Konservasi Penyu di Buleleng Meluas
DLH Dorong Pelestarian Padang Lamun
SINGARAJA, NusaBali
Pelestarian penyu di Buleleng lima tahun terakhir diklaim terus meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan dibukanya sejumah tempat penangkaran penyu baru di Buleleng.
Konservasi yang semula hanya dilakukan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Penimbangan Lestari, Pantai Penimbangan, kini merambah ke Kecamatan Banjar Seririt dan Gerokgak. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat, Kamis (9/9) kemarin mengungkapkan, pelestarian penyu kini juga dilakukan di Desa Pemuteran di Kecamatan Gerokgak, Desa Umeanyar di Kecamatan Seririt, dan Desa Temukus di Kecamatan Banjar. Kelompok masyarakat secara swadaya memantapkan niat melakukan konservasi karena tak jarang pantai di wilayah mereka sering didatangi penyu untuk bertelur.
“Kelompok masyarakat pesisir sekarang secara swadaya banyak yang melakukan upaya konservasi. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan dan melindungi satwa langka semakin tumbuh,” kata Melandrat.
Upaya pelestarian tersebut didorongnya untuk diimbangi dengan melestarikan padang lamun di wilayah perairan. Flora laut ini disebutnya penting untuk dilestarikan untuk menyediakan makanan fauna laut. Selain juga memiliki fungsi penting menyerap emisi karbon.
“Penyu itu mencari makan di padang lamun. Karena selain ada lamun, juga alga dan ikan di sana. Sehingga keseimbangan ekosistem laut bisa terjaga secara berkelanjutan,” imbuh dia. Sementara itu konservasi penyu di pesisir Buleleng terus meningkat setiap tahunnya. Telur penyu yang ditemukan Pokmaswas dan dikonservasi hingga menetas menjadi tukik, keberhasilannya semakin meningkat.
Seperti yang dilakukan Pokmaswas Penimbangan Lestari di pesisir Desa Baktiseraga terus menunjukkan tren positif. Dari tahun ke tahun, jumlah telur yang berhasil menetas di bak penetasan terus meningkat. Data Pokmaswas Penimbangan Lestari, pada tahun 2017 awal konservasi hanya ada 1.633 butir telur yang berhasil menetas. Sedangkan pada tahun 2021 ini, jumlah telur yang menetas mencapai 3.665 butir dari 18 sarang.
Ketua Pokmaswas Penimbangan Lestari Gede Wiadnyana mengungkapkan, setiap tahun, penyu-penyu yang sudah tergolong binatang langka, rutin menepi di Pantai Penimbangan. Biasanya penyu-penyu ini akan bertelur dari bulan Februari hingga Juli. Namun dari upaya konservasi yang dilakukan selama lima tahun terakhir, penetasan telur terbanyak berhasil dilakukan pada tahun 2019 lalu. Jumlah telur yang menetas sebanyak 4.450 butir dari 32 sarang telur di Pantai Penimbangan dan 14 sarang lainnya dititipkan untuk ditetaskan setelah ditemukan di pesisir utara Buleleng.
“Paling tinggi itu tahun 2019. Tapi itu juga banyak titipan dari luar desa. Biasanya setelah menetas kami karantina dulu sebelum dilepasliarkan kembali ke laut,” jelas Wiadnyana. *k23
Komentar