Sertijab Rektor Unud Diwarnai Unjuk Rasa Mahasiswa
Aliansi Asa Udayana Tuntut Rektor Baru Selesaikan Permasalahan yang Tertunda
DENPASAR, NusaBali.com - Serah terima jabatan (sertijab) Rektor Universitas Udayana (Unud), Selasa (24/8/2021), diwarnai aksi demonstrasi oleh sejumlah mahasiswa yang menamakan dirinya Aliansi Asa Udayana.
Puluhan mahasiswa dari seluruh fakultas di Unud, kecuali dari Fakultas Teknik, berorasi secara bergiliran, serta melakukan teaterikal pemakaman ‘wafatnya’ hati nurani rektor atas permasalahan selama empat tahun.
Demonstrasi dilakukan di depan Gedung Agrokomplek Jalan PB Sudirman Denpasar, yang merupakan tempat serah terima jabatan Rektor Unud dari Prof Dr dr AA Raka Sudewi Sp S(K), kepada rektor terpilih Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng. Dimulai sekitar pukul 16.00 Wita tampak mahasiswa datang membawa karangan bunga bertuliskan ‘Selamat & Sukses Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng Mahasiswa Menunggu Janjimu’.
Salah seorang koordinator aksi, Muhammad Novriansyah, mengatakan aksi demonstrasi dilakukan karena pihaknya melihat selama empat tahun ke belakang berbagai permasalahan di Unud tidak dapat diselesaikan oleh rektor sebelumnya, sementara ketika mahasiswa hendak bertemu dengan rektor terpilih selalu mendapat penolakan dengan dalih belum memiliki legal standing.
“Maka dari itu sebagai momentum adanya rektor baru harapannya ada sebuah harapan baru, rektor yang terpilih nanti tidak hanya kemudian menyepelekan hak-hak mahasiswa. Kita hadir untuk memberikan sebuah tekanan bahwasanya hari ini mahasiswa perlu banyak diperhatikan,” ujar Novriansyah yang juga Ketua BEM PM Universitas Udayana.
Berbagai permasalahan yang menurut mahasiswa tidak mampu diselesaikan oleh pimpinan universitas sebelumnya adalah mulai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mencekik kantong mahasiswa, kekerasan seksual yang penyelesaiannya tidak jelas, permasalahan fasilitas kampus yang tidak memadai untuk proses kuliah, hingga masalah kebebasan akademik yang masih ditekan.
Terkait kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus, Michael Haganta Ginting, mahasiswa yang juga Menko Pergerakan BEM PM Udayana mengatakan jika kasus pelecehan seksual oleh oknum dosen penyelesaiannya tidaklah jelas. Dikatakannya sidang dewan etik sudah dilakukan oleh pihak kampus, namun hasil dari sidang tersebut tidak diketahui oleh mahasiswa, dan pihak korban, ujarnya, merasa belum mendapat keadilan.
“Kita juga sempat bikin survei sendiri, memang sebenarnya masih banyak masalah kekerasan seksual di Udayana, entah oknum dosen yang melakukan kepada mahasiswa ataupun antarsesama mahasiswa. Dan yang menjadi permasalahan adalah tidak ada aturan tentang pencegahan, penindakan, dan penanganan kekerasan seksual di Universitas Udayana.
Sembari menunggu selesainya proses serah terima jabatan rektor, mahasiswa terus melakukan orasi berharap rektor baru keluar menemui mereka. Sekitar pukul 18.45 Wita, rektor baru Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara Meng, akhirnya keluar menemui mahasiswa, mengajak bicara, namun bersikeras tidak ingin menandatangani surat pernyataan yang disodorkan oleh mahasiswa.
Mahasiswa tidak berhenti mendesak, hingga mencegat mobil yang membawa rektor keluar dari area Gedung Agrokomplek. Rektor keluar dari mobilnya dan sempat beradu argumen dengan mahasiswa, hingga akhirnya rektor berjanji untuk memfasilitasi pertemuan dengan perwakilan mahasiswa pada hari Senin (30/8/2021). Namun, tetap enggan menandatangani dengan alasan akan mempelajari apa yang menjadi tuntutan mahasiswa.
