunakan pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17 dengan call sign 'Kencana Zero Four' yang dipimpin oleh Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo. Awak pesawat lainnya adalah Kapten Pnb Sang Made KY, Lettu Pnb RP Pratama A, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, dan Letda Andromeda.
Awak pesawat lainnya terdiri atas Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi R, dan Pratu Yulio A. Sementara itu, enam personel Satbravo-90 Paskhas yang turut dalam Satgas Evakuasi adalah Kapten Pas Galih Pinto Nugroho, Serda Trenggono, Serda Yudi Aji Widagdo, Kopda Umar Haris, Praka Aidil Artawijaya, dan Praka Ilham Dwi Laksana. *
Hal itu disampaikan Retno saat menyambut WNI yang baru tiba dari Afghanistan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jakarta, Sabtu (21/8) dinihari. Retno mengatakan awalnya rencana evakuasi WNI tidak menggunakan pesawat militer, namun dengan beberapa pertimbangan akhirnya pemerintah sepakat memakai pesawat militer.
"Awalnya evakuasi direncanakan dilakukan menggunakan pesawat sipil. Namun, di tengah jalan, rencana tersebut harus kita sesuaikan karena kondisi lapangan yang berubah. Dan sesuai koordinasi dengan Panglima TNI, diputuskan evakuasi menggunakan pesawat militer," ucap Retno.
Retno menyebut semua proses pembahasan dan rencana evakuasi dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan beberapa menteri terkait. Proses penjemputan WNI juga sudah melalui diskusi matang dengan sejumlah pihak. Retno mengungkapkan pesawat TNI Angkatan Udara (AU) berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta pada 18 Agustus 2021 pukul 06.00 WIB. Pesawat tersebut menempuh jalur paling cepat menuju Kabul, dengan transit di Islamabad, Pakistan.
"Rute yang ditempuh pesawat adalah Jakarta-Aceh-Kolombo-Karachi-Islamabad-Kabul. Dari awal keberangkatan pesawat memang dirancang untuk bermalam di Islamabad. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan bahwa, penerbangan Islamabad-Kabul sangat pendek, yaitu sekitar satu jam atau kurang dari satu jam, dan pesawat dapat bergerak cepat jika kesempatan landing diberikan waktu-waktu," ungkapnya.
Saat pesawat TNI AU terbang, petugas di Jakarta mengurus izin terbang. Termasuk izin terbang dan izin mendarat di Islamabad. Proses berjalan dengan baik hingga pesawat TNI AU tiba di Islamabad. Pesawat TNI AU itu akhirnya mendarat di Islamabad pada 18 Agustus pukul 20.27 waktu setempat. Setelah pesawat mendarat, pemerintah Indonesia mengurus izin mendarat di Kabul.
Menurut Retno, awalnya izin mendarat di bandara Kabul diagendakan pada 19 Agustus 2021 pukul 04.10 waktu setempat. Namun sempat tidak jadi karena situasi yang tidak kondusif.
"Koordinasi terus dilakukan untuk mengurus izin landing pesawat di Bandara Hamid Karzai, Kabul. Semula kita berhasil mendapatkan slot mendarat untuk 19 Agustus pagi sekitar pukul 04.10. Namun izin tersebut kemudian ditarik dan ditunda karena adanya perkembangan lapangan yang tidak kondusif," kata Retno dilansir detik.com.
Setelah mendapat kabar izin mendarat di Kabul ditarik, Retno langsung memimpin rapat koordinasi dengan tim di Jakarta, Islamabad, dan Kabul untuk mematangkan rencana proses evakuasi ini. Koordinasi juga dilakukan ke sejumlah negara. "Pada 19 Agustus pukul 11.00, saya memimpin rapat koordinasi yang diikuti oleh tim Jakarta, Islamabad, dan Kabul guna melakukan asesmen kondisi di Afghanistan, mendetailkan kembali rencana evakuasi, serta upaya untuk mendapatkan izin landing yang baru," katanya.
