Jaga Kualitas Suara, Baga Kesenian Desa Adat Batuan Rawat Gambelan
GIANYAR, NusaBali
Fisik gambelan sama dengan perabotan umumnya. Kualitas perabot merosot jika tanpa karunguan (tak dapat perhatian. Tak hanya penyimpanan, perabot akan bertahan secara kualitas, karena perawatan.
Sifat kebendaan itu disadari oleh Baga Kesenian Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Terbukti, Baga ini aktif merawat dua perangkat gamelan, yakni Gong Gebyar dan Gong Gede, milik desa adat setempat. ‘’Perawatan gambelan ini kami lakukan tentu untuk menjaga kualitas suara laras gambelan,’’ sebut Prajuru Baga Kesenian I Ketut Wirtawan, pekan lalu.
Dia menyadari perawatan fisik gamelan ini amat penting. Apalagi dalam waktu dekat, Desa Adat Batuan berencana membuka kelas kursus menari dan menabuh untuk kalangan anak-anak desa. "Gembelana ini harus ada perawatan rutin, karena usia gambelan, maka terjadi perubahan nada," jelasnya.
Oleh Baga Kesenian ini, menjaga keselarasan suara gambelan ini disebut nanggurin atau nyetel. Proses perbaikan atau perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakan. Biasanya, gamelan baru perlu diselaraskan kembali setelah setahun. "Penyelarasan kedua minimal dua tahun, penyelarasan biasanya minimal 3,5 tahun. Apalagi kalau gamelan sering dipakai," jelas Wirtawan. Dua perangkat gamelan ini diperbaiki selama dua hari, sejak Sabtu pekan lalu. "Satu hari satu perangkat gamelan yang diperbaiki," jelasnya.
Gambelan Gong Gebyar yang diperbaiki, kata Wirtawan, pernah dipakai Parade Gong Kebyar Anak-anak Duta Kabupaten Gianyar dalam Pesta Kesenian Bali (PKB), beberapa tahun lalu. Sedangkan, Gong Gede dalam keseharian, hanya dipergunakan saat Pujawali di Pura Desa dan Puseh Desa, Desa Adat Batuan. "Kadang ada warga meminjam untuk mengiringi piodalan di pura lain," ujarnya.
Setelah perbaikan gambelan ini, Desa Adat Batuan berencana membuka kelas kursus menabuh dan menari. Tujuannya, untuk mengisi waktu anak-anak desa dengan kegiatan positif di masa pandemi Covid-19. Perangkat gong juga kalau didiamkan, kata Wirtawan,
lambat laun akan rusak. Oleh karena itu, harus ada aktivitas atau dipakai menabuh. ‘’Saat ini, melalui kelian banjar adat, sudah mulai dilakukan pendataan anak-anak yang berminat belajar tari dan tabuh," jelas seniman topeng asal Banjar Pekandelan, Desa Batuan ini.
Pelatihan tabuh dan tari itu rencananya diagendakan seminggu sekali dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Bagian gamelan yang diperbaiki antara lain Gangsa, Ugal, Pamade, Kantil, Cakung, Reong, Panyacah dan Terompong. Perbaikan dipercayakan pada perajin gamelan dari Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
Perajin yang memperbaiki gembelan, Komang Pada Adnyana menjelaskan kerusakan gamelan bisa dilihat dari bagian daun gamelan yang pecah atau patah. "Yang pecah dan patah harus diganti. Per gamelan biasanya ada patah satu, kalau Reong biasanya enced (anjlok)," ujarnya.
Tingkat kerusakan untuk satu perangkat kisaran 30 - sampai 40 persen. Selama pandemi, permintaan perbaikan gamelan diakui menurun. Namun tetap ada. "Biasanya dari desa adat dan sanggar seni tabuh dan tari," ujarnya. Bagian yang diperbaiki, antara lain bilah, bumbung, dan penggantian tali. Setiap kali perbaikan, Komang Adnyana biasa mengajak empat orang perajin. "Perlu kejelian pendengaran dan rasa saat nyetel nanggurin gemelan," ujarnya. *nvi
Komentar