Puri Ageng Mengwi Gelar Upacara Ritual Tawur Tulak Tunggul
Pertama Kali Dilaksanakan, dengan Melibatkan Seluruh 38 Desa Adat di Kecamatan Mengwi, Badung
Upacara Tawur Tulak Tunggul yang bermakna untuk ngerastitiang jagat dan sekaligus jadi momentum mulatsarira, di Jaba Pura Taman Ayun Mengwi, Senin kemarin diputut Pedanda Siwa dan Pedanda Budha.
MANGUPURA, NusaBali
Puri Ageng Mengwi, Desa/Kecamatan Mengwi, Badung bersama seluruh 38 desa adat di wilayah Kecamatan Mengwi yang tergabung dalam ‘Mangu Kerta Mandala’ menggelar upacara ruitual Tawur Tulak Tunggul, bertepatan dengan Tilem Sasih Katiga pada Soma Kliwon Landep, Senin (6/9) pagi. Upacara yang untuk pertama kalinya di-laksaakan Puri Ageng Mngwi dan Mangu Kerta Mandala ini bermakna ngerastitiang jagat (mendoakan alam semesta) dan sekaligus jadi momen-tum mulatsarira (introspeksi diri).
Upacara Tawur Tulak Tunggul yang dilaksanakan di Jaba Pura Taman Ayun, Senin pagi mulai pukul 10.00 Wita, tersebut dipuput oleh Pedanda Siwa dan Pedanda Budha. Pedanda Siwa yang muput adalah Ida Pedanda Made Pemaron, sulinggih dari Griya Pemaron, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi. Sedangkan Pedanda Budha yang muput adalah Ida Pedanda Gede Ketut Oka Dwipayana, sulinggih dari Griya Kangin Wanasari, Desa/Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Pangelingsir Puri Ageng Mengwi, AA Gede Agung, menjelaskan pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul ini bersumber dari beberapa sastra yang diberikan sulinggih. Selanjutnya, Pasemetonan Puri Ageng Mengwi bersama Mangu Kerta Mandala melaksanakan paruman untuk menggelar upacara ini.
"Dari hasil paruman disepakati bahwa kita melaksanakan upacara Tawur Tulak Tunggul ini dalam rangka untuk ngerastitiang jagat. Upacara ini merupakan upacara di tingkat Kecamatan Mengwi," ujar Gede Agung di sela pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul di Jaba Pura Taman Ayun, Senin kemarin.
Menurut Gede Agung, rangkaian upacara Tawur Tulak Tunggul telah dimulai sejak Purnamaning Katiga pada Radite Kliwon Watugunung, Minggu (22/8) lalu. Saat itu, 38 desa adat se-Kecamatan Mengwi yang tergabung dalam Mangu Kerta Mandala menghaturkan upacara guru piduka dan bendu piduka di Pura Kahyangan Tiga desa adat masing-masing.
"Memang ada pertanyaan, kenapa menghaturkan guru piduka dan bendu piduka? Ini kembali pada filosofi mulatsarira atau introspeksi diri. Kemungkinan saja di kehidupan kita ada kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari," jelas Gede Agung yang kini anggota DPD RI Dapil Bali.
Sebelum puncak upacara Tawur Tulak Tunggul, juga didahului dengan ritual nunas tirta dari semua Pura Sad Kahyangan yang ada di Kabupaten Badung, seperti Pura Luhur Uluwatu (Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung), selain juga Pura Luhur Pucak Mangu. Tirta inilah yang digunakan dalam pelaksanaan inti upacara Tawur Tulak Tunggul.
Sedangkan puncak pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul, Senin kemarin, dilaksanakan secara bergotong royong antara Puri Ageng Mengwi dan Mangu Kerta Mandala. Menurut Gede Agung, masing-masing desa adat mengambil peran dalam kegiatan tawur tersebut.
Misalnya, para pamangku yang terlibat dari Desa Adat Mengwi, Wayang Lemah dari Desa Adat Gulingan, sementara Topeng dari Desa Adat Mengwi, Desa Adat Gulingan, dan Desa Adat Munggu. Sebaliknya, gamelan dari sanggar asuhan Puri Ageng Mengwi.
"Poin pentingnya adalah ngrastitiang jagat dari Mengwi agar gumi rahajeng, rahayu, lan sukerta. Tapi, secara khusus juga kami memohon agar pandemi Covid-19 ini gelis metilar (segera lenyap). Setelah tawur, kami juga menghaturkan pakelem berupa itik ireng (hitam) di Pantai Seseh," jelas Bupati Badung dua kali periode (2005-2010, 2010-2015) ini.
Gede Agung menambahkan, yang menjadikan upacara Tawur Tulak Tunggul ini unik adalah penanaman tunggul atau kain berwarna sesuai dengan arah mata angin. Tunggul ditanam di batas-batas wilayah kecamatan Mengwi. "Tunggul yang ditanam ini lebih dulu sudah dirajah oleh Ida Peranda,” katanya.
