Ketua LPD Desa Adat Ked Tewas Gantung Diri di Pondok Tegalan
Sebelum Aksi Ulahpati, Sempat Video Call Putrinya dan Titip Pesan WhatsApp untuk Sang Cucu
Saat ditemukan menggantung di dalam pondok tegalannya, korban I Ketut Doblet Antara sebetulnya masih bernapas. Namun, Ketua LPD Desa Adat Ked ini keburu meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.
GIANYAR, NusaBali
Ketua LPD Desa Adat Ked, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, I Ketut Doblet Antara, 53, ditemukan tewas gantung diri di pondok tegalan miliknya, Minggu (29/8) sore sekitar pukul 15.00 Wita. Sebelum nekat ulahpati (mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri), korban sempat video call putrinya dan titip pesan WhatsApp (WA) untuk sang cucu.
Informasi di lapangan, kematian tragis korban Ketut Doblet Antara pertama kali diketahui putranya sendiri, I Gede Eka Saputra, 27. Saat ditemukan menggantung sore itu, korban masih sebetulnya bernapas, namun tersendat-sendat. Naas, korban akhirnya meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit.
Kapolsek Tegallalang, AKP Ketut Sudita, mengatakan polisi sudah melakukan olah TKP. Terungkap, sebelum nekat gantung diri, korban Doblet Antara sempat mengirimkan pesan terakhir melalui WhatsApp kepada anak perempuannya yang telah menikah, Ni Wayan Ekayani, Minggu siang sekitar pukul 11.00 Wita. "Korban juga sempat komunikasi melalui video call dengan Wayan Ekayani yang tinggal di Denpasar," jelas AKP Sudita, Senin (30/8).
Dalam pesan terakhir melalui WA kepada putrinya itu, korban Doblet Antara menuliskan kata-kata penyesalan dan permohonan maaf. Korban seolah menyampaikan pesan tersebut kepada cucunya, I Gusti Ayu Rada, anak dari Wayan Ekayani. Korban juga memastikan tidak ada memiliki masalah keuangan selama pengelolaan LPD Ked maupun utang piutang.
"Gusti Ayu Rada, kak sing maan bin nepukin ayu. Kanggoang amone kak hidup, kak bingung ngalih jalan buntu pragat nenek ngomel mai pelih keme pelih nah amone kak mebesen jak ayu nah ayu ampurang kak yu jani kak mepamit jak eayu ajak jero eka jak gst ngurah kak ngidih pelih jak meme jak gd nah gede suud monto minum jak ngeroko runguang meme, pak udah gagal menjalani hidup rahayu keluarga jak onyang tabah ngih di lpd bapak sing mutang ane 2jr iwe susan nganggo pisne pak ngelah pis sig men santi 500000 ribu," tulis korban melalui pesan WA.
Mendapat pesan ayahnya tersebut, Wayan Ekayani yang saat itu masih berada di Denpasar langsung panik dan khawatir. Kemudian, Ekayani menghubungi adiknya, Gede Eka Saputra, untuk mengecek keberadaan sang ayah di rumah.
Seisi rumah dan sekelilingnya sudah dicek, namun korban Doblet Antara tidak berhasil ditemukan. Sampai akhirnya anak korban, Gede Eka Saputra, memeriksa ke pondok di tegalan yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. Sampai di pondok, Gede Eka bertemu seorang warga I Made Mardana alias Pogot, kemudian langsung menuju pintu kamar pondokan. Dia kemudian mendobrak pintu pondok dengan cara ditendang.
Gede Eka terkejut melihat ayahnya gantung diri menggunakan seutas tali plastik yang dikaitkan ke kayu lambang. Ketika itu, ayahnya masih bernapas. "Melihat kejadian tersebut, saksi (Gede Eka) langsung memotong tali yang menjerat leher ayanya,” terang Kapolsek AKP Sudita.
Saat ditemukan gantung diri, Ketua LPD Ked ini memakai baju warna hitam kombinasi oranye dani celana training warna abu-abu. Tidak lama setelah tubuh korban diturunkan, warga sekampung berdatangan ke lokasi TKP. Selanjutnya, korban Doblet Antara dibawa ke rumah sakit. Namun, korban keburu meninggal dalam perjalanan. Jenazah korban langsung dikuburkan malam itu sekitar pukul 19.00 Wita.
Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) Banjar Ked, Desa Taro, I Wayan Pasek Eka Wiratha, menyatakan korban Ketut Doblet Antara merupakan Ketua LPD Desa Adat Ked. "Ketua LPD meninggal, kami kehilangan," ujar Eka Wiratha.
