Dirancang Jalur KA Singaraja-Sumberkelampok
Sebagai Sarana Transportasi Penunjang Bandara Bali Baru
Ada 3 desa di Kecamatan Gerokgak disiapkan jadi zona pendukung Bandara Bali Baru, yakni Desa Pejarakan, Desa Sumberkima, Pemuteran
SINGARAJA, NusaBali
Rencana pembangunan Bandara Internasional Bali Baru di Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng terus bergulir. Sebagai sarana transportasi penunjang, nantinya akan dibangun jalur kereta api dari Kota Singaraja ke arah barat hingga titik bandara di Desa Sumberkelampok.
Selain jalur kereta api Kota Singaraja-Desa Sumberkelampok, pemerintah pusat juga membangun ruas jalan tol dari arah Gilimanuk (Kecamatan Melaya, Jembrana) ke lokasi bandara. Rancangan pembangunan infrastruktur penunjang bandara ini tertuang dalam ran-cangan teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bandara Bali Baru, yang pembuatannya dibantu pemerintah pusat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Buleleng, I Putu Adiptha Eka Putra, mengatakan Kementerian PUPR melalui Balai Bina Marga sedang mengerjakan Proyek Jalan Tol di Bali. Ruas jalan tol pertama, Denpasar-Tabanan-Gilimanuk dan masuk ke lokasi pembangunan bandara di Desa Sumberkelampok. Sedangkan ruas jalan tol kedua, dari Denpasar-Tabanan-Pantai Soka kemudian turun ke Desa Busungbiu (Kecamatan Busungbiu, Buleleng) tembus Desa Celukan Bawang (Kecamatan Gerokgak, Buleleng).
Eka Putra menyebutkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga berencana membangun jalur kereta api di Buleleng, yakni rute Kota Singaraja-Desa Sumberkelampok. Proyek ini akan berjalan pararel dengan pembangunan dua ruas jalan tol tersebut.
“Persiapannya memang belum, kemarin baru bahas rencana saja. Itu tidak gampang, perlu sosialisasi ke masyarakat, harmonisasi aturan, dan FGD dengan kalangan tokoh. Tahapannya panjang ini. Detailnya belum ada,” ujar Eka Putra saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Kantor Dinas PUTR Buleleng, di Singaraja, Jumat (27/8).
Menurut Eka Putra, jalur kereta api dipilih sebagai sarana penunjang bandara untuk mengefisienkan waktu dari pusat Kota Singaraja menuju lokasi bandara di Desa Sumberkelampok. “Yang terpenting adalah menghindari kemacetan dan tidak memerlukan ruang yang banyak. Karenanya, pembangunan jalur kereta api ini sangat relevan dengan luasan Pulau Bali yang cukup kecil dibandingkan pulau lainnya di Indonesia,” tegas Eka Putra.
Eka Putra menyebutkan, jalur kereta api dari Kota Singaraja menuju lokasi Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok ini akan dimanfaatkan sebagai sarana transportasi umum.
Ditanya apakah relevan jalur kereta api dibuat di Bali, yang mayoritas masyarakatnya saat ini menggunakan kendaraan pribadi, menurut Eka Putra, jalur kereta api akan sangat diperlukan ke depan. Apalagi, dengan pembangunan Bandara Bali Baru, yang secara otomatis akan meningkatkan kepadatan kota. Daerah penyangga bandara juga akan berkembang pesat.
Versi Eka Putra, masyarakat memang belum terbiasa dengan kereta api, karena di Bali belum ada jalurnya. Tetapi, mengacu realita di luar Bali, masyarakat justru cenderung naik angkutan umum.
“Ke depannya, pemerintah memang mengarahkan transportasi berbasis angkutan umum massal. Bali ini kecil, sehingga harus punya sistem yang andal. Nah, ketika bandara jadi nanti, akses transportasi ini harus sudah siap mendukung keberadaan bandara,” jelas Eka Putra.
Sementara itu, dalam penyusunan RDTR Bandara Bali Baru, kata Eka Putra, juga ditentukan penetapan Zona Inti Bandara di Desa Sumberklampok. Selain itu, juga ada Zona Daerah Pendukung Bandara, yang meliputi Desa Pejarakan (Kecamatan Gerokgak), Desa Sumberkima (Kecamatan Gerokgak), dan Desa Pemuteran (Kecamatan Gerokgak).
Eka Putra mengatakan, saat ini penyusunan RDTR Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok masih dalam tahap konsultasi publik. Selanjutnya, akan dilangsungkan Focus Group Discusion (FGD) dengan melibatkan para tokoh. “Tahapannya masih panjang. Nanti akan ada pembahasan isu lingkungan juga, karena hal itu yang masih menjadi perdebatan di masyarakat,” katanya.
Dari rancangan pembangunan bandara oleh pemerintah pusat, kata Eka Putra, memang mengarah pada bandara yang ramah lingkungan. Pasaknya, lokasi Bandara Internasional Bali Bari berdampingan dengan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yang merupakan daerah konservasi. Nantinya, interaksi di sekitar bandara akan dibatasi hanya untuk kawasan naik-turun pesawat saja. Sedangkan akomodasi pendu-kunganya, itu akan difokuskan di daerah penyangga.
“Nanti akan ada strategi lahannya. Ini kan Program Strategis Nasional, sehingga merupakan kewenangan pemerintah pusat. Sejumlah kementerian lintas sektoral ikut merapat untuk mencari pola terbaik, mulai dari Kementerian Kehutanan & Perikanan, Kementerian PUPR, hingga Kementerian Perbuhungan.”