“Rektor berkomitmen komunikasi dengan mahasiswa, itu yang kita jaga. Komitmen akan bertemu dengan mahasiswa, tidak akan ke mana-mana, juga berkomitmen untuk menyampaikan apa yang bisa menjadi sebuah solusi,” terang Novriansyah. *adi
Demonstrasi dilakukan di depan Gedung Agrokomplek Jalan PB Sudirman Denpasar, yang merupakan tempat serah terima jabatan Rektor Unud dari Prof Dr dr AA Raka Sudewi Sp S(K), kepada rektor terpilih Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng. Dimulai sekitar pukul 16.00 Wita tampak mahasiswa datang membawa karangan bunga bertuliskan ‘Selamat & Sukses Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng Mahasiswa Menunggu Janjimu’.
Salah seorang koordinator aksi, Muhammad Novriansyah, mengatakan aksi demonstrasi dilakukan karena pihaknya melihat selama empat tahun ke belakang berbagai permasalahan di Unud tidak dapat diselesaikan oleh rektor sebelumnya, sementara ketika mahasiswa hendak bertemu dengan rektor terpilih selalu mendapat penolakan dengan dalih belum memiliki legal standing.
“Maka dari itu sebagai momentum adanya rektor baru harapannya ada sebuah harapan baru, rektor yang terpilih nanti tidak hanya kemudian menyepelekan hak-hak mahasiswa. Kita hadir untuk memberikan sebuah tekanan bahwasanya hari ini mahasiswa perlu banyak diperhatikan,” ujar Novriansyah yang juga Ketua BEM PM Universitas Udayana.
Berbagai permasalahan yang menurut mahasiswa tidak mampu diselesaikan oleh pimpinan universitas sebelumnya adalah mulai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mencekik kantong mahasiswa, kekerasan seksual yang penyelesaiannya tidak jelas, permasalahan fasilitas kampus yang tidak memadai untuk proses kuliah, hingga masalah kebebasan akademik yang masih ditekan.
Terkait kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus, Michael Haganta Ginting, mahasiswa yang juga Menko Pergerakan BEM PM Udayana mengatakan jika kasus pelecehan seksual oleh oknum dosen penyelesaiannya tidaklah jelas. Dikatakannya sidang dewan etik sudah dilakukan oleh pihak kampus, namun hasil dari sidang tersebut tidak diketahui oleh mahasiswa, dan pihak korban, ujarnya, merasa belum mendapat keadilan.
“Kita juga sempat bikin survei sendiri, memang sebenarnya masih banyak masalah kekerasan seksual di Udayana, entah oknum dosen yang melakukan kepada mahasiswa ataupun antarsesama mahasiswa. Dan yang menjadi permasalahan adalah tidak ada aturan tentang pencegahan, penindakan, dan penanganan kekerasan seksual di Universitas Udayana.
Sembari menunggu selesainya proses serah terima jabatan rektor, mahasiswa terus melakukan orasi berharap rektor baru keluar menemui mereka. Sekitar pukul 18.45 Wita, rektor baru Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara Meng, akhirnya keluar menemui mahasiswa, mengajak bicara, namun bersikeras tidak ingin menandatangani surat pernyataan yang disodorkan oleh mahasiswa.
Mahasiswa tidak berhenti mendesak, hingga mencegat mobil yang membawa rektor keluar dari area Gedung Agrokomplek. Rektor keluar dari mobilnya dan sempat beradu argumen dengan mahasiswa, hingga akhirnya rektor berjanji untuk memfasilitasi pertemuan dengan perwakilan mahasiswa pada hari Senin (30/8/2021). Namun, tetap enggan menandatangani dengan alasan akan mempelajari apa yang menjadi tuntutan mahasiswa.
“Rektor berkomitmen komunikasi dengan mahasiswa, itu yang kita jaga. Komitmen akan bertemu dengan mahasiswa, tidak akan ke mana-mana, juga berkomitmen untuk menyampaikan apa yang bisa menjadi sebuah solusi,” terang Novriansyah. *adi
1
Komentar