Terkait motif korban nekat bunuh diri, Eka Wiratha enggan berpsekulasi. Termasuk apakah ada kaitannya dengan pengelolaan LPD Desa Adat Ked yang dipimpinnya. "Kami sudah tanya pihak keluarga. Katanya almarhum tidak pernah mengeluh soal masalah itu. Bahkan, paginya beliau masih biasa ngobrol basa-basi. Beliau juga sempat mebanten," jelas Eka Wiratha. *nvi
Informasi di lapangan, kematian tragis korban Ketut Doblet Antara pertama kali diketahui putranya sendiri, I Gede Eka Saputra, 27. Saat ditemukan menggantung sore itu, korban masih sebetulnya bernapas, namun tersendat-sendat. Naas, korban akhirnya meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit.
Kapolsek Tegallalang, AKP Ketut Sudita, mengatakan polisi sudah melakukan olah TKP. Terungkap, sebelum nekat gantung diri, korban Doblet Antara sempat mengirimkan pesan terakhir melalui WhatsApp kepada anak perempuannya yang telah menikah, Ni Wayan Ekayani, Minggu siang sekitar pukul 11.00 Wita. "Korban juga sempat komunikasi melalui video call dengan Wayan Ekayani yang tinggal di Denpasar," jelas AKP Sudita, Senin (30/8).
Dalam pesan terakhir melalui WA kepada putrinya itu, korban Doblet Antara menuliskan kata-kata penyesalan dan permohonan maaf. Korban seolah menyampaikan pesan tersebut kepada cucunya, I Gusti Ayu Rada, anak dari Wayan Ekayani. Korban juga memastikan tidak ada memiliki masalah keuangan selama pengelolaan LPD Ked maupun utang piutang.
"Gusti Ayu Rada, kak sing maan bin nepukin ayu. Kanggoang amone kak hidup, kak bingung ngalih jalan buntu pragat nenek ngomel mai pelih keme pelih nah amone kak mebesen jak ayu nah ayu ampurang kak yu jani kak mepamit jak eayu ajak jero eka jak gst ngurah kak ngidih pelih jak meme jak gd nah gede suud monto minum jak ngeroko runguang meme, pak udah gagal menjalani hidup rahayu keluarga jak onyang tabah ngih di lpd bapak sing mutang ane 2jr iwe susan nganggo pisne pak ngelah pis sig men santi 500000 ribu," tulis korban melalui pesan WA.
Mendapat pesan ayahnya tersebut, Wayan Ekayani yang saat itu masih berada di Denpasar langsung panik dan khawatir. Kemudian, Ekayani menghubungi adiknya, Gede Eka Saputra, untuk mengecek keberadaan sang ayah di rumah.
Seisi rumah dan sekelilingnya sudah dicek, namun korban Doblet Antara tidak berhasil ditemukan. Sampai akhirnya anak korban, Gede Eka Saputra, memeriksa ke pondok di tegalan yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah. Sampai di pondok, Gede Eka bertemu seorang warga I Made Mardana alias Pogot, kemudian langsung menuju pintu kamar pondokan. Dia kemudian mendobrak pintu pondok dengan cara ditendang.
Gede Eka terkejut melihat ayahnya gantung diri menggunakan seutas tali plastik yang dikaitkan ke kayu lambang. Ketika itu, ayahnya masih bernapas. "Melihat kejadian tersebut, saksi (Gede Eka) langsung memotong tali yang menjerat leher ayanya,” terang Kapolsek AKP Sudita.
Saat ditemukan gantung diri, Ketua LPD Ked ini memakai baju warna hitam kombinasi oranye dani celana training warna abu-abu. Tidak lama setelah tubuh korban diturunkan, warga sekampung berdatangan ke lokasi TKP. Selanjutnya, korban Doblet Antara dibawa ke rumah sakit. Namun, korban keburu meninggal dalam perjalanan. Jenazah korban langsung dikuburkan malam itu sekitar pukul 19.00 Wita.
Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) Banjar Ked, Desa Taro, I Wayan Pasek Eka Wiratha, menyatakan korban Ketut Doblet Antara merupakan Ketua LPD Desa Adat Ked. "Ketua LPD meninggal, kami kehilangan," ujar Eka Wiratha.
Terkait motif korban nekat bunuh diri, Eka Wiratha enggan berpsekulasi. Termasuk apakah ada kaitannya dengan pengelolaan LPD Desa Adat Ked yang dipimpinnya. "Kami sudah tanya pihak keluarga. Katanya almarhum tidak pernah mengeluh soal masalah itu. Bahkan, paginya beliau masih biasa ngobrol basa-basi. Beliau juga sempat mebanten," jelas Eka Wiratha. *nvi
Komentar