Debit Air dan Kokokan Hantui Rencana Mina Padi di Bangli
Salah satu upaya Pemkab Bangli meningkatkan produksi ikan air tawar adalah dengan program mina padi, yakni memelihara ikan di sawah ketika musim tanam.
BANGLI, NusaBali
Tetapi program tersebut dihantui dua jenis gangguan, ancaman kedis (burung kokokan atau bangau) dan krisis air menyusul kemarau yang segera tiba.
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKPP) Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, tidak menampik kemungkinan gangguan alamiah tersebut. “Memang demikianlah keadaannya. Apalagi jika jelang musim kemarau, debit air tentu menyusut,” ungkap Sukartana, Rabu (11/1).
Namun dengan pengaturan yang sedemikian rupa, Sukartana optimistis budidaya mina padi bisa terlaksana. Misalnya, untuk mengatasi mengecil atau menyusutnya debit air, Dinas PKPP akan berkoordinasi dengan subak-subak, agar mengatur pola tanam. Salah satunya pengaturan dengan sistem ‘sorog’, yakni menanam secara bergiliran, menyesuaikan dengan kondisi air. “Jika debit air menyusut, jelas tak mungkin dilakukan tanam serentak,” jelas Sukartana.
Sehubungan dengan itu, Sukartana menyatakan di Bangli sudah ada sejumlah subak yang dia yakini siap dijadikan lokasi budidaya mina padi. Subak tersebut tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya Subak Sala, Subak Apuan, Subak Abuan, Subak Demulih di Kecamatan Susut. Di Kecamatan Bangli, subak-subak tersebut di antaranya Subak Bebalang, Subak Jelekungkang, Subak Bunutin. Sedang di Kecamatan Tembuku, antara lain Subak Bangbang, Subak Jehem, dan Subak Tembuku.
Sedang soal ancaman ‘hama’ kokokan (burung bangau), menurut Sukartana, juga bisa diatasi. Selain dengan cara menghalau, juga dengan menjaga volume atau kedalaman air sawah sedemikian rupa, sehingga aman bagi ikan dari serangan bangau. “Jika air sawah sudah cukup dalam, tentu bangau tak lihat ada ikan di dalamnya,” jelasnya.
Karenanya bibit atau ikan yang ada di tengah sawah tak sampai jadi mangsa kokokan. Selain itu, secara teknis tidak seluruh areal sawah jadi kolam. Melainkan beberapa bagian yang digali menjadi semacam selokan/kolam untuk habitat sementara ikan. “Sudah pernah ada yang berhasil,” kata Sukartana.
Pada 2016 lalu, produksi program mina padi ditarget 6.718 ton. Namun capaian realisasinya tak penuhi target, yakni kurang 0,6 persen atau 403 ton lebih. Realisasinya sekitar 6.415 ton. * k17
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKPP) Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, tidak menampik kemungkinan gangguan alamiah tersebut. “Memang demikianlah keadaannya. Apalagi jika jelang musim kemarau, debit air tentu menyusut,” ungkap Sukartana, Rabu (11/1).
Namun dengan pengaturan yang sedemikian rupa, Sukartana optimistis budidaya mina padi bisa terlaksana. Misalnya, untuk mengatasi mengecil atau menyusutnya debit air, Dinas PKPP akan berkoordinasi dengan subak-subak, agar mengatur pola tanam. Salah satunya pengaturan dengan sistem ‘sorog’, yakni menanam secara bergiliran, menyesuaikan dengan kondisi air. “Jika debit air menyusut, jelas tak mungkin dilakukan tanam serentak,” jelas Sukartana.
Sehubungan dengan itu, Sukartana menyatakan di Bangli sudah ada sejumlah subak yang dia yakini siap dijadikan lokasi budidaya mina padi. Subak tersebut tersebar di tiga kecamatan. Di antaranya Subak Sala, Subak Apuan, Subak Abuan, Subak Demulih di Kecamatan Susut. Di Kecamatan Bangli, subak-subak tersebut di antaranya Subak Bebalang, Subak Jelekungkang, Subak Bunutin. Sedang di Kecamatan Tembuku, antara lain Subak Bangbang, Subak Jehem, dan Subak Tembuku.
Sedang soal ancaman ‘hama’ kokokan (burung bangau), menurut Sukartana, juga bisa diatasi. Selain dengan cara menghalau, juga dengan menjaga volume atau kedalaman air sawah sedemikian rupa, sehingga aman bagi ikan dari serangan bangau. “Jika air sawah sudah cukup dalam, tentu bangau tak lihat ada ikan di dalamnya,” jelasnya.
Karenanya bibit atau ikan yang ada di tengah sawah tak sampai jadi mangsa kokokan. Selain itu, secara teknis tidak seluruh areal sawah jadi kolam. Melainkan beberapa bagian yang digali menjadi semacam selokan/kolam untuk habitat sementara ikan. “Sudah pernah ada yang berhasil,” kata Sukartana.
Pada 2016 lalu, produksi program mina padi ditarget 6.718 ton. Namun capaian realisasinya tak penuhi target, yakni kurang 0,6 persen atau 403 ton lebih. Realisasinya sekitar 6.415 ton. * k17
Komentar