Konservasi Terumbu Karang: Pariwisata untuk Alam
DENPASAR, NusaBali.com - Industri pariwisata bukan melulu menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan di Bali. Di sisi lain, gemerlap industri pariwisata juga memiliki potensi untuk dijadikan kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan.
Misalnya dengan mengembangkan wisata konservasi terumbu karang. Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nasional (KPKHN), Surya Wirawan Padmowiryanto, ketika ditemui pada saat kegiatan restocking karang hias di perairan Serangan kawasan BTID (Bali Turtle Island Development), Senin (30/8/2021).
“Pariwisata jangan sampai mengambil alam, pantai, laut dibuka untuk pariwisata, sekarang tidak. Pariwisata itu nanti akan mengembalikan sesuatu ke alam,” yakin Surya Wirawan.
Dikatakannya, sebagai contoh penanaman terumbu karang oleh pelaku wisata memiliki potensi dikembangkan sebagai atraksi wisata di kemudian hari. Dalam wisata konservasi (edukasi) terumbu karang, ujar Surya, wisatawan dapat berwisata dengan ikut menanam terumbu karang di laut.
Surya mengatakan, 15 perusahaan yang bernaung dalam KPKHN, telah menanam (restocking) karang hias di sejumlah perairan di Bali dan sekitarnya yakni di Pantai Pandawa, Pantai Serangan, Pantai Candidasa, Pantai Les, Pantai Patas, Pantai Kapuran (Banyuwangi), hingga Lombok.
Untuk diketahui, KPKHN merupakan organisasi yang menghimpun perusahaan yang bergerak di bidang penjualan karang hias. Ada 15 perusahaan yang bernaung di dalam KPKHN. Seluruh perusahaan budidaya karang hias tersebut setidaknya diberikan kuota oleh pemerintah sebanyak 80.000 pieces untuk dijual (ekspor) setiap tahunnya. 10 persen dari angka tersebut menjadi kewajiban mereka untuk melakukan restocking atau penanaman kembali di alam.
Dalam kegiatan restocking tersebutlah dilihat Surya terdapat potensi, yakni dengan menjadikannya atraksi wisata di tempat-tempat penanaman kembali karang hias. Pengelolaannya, terangnya, nanti bisa diserahkan kepada lembaga non-profit (yayasan) maupun pelaku wisata langsung.
“Seperti di Pantai Pandawa, pelaku pariwisatanya yang menjalankan program, namanya wisata edukasi, sekalian dijual. Wisatawan bisa ‘adopsi koral’, mendatangkan uang untuk pelaku wisatanya, wisatawan tanam karang juga,” ujar Surya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak semua pihak untuk menjaga keberadaan terumbu karang di habitat alaminya. Tantangan yang dihadapi terumbu karang, ujarnya, cukup banyak mulai dari sampah plastik hingga pemanasan global.
Sampah plastik sendiri, jika menempel pada karang mengakibatkan pasokan sinar matahari menjadi terhalangi, sehingga apabila terjadi dalam waktu lama bisa mengakibatkan terumbu karang menjadi mati. Di sisi lain, pemanasan global mengakibatkan suhu air laut meningkat, sementara terumbu karang membutuhkan suhu tertentu agar ia dapat tumbuh optimal. “Sebetulnya terumbu karang itu yang paling berpengaruh perubahan iklim,” tutup Surya. *adi
1
Komentar