Atasi Krisis Air dengan Kincir
Penggunaan kincir air untuk mengatasi krisis air di tengah musim kemarau panjang, jadi solusi terbaik.
BANGLI, NusaBali
Seperti halnya dilakukan warga Banjar Jangkaan, Desa Kayubihi, Bangli. Penggunaan air yang dialirkan lewat pipa sepanjang ribuan meter tersebut, kini mampu mengaliri setengah dari warga di banjar tersebut. Hanya saja, yang menjadi persoalannya yakni masalah sampah yang kerap meluber ke sungai, pasalnya sampah tersebut dapat mengurangi debit air.
Kamis (3/12), Bendahara Seka/Kelompok Swadaya Jangkaan I Wayan Aman, mengatakan pemasangan dari kincir air tersebut lantaran di banjarnya memang kerap terjadi krisis air bersih, terutama pada musim kemarau ini. Sebab, jariangan PDAM tidak dapat menjangkau keseluruhan warga di Banjar Jangkaan, 95 kepala keluarga (KK) karena minim sumber air. “Kincir air yang dipasang sejak 2014, sudah dapat mengairi sebanyak 45 KK, sisanya masih menggunakan saluran PDAM,” ujarnya, Kamis (3/11).
Kata Aman, untuk mengangkat air pada mata air di Tukad Melangit, dengan ketinggian sekitar 200 meter, menghabiskan pipa 1.064 meter. Pemasangan mesin kincir air mendapat bantuan hibah dari Pemkab Bangli Rp 30 juta, dan dana swadaya warga Rp 30 juta. “Krama adat secara bahu membahu memasang kincir air ini,” ucapnya.
Alhasil, air tersebut bisa langsung dialirkan ke tiap-tiap rumah warga dengan alat pengaturan pemaiakan air, water meter. Warga cukup membayar retribusi Rp 3.000/kubik untuk biaya operasional dan perawatan mesin.
Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPD) Desa Kayubihi ini,menjelaskan sebelum menggunakan tenaga mesin kincir air, pihaknya sempat menggunakan mesin diesel sejak 2004. Namun, karea harga solar semakin tinggi dan mesinnya sering bermasalah sehingga pada 2014 diganti dengan kincir air. “Dulunya setiap musim kemarau kami sering krisis air. Kini persoalan itu sudah mampu kami atasi,” katanya. Kincir ini rutin dicek dua hari sekali. 7 w
1
Komentar