Wiarta Senang Masuk PRSI Pusat
JAKARTA, NusaBali
I Wayan Wiarta masuk jajaran Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) periode 2021-2025.
Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Teknik Renang PB PRSI bersama Albert C Sutanto, Chaerul Umam, Tjatur Sugiarto dan Donny B Utomo. Sedangkan posisi Ketua Komisi Teknik Renang dipegang Herman Yus.
Saat pelantikan secara hybrid pada Kamis (2/9) lalu, Wayan Wiarta mengikuti secara virtual dari Bali. Dia pun mengaku sangat bersyukur dipercaya sebagai salah satu pengurus PB PRSI. Dia mendapatkan info memegang posisi tersebut sebulan lalu. "Ini kehormatan bagi saya terpilih sebagai pengurus pusat," kata Wiarta, Kamis (2/9).
Bagi pria yang menjabat Kabid Binpres PRSI Bali ini, posisi tersebut kedua kali dia tempati. Pertama saat Sandiaga Salahudin Uno sebagai Ketum PB PRSI 2013-2017. Saat itu, Wiarta tidak sendirian, tapi bersama Wayan Ardita. Namun, keduanya di posisi berbeda. Ardita sebagai Dewan Pakar PB PRSI, dan Wiarta anggota Komisi Teknik Renang.
"Untuk di kepengurusan pusat kali ini, dari Bali hanya saya sendiri," kata pria kelahiran 16 Juni 1963 ini. Komisi Teknik Renang, kata Wiarta, memiliki tanggung jawab luar biasa untuk menyumbangkan pemikiran agar prestasi renang Indonesia lebih baik. Dia dan pengurus komisi teknik lainnya juga sudah membuat pertemuan virtual minggu lalu. Hasilnya, mereka sepakat mencapai hasil maksimal dalam meningkatkan prestasi renang Indonesia di tingkat internasional untuk elite senior dan junior (age group).
Sementara misi mereka meloloskan sebanyak mungkin atlet dan meraih medali di Asian Games 2022 di Zhejiang China, Olimpiade Paris 2024, SEA Games 2022, 2023 dan 2025, serta kejuaraan Internasional SEA Age Group Swimming Championships 2022, 2023, 2024, 2025 dan Asean School Games 2022, 2023, 2024, 2025.
Menurut pria asal Banjar Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan ini, sejumlah strategi telah disusun. Diantaranya membuat program dan sistem pembinaan terstruktur. Juga promosi dan degradasi bagi atlet-atlet Pelatnas setiap 3-6 bulan agar "competitive level" . Lalu memanfaatkan jasa pelatih asing untuk menambah pengetahuan para pelatih Indonesia.
Selain itu, kata Wiatra, juga mengadakan program kepelatihan dan nutrisi untuk pelatih, atlet dan orangtua secara rutin. Menerapkan Sport Science-IPTEK dengan bekerjasama antara PB PRSI dengan akademisi-akademisi olahraga baik didalam negeri maupun luar negeri. Kemudian melakukan program talent scouting pada atlet-atlet usia muda. *k22
Saat pelantikan secara hybrid pada Kamis (2/9) lalu, Wayan Wiarta mengikuti secara virtual dari Bali. Dia pun mengaku sangat bersyukur dipercaya sebagai salah satu pengurus PB PRSI. Dia mendapatkan info memegang posisi tersebut sebulan lalu. "Ini kehormatan bagi saya terpilih sebagai pengurus pusat," kata Wiarta, Kamis (2/9).
Bagi pria yang menjabat Kabid Binpres PRSI Bali ini, posisi tersebut kedua kali dia tempati. Pertama saat Sandiaga Salahudin Uno sebagai Ketum PB PRSI 2013-2017. Saat itu, Wiarta tidak sendirian, tapi bersama Wayan Ardita. Namun, keduanya di posisi berbeda. Ardita sebagai Dewan Pakar PB PRSI, dan Wiarta anggota Komisi Teknik Renang.
"Untuk di kepengurusan pusat kali ini, dari Bali hanya saya sendiri," kata pria kelahiran 16 Juni 1963 ini. Komisi Teknik Renang, kata Wiarta, memiliki tanggung jawab luar biasa untuk menyumbangkan pemikiran agar prestasi renang Indonesia lebih baik. Dia dan pengurus komisi teknik lainnya juga sudah membuat pertemuan virtual minggu lalu. Hasilnya, mereka sepakat mencapai hasil maksimal dalam meningkatkan prestasi renang Indonesia di tingkat internasional untuk elite senior dan junior (age group).
Sementara misi mereka meloloskan sebanyak mungkin atlet dan meraih medali di Asian Games 2022 di Zhejiang China, Olimpiade Paris 2024, SEA Games 2022, 2023 dan 2025, serta kejuaraan Internasional SEA Age Group Swimming Championships 2022, 2023, 2024, 2025 dan Asean School Games 2022, 2023, 2024, 2025.
Menurut pria asal Banjar Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan ini, sejumlah strategi telah disusun. Diantaranya membuat program dan sistem pembinaan terstruktur. Juga promosi dan degradasi bagi atlet-atlet Pelatnas setiap 3-6 bulan agar "competitive level" . Lalu memanfaatkan jasa pelatih asing untuk menambah pengetahuan para pelatih Indonesia.
Selain itu, kata Wiatra, juga mengadakan program kepelatihan dan nutrisi untuk pelatih, atlet dan orangtua secara rutin. Menerapkan Sport Science-IPTEK dengan bekerjasama antara PB PRSI dengan akademisi-akademisi olahraga baik didalam negeri maupun luar negeri. Kemudian melakukan program talent scouting pada atlet-atlet usia muda. *k22
Komentar