Menurut Eka Putra, proses penyusunan RDTR sebagai langkah awal pembangunan Bandara Internasinal Bali Baru di Desa Sumberkelampok masih menyisakan proses dan tahapan yang panjang. Untuk membangun bandara yang diimpikan pemerintah dan masyarakat, perlu kajian dan studi yang matang. “Sehingga pemerintah dalam rancangan tersebut mengupayakan optimalisasi pola ruang yang ada saat ini,” tandas Eka Putra. *k23
Selain jalur kereta api Kota Singaraja-Desa Sumberkelampok, pemerintah pusat juga membangun ruas jalan tol dari arah Gilimanuk (Kecamatan Melaya, Jembrana) ke lokasi bandara. Rancangan pembangunan infrastruktur penunjang bandara ini tertuang dalam ran-cangan teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bandara Bali Baru, yang pembuatannya dibantu pemerintah pusat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Buleleng, I Putu Adiptha Eka Putra, mengatakan Kementerian PUPR melalui Balai Bina Marga sedang mengerjakan Proyek Jalan Tol di Bali. Ruas jalan tol pertama, Denpasar-Tabanan-Gilimanuk dan masuk ke lokasi pembangunan bandara di Desa Sumberkelampok. Sedangkan ruas jalan tol kedua, dari Denpasar-Tabanan-Pantai Soka kemudian turun ke Desa Busungbiu (Kecamatan Busungbiu, Buleleng) tembus Desa Celukan Bawang (Kecamatan Gerokgak, Buleleng).
Eka Putra menyebutkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga berencana membangun jalur kereta api di Buleleng, yakni rute Kota Singaraja-Desa Sumberkelampok. Proyek ini akan berjalan pararel dengan pembangunan dua ruas jalan tol tersebut.
“Persiapannya memang belum, kemarin baru bahas rencana saja. Itu tidak gampang, perlu sosialisasi ke masyarakat, harmonisasi aturan, dan FGD dengan kalangan tokoh. Tahapannya panjang ini. Detailnya belum ada,” ujar Eka Putra saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Kantor Dinas PUTR Buleleng, di Singaraja, Jumat (27/8).
Menurut Eka Putra, jalur kereta api dipilih sebagai sarana penunjang bandara untuk mengefisienkan waktu dari pusat Kota Singaraja menuju lokasi bandara di Desa Sumberkelampok. “Yang terpenting adalah menghindari kemacetan dan tidak memerlukan ruang yang banyak. Karenanya, pembangunan jalur kereta api ini sangat relevan dengan luasan Pulau Bali yang cukup kecil dibandingkan pulau lainnya di Indonesia,” tegas Eka Putra.
Eka Putra menyebutkan, jalur kereta api dari Kota Singaraja menuju lokasi Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok ini akan dimanfaatkan sebagai sarana transportasi umum.
Ditanya apakah relevan jalur kereta api dibuat di Bali, yang mayoritas masyarakatnya saat ini menggunakan kendaraan pribadi, menurut Eka Putra, jalur kereta api akan sangat diperlukan ke depan. Apalagi, dengan pembangunan Bandara Bali Baru, yang secara otomatis akan meningkatkan kepadatan kota. Daerah penyangga bandara juga akan berkembang pesat.
Versi Eka Putra, masyarakat memang belum terbiasa dengan kereta api, karena di Bali belum ada jalurnya. Tetapi, mengacu realita di luar Bali, masyarakat justru cenderung naik angkutan umum.
“Ke depannya, pemerintah memang mengarahkan transportasi berbasis angkutan umum massal. Bali ini kecil, sehingga harus punya sistem yang andal. Nah, ketika bandara jadi nanti, akses transportasi ini harus sudah siap mendukung keberadaan bandara,” jelas Eka Putra.
Sementara itu, dalam penyusunan RDTR Bandara Bali Baru, kata Eka Putra, juga ditentukan penetapan Zona Inti Bandara di Desa Sumberklampok. Selain itu, juga ada Zona Daerah Pendukung Bandara, yang meliputi Desa Pejarakan (Kecamatan Gerokgak), Desa Sumberkima (Kecamatan Gerokgak), dan Desa Pemuteran (Kecamatan Gerokgak).
Eka Putra mengatakan, saat ini penyusunan RDTR Bandara Bali Baru di Desa Sumberkelampok masih dalam tahap konsultasi publik. Selanjutnya, akan dilangsungkan Focus Group Discusion (FGD) dengan melibatkan para tokoh. “Tahapannya masih panjang. Nanti akan ada pembahasan isu lingkungan juga, karena hal itu yang masih menjadi perdebatan di masyarakat,” katanya.
Dari rancangan pembangunan bandara oleh pemerintah pusat, kata Eka Putra, memang mengarah pada bandara yang ramah lingkungan. Pasaknya, lokasi Bandara Internasional Bali Bari berdampingan dengan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yang merupakan daerah konservasi. Nantinya, interaksi di sekitar bandara akan dibatasi hanya untuk kawasan naik-turun pesawat saja. Sedangkan akomodasi pendu-kunganya, itu akan difokuskan di daerah penyangga.
“Nanti akan ada strategi lahannya. Ini kan Program Strategis Nasional, sehingga merupakan kewenangan pemerintah pusat. Sejumlah kementerian lintas sektoral ikut merapat untuk mencari pola terbaik, mulai dari Kementerian Kehutanan & Perikanan, Kementerian PUPR, hingga Kementerian Perbuhungan.”
Menurut Eka Putra, proses penyusunan RDTR sebagai langkah awal pembangunan Bandara Internasinal Bali Baru di Desa Sumberkelampok masih menyisakan proses dan tahapan yang panjang. Untuk membangun bandara yang diimpikan pemerintah dan masyarakat, perlu kajian dan studi yang matang. “Sehingga pemerintah dalam rancangan tersebut mengupayakan optimalisasi pola ruang yang ada saat ini,” tandas Eka Putra. *k23
1
Komentar