Hunian Isoter Menurun 17 Persen
Penangaan Pasien Covid-19 di Jembrana
Penurunan kasus positif Covid-19 belakangan ini terjadi pasca pemberlakuan wajib isolasi terpusat (isoter) bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Sabtu (14/8).
NEGARA, NusaBali
Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) pasien Covid-19 pada lokasi isoter (isolasi terpusat) dan rumah sakit (RS) di Jembrana, menurun hingga 17 persen dalam sepekan terakhir. Meski menurun, Satgas Penanganan Covid-19 Jembrana tetap menyiagakan tempat isoter kosong di sejumlah RS atau pun isoter.
Sekretaris II Satgas Penangan Covid-19 Jembrana I Putu Agus Artana Putra, Rabu (1/9), mengatakan berdasarkan data per Selasa (31/8), dari total kapasitas 580 bed isolasi masih terisi 313 pasien Covid-19 atau 54 persen. Sementara itu, data per Selasa (24/8) lalu, dari total kapasitas 635 bed isolasi sempat terisi 451 pasien Covid-19 atau 71 persen.
Menurut Agus, meski terjadi penurunan kasus, untuk ketersedian bed isolasi di sejumlah RS ataupun isoter yang disediakan kabupaten, belum ada yang dikurangi. Untuk kapasitas bed isolasi pada 3 RS yakni di RSU Negara (88 bed), RS BaliMed Negara (41 bed), dan RS Bunda (24 bed), tetap disediakan total 153 bed. Begitu juga untuk di 11 tempat isoter yang diantaranya menggunakan 2 hotel, 4 puskesmas, 2 asrama perwira Koramil, serta 3 asrama di MAN 1 Jembrana, MAN 2 Jembrana, dan, MTsN 3 Jembrana, masih disediakan total 227 bed.
Hanya saja ada pengurangan kapasitas bed untuk isoter desa/kelurahan. Pada Selasa (24/8) lalu, sempat disediakan sebanyak 255 bed isoter desa/kelurahan. Sementara per Selasa (31/8), total bed isolasi di sejumlah tempat isoter desa/kelurahan yang terbesar 5 kecamatan, sebanyak 200 bed atau dikurangi 55 bed. “Kalau yang di rumah sakit dan di 11 tempat isoter yang sudah sebelumnya kita siapkan, kita tetap siagakan. Cuman beberapa dikurangi untuk isoter desa/kelurahan,” ujar Agus.
Menurut Agus, penurunan kasus positif Covid-19 belakangan ini terjadi pasca pemberlakuan wajib isolasi terpusat (isoter) bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Sabtu (14/8) lalu. Di samping wajib menjalani isoter itu, Satgas juga melakukan upaya percepatan tracing dan testing secara jemput bola terhadap warga yang masuk kontak erat pasien positif Covid-19. “Memang strategi 3T (tracing, testing, dan treatment) itu, sangat efektif. Jadi begitu ada pasien terkonfirmasi positif Covid-19, langsung kami tracing dan lakukan testing bagi yang masuk kontak erat. Kalau hasilnya positif, kita isolasi dan lakukan tracing dan testing,” ujarnya.
Dalam upaya menekan kembali peningkatan kasus itu, Agus mengatakan, di samping upaya sosialisasi dan edukasi, 3T akan tetap dimaksimalkan. “Ya cara itu memang sudah terbukti lebih efektif menekan kasus saat ini. Beda kalau dulu kan tracing dan testing belum terlalu maksimal, dan lama menunggu hasil PCR. Bisa nunggu selama 3 hari, dan orangnya itu sudah kemana-mana. Tetapi sekarang, kalau ada kasus positif segera kita isolasi, dan besoknya langsung dilakukan tracing dan testing dengan swab antigen. Kalau positif, langsung dibawa ke isoter, dan begitu seterusnya,” ucap Agus yang juga Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana ini.