"Selain koordinasi pada working level, komunikasi juga saya lakukan secara langsung dengan Menteri Luar Negeri Turki, Menteri Luar Negeri Norwegia, pihak Belanda, Amerika Serikat, dan NATO. Proses ini adalah proses yang tidak mudah, dan memerlukan koordinasi yang kuat. Tanggal 20 Agustus dini hari diperoleh informasi izin landing yang baru telah diperoleh," sambung Retno. Hingga akhirnya pesawat TNI AU memperoleh izin landing di Kabul pada 20 Agustus dini hari, pesawat TNI AU bergerak terbang ke Kabul dari Islamabad pukul 04.10 waktu setempat. Lalu, tiba di Kabul pukul 05.17 waktu setempat, rencananya pesawat berada di bandara Kabul hanya 30 menit. Namun, kata Retno, terjadi dinamika sehingga pesawat TNI AU berada di Kabul hingga kurang-lebih dua jam.
"Tiba di Kabul 05.17, rencana awal pesawat hanya berhenti selama 30 menit. Namun kembali terjadi dinamika sehingga pesawat berada di bandara Kabul selama kurang-lebih dua jam," kata Retno. Setelah dua jam, pesawat terbang meninggalkan Kabul pukul 07.10 waktu setempat menuju ke Islamabad. Kemudian pesawat tiba di Tanah Air pada, Sabtu pagi kemarin.
"Pesawat TNI Angkatan Udara terbang dari Kabul pukul 07.10 dan tiba kembali di Islamabad pukul 08.11 waktu setempat untuk melakukan pengisian bahan bakar dan kemudian kembali terbang mengenakan rute yang sama. Dan alhamdulillah pesawat sudah tiba kembali di Bandara Halim Perdanakusuma pada pagi hari ini (kemarin) 21 Agustus 2021," jelas Retno.
Diketahui, WNI yang berhasil dievakuasi terdiri atas 26 WNI, termasuk staf KBRI. Selain itu, ada juga lima WN Filipina dan dua WN Afghanistan yang ikut dievakuasi dari Afghanistan. Dua WN Afghanistan itu adalah suami WNI dan staf lokal KBRI.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo turut menyambut kedatangan WNI yang bisa dievakuasi dari Afghanistan. Marsekal Fadjar memberi apresiasi kepada personel TNI AU yang terlibat dalam misi evakuasi tersebut.
"Saya sangat bangga kepada kalian semua. Dengan persiapan yang begitu cepat, kalian mampu menunjukkan profesionalisme," kata Marsekal Fadjar di apron Lanud Halim Perdanakusuma saat menyambut kedatangan pesawat, Sabtu kemarin. "Hal ini merupakan kebanggaan bagi seorang prajurit yang telah sukses melaksanakan tugas operasi dan kembali dalam keadaan selamat," lanjut Fadjar. Dia berharap keberhasilan dan pengalaman yang didapat selama melaksanakan operasi ini dapat diturunkan kepada para prajurit lainnya.
Personel TNI AU yang terlibat dalam misi evakuasi tersebut awak pesawat Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma dan personel Satbravo-90 Paskhas. Pada evakuasi WNI dari Afghanistan, TNI AU menggunakan pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17 dengan call sign 'Kencana Zero Four' yang dipimpin oleh Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo. Awak pesawat lainnya adalah Kapten Pnb Sang Made KY, Lettu Pnb RP Pratama A, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, dan Letda Andromeda.
Awak pesawat lainnya terdiri atas Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi R, dan Pratu Yulio A. Sementara itu, enam personel Satbravo-90 Paskhas yang turut dalam Satgas Evakuasi adalah Kapten Pas Galih Pinto Nugroho, Serda Trenggono, Serda Yudi Aji Widagdo, Kopda Umar Haris, Praka Aidil Artawijaya, dan Praka Ilham Dwi Laksana. *
1
Komentar