Disebutkan, ada tiga unsur dalam pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul yang buat kali pertama digelar ini. Pertama, menyomiakan bhutkala. Kedua, menyadarkan masyarakat dengan edukasi protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Ketiga, memohon kerahayuan jagat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sementara itu, Ketua Mangu Kerta Mandala, I Made Widiada, mengatakan keterlibatan 38 desa adat se-Kecamatan Mengwi dalam pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul ini tidak saja dalam bentuk ayah-ayahan, melainkan dalam bentuk punia. Adapun upakara yang dipersembahkan, antara lain, pebangkit, pulegembal, dan Tawur Tulak Tunggul.
"Pada intinya, upacara ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Puri Ageng Mengwi dan kami ikut bersinergi. Pasalnya, Mangu Kerta Mandala tidak bisa lepas ikatannya dari Puri Ageng Mengwi," tandas Made Widiada. *ind
Upacara Tawur Tulak Tunggul yang dilaksanakan di Jaba Pura Taman Ayun, Senin pagi mulai pukul 10.00 Wita, tersebut dipuput oleh Pedanda Siwa dan Pedanda Budha. Pedanda Siwa yang muput adalah Ida Pedanda Made Pemaron, sulinggih dari Griya Pemaron, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi. Sedangkan Pedanda Budha yang muput adalah Ida Pedanda Gede Ketut Oka Dwipayana, sulinggih dari Griya Kangin Wanasari, Desa/Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Pangelingsir Puri Ageng Mengwi, AA Gede Agung, menjelaskan pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul ini bersumber dari beberapa sastra yang diberikan sulinggih. Selanjutnya, Pasemetonan Puri Ageng Mengwi bersama Mangu Kerta Mandala melaksanakan paruman untuk menggelar upacara ini.
"Dari hasil paruman disepakati bahwa kita melaksanakan upacara Tawur Tulak Tunggul ini dalam rangka untuk ngerastitiang jagat. Upacara ini merupakan upacara di tingkat Kecamatan Mengwi," ujar Gede Agung di sela pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul di Jaba Pura Taman Ayun, Senin kemarin.
Menurut Gede Agung, rangkaian upacara Tawur Tulak Tunggul telah dimulai sejak Purnamaning Katiga pada Radite Kliwon Watugunung, Minggu (22/8) lalu. Saat itu, 38 desa adat se-Kecamatan Mengwi yang tergabung dalam Mangu Kerta Mandala menghaturkan upacara guru piduka dan bendu piduka di Pura Kahyangan Tiga desa adat masing-masing.
"Memang ada pertanyaan, kenapa menghaturkan guru piduka dan bendu piduka? Ini kembali pada filosofi mulatsarira atau introspeksi diri. Kemungkinan saja di kehidupan kita ada kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari," jelas Gede Agung yang kini anggota DPD RI Dapil Bali.
Sebelum puncak upacara Tawur Tulak Tunggul, juga didahului dengan ritual nunas tirta dari semua Pura Sad Kahyangan yang ada di Kabupaten Badung, seperti Pura Luhur Uluwatu (Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung), selain juga Pura Luhur Pucak Mangu. Tirta inilah yang digunakan dalam pelaksanaan inti upacara Tawur Tulak Tunggul.
Sedangkan puncak pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul, Senin kemarin, dilaksanakan secara bergotong royong antara Puri Ageng Mengwi dan Mangu Kerta Mandala. Menurut Gede Agung, masing-masing desa adat mengambil peran dalam kegiatan tawur tersebut.
Misalnya, para pamangku yang terlibat dari Desa Adat Mengwi, Wayang Lemah dari Desa Adat Gulingan, sementara Topeng dari Desa Adat Mengwi, Desa Adat Gulingan, dan Desa Adat Munggu. Sebaliknya, gamelan dari sanggar asuhan Puri Ageng Mengwi.
"Poin pentingnya adalah ngrastitiang jagat dari Mengwi agar gumi rahajeng, rahayu, lan sukerta. Tapi, secara khusus juga kami memohon agar pandemi Covid-19 ini gelis metilar (segera lenyap). Setelah tawur, kami juga menghaturkan pakelem berupa itik ireng (hitam) di Pantai Seseh," jelas Bupati Badung dua kali periode (2005-2010, 2010-2015) ini.
Gede Agung menambahkan, yang menjadikan upacara Tawur Tulak Tunggul ini unik adalah penanaman tunggul atau kain berwarna sesuai dengan arah mata angin. Tunggul ditanam di batas-batas wilayah kecamatan Mengwi. "Tunggul yang ditanam ini lebih dulu sudah dirajah oleh Ida Peranda,” katanya.
Disebutkan, ada tiga unsur dalam pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul yang buat kali pertama digelar ini. Pertama, menyomiakan bhutkala. Kedua, menyadarkan masyarakat dengan edukasi protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Ketiga, memohon kerahayuan jagat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sementara itu, Ketua Mangu Kerta Mandala, I Made Widiada, mengatakan keterlibatan 38 desa adat se-Kecamatan Mengwi dalam pelaksanaan upacara Tawur Tulak Tunggul ini tidak saja dalam bentuk ayah-ayahan, melainkan dalam bentuk punia. Adapun upakara yang dipersembahkan, antara lain, pebangkit, pulegembal, dan Tawur Tulak Tunggul.
"Pada intinya, upacara ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Puri Ageng Mengwi dan kami ikut bersinergi. Pasalnya, Mangu Kerta Mandala tidak bisa lepas ikatannya dari Puri Ageng Mengwi," tandas Made Widiada. *ind
Komentar