Untuk diketahui, berdasar data per Selasa (31/9), total kumulatif kasus positif Covid-19 di Jembrana tercatat sebanyak 5.644 kasus. Dari total kasus tersebut, sebanyak 5.071 kasus telah berhasil sembuh, 190 kasus meninggal dunia, dan masih tersisa 383 kasus aktif yang masih dirawat. Dari total kasus aktif itu, selain dirawat di sejumlah tempat isoter yang tersedia di Jembrana, juga ada beberapa orang yang menjalani perawatan di sejumlah RS luar Jembrana. *ode
Sekretaris II Satgas Penangan Covid-19 Jembrana I Putu Agus Artana Putra, Rabu (1/9), mengatakan berdasarkan data per Selasa (31/8), dari total kapasitas 580 bed isolasi masih terisi 313 pasien Covid-19 atau 54 persen. Sementara itu, data per Selasa (24/8) lalu, dari total kapasitas 635 bed isolasi sempat terisi 451 pasien Covid-19 atau 71 persen.
Menurut Agus, meski terjadi penurunan kasus, untuk ketersedian bed isolasi di sejumlah RS ataupun isoter yang disediakan kabupaten, belum ada yang dikurangi. Untuk kapasitas bed isolasi pada 3 RS yakni di RSU Negara (88 bed), RS BaliMed Negara (41 bed), dan RS Bunda (24 bed), tetap disediakan total 153 bed. Begitu juga untuk di 11 tempat isoter yang diantaranya menggunakan 2 hotel, 4 puskesmas, 2 asrama perwira Koramil, serta 3 asrama di MAN 1 Jembrana, MAN 2 Jembrana, dan, MTsN 3 Jembrana, masih disediakan total 227 bed.
Hanya saja ada pengurangan kapasitas bed untuk isoter desa/kelurahan. Pada Selasa (24/8) lalu, sempat disediakan sebanyak 255 bed isoter desa/kelurahan. Sementara per Selasa (31/8), total bed isolasi di sejumlah tempat isoter desa/kelurahan yang terbesar 5 kecamatan, sebanyak 200 bed atau dikurangi 55 bed. “Kalau yang di rumah sakit dan di 11 tempat isoter yang sudah sebelumnya kita siapkan, kita tetap siagakan. Cuman beberapa dikurangi untuk isoter desa/kelurahan,” ujar Agus.
Menurut Agus, penurunan kasus positif Covid-19 belakangan ini terjadi pasca pemberlakuan wajib isolasi terpusat (isoter) bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Sabtu (14/8) lalu. Di samping wajib menjalani isoter itu, Satgas juga melakukan upaya percepatan tracing dan testing secara jemput bola terhadap warga yang masuk kontak erat pasien positif Covid-19. “Memang strategi 3T (tracing, testing, dan treatment) itu, sangat efektif. Jadi begitu ada pasien terkonfirmasi positif Covid-19, langsung kami tracing dan lakukan testing bagi yang masuk kontak erat. Kalau hasilnya positif, kita isolasi dan lakukan tracing dan testing,” ujarnya.
Dalam upaya menekan kembali peningkatan kasus itu, Agus mengatakan, di samping upaya sosialisasi dan edukasi, 3T akan tetap dimaksimalkan. “Ya cara itu memang sudah terbukti lebih efektif menekan kasus saat ini. Beda kalau dulu kan tracing dan testing belum terlalu maksimal, dan lama menunggu hasil PCR. Bisa nunggu selama 3 hari, dan orangnya itu sudah kemana-mana. Tetapi sekarang, kalau ada kasus positif segera kita isolasi, dan besoknya langsung dilakukan tracing dan testing dengan swab antigen. Kalau positif, langsung dibawa ke isoter, dan begitu seterusnya,” ucap Agus yang juga Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana ini.
Untuk diketahui, berdasar data per Selasa (31/9), total kumulatif kasus positif Covid-19 di Jembrana tercatat sebanyak 5.644 kasus. Dari total kasus tersebut, sebanyak 5.071 kasus telah berhasil sembuh, 190 kasus meninggal dunia, dan masih tersisa 383 kasus aktif yang masih dirawat. Dari total kasus aktif itu, selain dirawat di sejumlah tempat isoter yang tersedia di Jembrana, juga ada beberapa orang yang menjalani perawatan di sejumlah RS luar Jembrana. *ode
1
Komentar