Lontar Museum Semarajaya Dikonservasi
SEMARAPURA, NusaBali
Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung menggelar konservasi 78 cakep lontar koleksi Museum Semarajaya, Klungkung, Kamis (26/8) pagi.
Konservasi untuk mengecek dan membersihkan fisik lontar ini serangkaian perayaan Hari Suci Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (28/8).
Pantauan di lapangan, belasan Penyuluh Bahasa Bali sibuk membersihkan lontar menggunakan alkohol kadar 90 persen. Kemudian, dioles minyak sereh untuk melenturkan kondisi lontar, serta jika ada tulisannya yang mulai pudar akan diperjelas dngan menggosokan kemiri yang telah dibakar.
Dari 78 cakep lontar tersebut. Ditemukan 3 cakep lontar kondisinya agak rusak dimakan rayap. "Sebagian besar kondisinya baik, walaupun ada beberapa yang kondisinya rusak akibat dimakan nget-nget," ujar Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung I Wayan Arta Diptha.
Kata Arta, lontar koleksi Museum Semarajaya sebelumnya sudah diidentifikasi. Namun, baru kali ini bisa dikonservasi. Karena beberapa kegiatan konservasi lontar agak sulit dilakukan akibat PPKM. "Isi lontar di Museum Seamrajaya secara umum tentang Wariga, Kekawin, Tatwa dan Kawisesan," kata Arta.
Konservasi lontar ini dilakukan untuk meluruskan persepsi yang keliru di masyarakat. Selama ini lontar yang dianggap tenget atau sakral, sama sekali tidak boleh di buka atau dirawat dan hanya diupacarai. Persepsi ini yang justru keliru karena membuat lontar rusak. "Adapun tenget yang dimaksud leluhur kita itu, justru agar lontar dapat dilestarikan dan dan dirawat. Sehingga pesan dalam kontar tersebut bisa diteruskan secara lintas generasi," ujar Arta.
Kepala UPT Museum Semarajaya Cokorda Gede Nala Rukmaja menjelaskan, 78 cakel lontar yang dikonservasi itu merupakan sumbangan dari seorang warga dari Kecamatan Nusa Penida tahun 2020. Pemilik lontar tersebut menyerahkan lontar itu ke museum agar dapat dirawat dan dilestarikan. *wan
1
Komentar